Bemo dan Air Seni Duyung

21 1 0
                                    

Sepulang dari kasus duyung yang kutangani, Bimo datang lagi ke rumahku.

"Yod, kau tak akan percaya dengan apa yang kubawa."

"Memangnya apa? Pete bakar?"

Bimo meletakkan botol plastik berisi sedikit air putih di depanku.

"Apa itu? "

Bimo tersenyum sambil menaikkan sebelah alisnya, sepintas tingkahnya mirip Nick, "Aku pulang dari sana tanganku tidak kosong, Yod."

Aku mengambil botol tadi dan mengamati isinya, "Memangnya ini apa? Keringatnya Cahyono yang pesek itu?"

Bimo menampilkan ekspresi jijik seperti habis mencium eek kucing, "Ini air mata duyung, sumber kehidupan abadi."

"Mitosmu tidak berdasar, Bimo." aku meletakkan kembali benda itu dan kembali meraih buku di depanku.

"Yodha, kau tidak tahu mitos itu? Di setiap sarang mereka, selalu terdapat mata air tawar yang berisi kekuatan penyembuhan luar biasa."

"Lalu kau menemukan itu di pulau karang yang kemarin?"

"Benar, kau tahu ada tempat rahasia dimana orang-orang misterius yang mengendalikan duyung itu tinggal disana. Aku menemukan air ini di sebuah tempat besar dari emas yang berukir dan aku mengambilnya sedikit, memasukannya ke dalam botol."

"Lalu kau benar akan meminumnya?" aku meletakkan bukuku kembali dan menatap Bimo, sepertinya dia serius.

"Benar, Yod. Kau tahu, kan? Di buku Bajak Laut Karibia waktu Kapten Blackbeard ke meminumnya."

"Tunggu, Bimo. Itu masih misteri apakah benar atau tidak."

Dasar Bimo, dia terlalu percaya dengan buku karangan, memalukan sebagai seorang Detektif Mitologi.

Aku mendatangi rak-rak buku yang besar di ruanganku, dan ku temukan apa yang kucari. Sebuah buku berjudul Bajak Laut Karibia, lalu membuka halaman di mana adegan Kapten Blackbeard salah meminum isinya dan mati, dan yang hidup adalah putrinya.

"Lihat, Bimo. Kau harus membagi air itu menjadi dua bagian. Lalu... "

"Ya ya... Aku tahu itu, lalu aku minum bagian yang membuatku hidup dan yang lain minum yang mematikan."

Aku melihatnya dengan kesal karena memotong pembicaraanku.

"Lalu dengan siapa kau akan berbagi air yang satunya? Aku tidak mau, Bimo."

"Dengan tikus percobaan." Bimo lalu mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku dalam jas besarnya, sebuah kandang tikus berisi seekor tikus putih kecil.

"Heh? Kau kira ini percobaan cairan kimia dari laboratorium?"

"Yod, struktur organ dalam tikus hampir sama dengan tubuh manusia, kalau tikus bisa dijadikan sebagai percobaan obat untuk manusia, kenapa tidak dengan hal ini?"

Aku hanya menggelengkan kepala, "Bimo ini masih misteri, apakah cerita Kapten Blacbeard itu benar atau tidak."

Bimo tetap ngotot akan mencobanya, meski nyawa sebagai resikonya, "meski aku gagal dan mati, aku telah mencapai Puncak sebagai detektif mitologi karena memecahkan mitos air mata duyung."

"Oke."

Sebenarnya berat untuk menuruti kemauan Bimo, tapi aku tetap membantunya. Aku menyiapkan dua bejana dari emas, sebenarnya itu piala hiasan warisan dari orangtuaku.

Bimo menuangkan air mata duyungnya ke dalam kedua piala, aroma bunga cempaka tercium dari air tersebut, lalu tikus yang jinak yang dibawa oleh Bimo tadi aku yang memegangnya.

Kini hanya takdir yang bertindak, sesuai misteri mitos air mata duyung, setelah dituang kedalam dua tempat dari emas, maka salah satunya akan menjadi air kehidupan yang bisa membuat panjang umur dan yang lain menjadi air beracun yang mematikan.

Bimo menarik napas panjang, mengangkat piala dan bersiap meminum isinya, dan aku mendekatkan mocong tikus yang kehausan ke dalam piala berisi air yang satunya.

Aku merasa konyol melakukan hal bodoh seperti ini, tapi dibalik itu, aku juga khawatir. Ini antara hidup dan mati. Jika Bimo tepat memilih wadah yang benar, maka dia akan hidup dan tikus yang mati, jika salah maka sebaliknya.

"Kau siap, Bimo?"

Dia menganggukkan kepala lalu meminumnya, aku pun menempelkan moncong tikus ke air sampai hewan itu menjilati air, meminumnya.

Bimo memejamkan matanya setelah minum, menarik napas, seolah menunggu sesuatu terjadi. Tidak terjadi apa-apa. Aku menanti akan ada gempa bumi atau angin puting beliung di ruanganku, tapi tidak ada apa-apa. Burung yang kentut pun tidak.

Bahkan tikus ditanganku pun masih sehat-sehat saja.

Aku lalu melakukan video call dengan Nick. Dia menjawab panggilanku sambil memerkan sempak renda-renda di tangannya, dia terlihat girang, katanya itu milik mendiang istrinya dan waktu menemukannya, dia merasa bernostalgia. Dia memang tidak punya malu.

Aku dan Bimo menjelaskan tentang apa yang dibawa oleh Bimo dan yang kami lakukan barusan pada Nick, aku merasa dia pasti mengetahui sesuatu dibalik misteri ini. Tapi tak kusangka, dia malah tertawa.

"Jadi kau mengambil air di tempat tersembunyi di pulau karang itu, Bemo?"

"Memangnya kenapa, Prof? Anda juga mengetahui tentang air itu?"

"Hahaha, tentu saja. Kau menemukan di tempat persembunyian orang-orang pemuja echidna itu, kan? Kau tidak lihat ada meja makan di dekat sana?"

"Iya, memang kenapa?"

"Itu hanya air kobokan sebelum mereka makan malam, aku sempat menginterogasi salah satu dari mereka karena aku juga penasaran."

Bimo berlari ke kamar mandi dengan cepat sambil memegang mulutnya, sedangkan aku dan Nick tak bisa berhenti menahan tawa.

Selesai.

By : enosius

Misteri di Akhir PekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang