Detektif Brak Pit on the Move

120 6 3
                                    

Event Akhir Pekan

Tema : Detektif Sotoy

Genre : Misteri, Humor, Fantasi

Keywords : Pete Bakar, Eek Kucing, Bunga Cempaka, Sempak Renda-renda, Pesek.

Detektif Brak Pit on the Move

Sudah hampir seminggu Brak Pit 'terdampar' di dunia masa depan. Alih-alih mencari tahu cara kembali ke masa lalu yang merupakan habitat aslinya, Brak Pit yang punya kemampuan adaptasi bagaikan coro ini malah berkeliling ke segala penjuru dan mencatat berbagai hal yang dilihat dan ditemuinya dalam jurnal buku hariannya.

Hari ke 5, hari ini, entah hari apa, tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa ---Brak Pit yang belum punya kalender dan jam hanya bisa mencatat seperti itu di dalam jurnalnya, hari ini pun seperti kemarin, seperti dua hari yang lalu, seperti sehari sebelum dua hari yang lalu, seperti sehari sebelum sehari dua hari yang lalu... Aku masih tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, bagaikan butiran berlian yang kehilangan sinarnya, aku sendirian di dunia asing ini.

KYAAAAAAAAA---

Sedang asyik-asyiknya menulis jurnal, Brak Pit dikejutkan oleh suara teriakan melengking bernada sembilan oktaf dengan tempo moderato. Segera setelah memasukkan kembali satu-satunya harta berharganya ke dalam tas, Brak Pit melesat menuju asal suara pekikan.

Saat tiba, sekumpulan orang sudah mengerubungi wanita cantik yang duduk bersimpuh di atas trotoar beton. Wajahnya terlihat sangat shock. Di hadapan wanita itu, seorang pria berhidung pesek terkapar dengan mata mendelik menatap langit. Busa-busa putih memenuhi mulutnya yang ternganga lebar.

"Kenapa? Ada apa?" Tanya Brak Pit dengan nada penasaran pada seorang pemuda berwajah sangar, wajahnya ditato dengan tulisan 'sayang mama', yang juga berada di antara kerumunan orang-orang kepo yang berkumpul segera setelah mendengar suara teriakan tadi.

"Mana gue tau. Lu tanya aja sendiri noh!" Pemuda itu menunjuk ke arah wanita yang bahkan tidak bisa bersuara karena terlalu terkejut.

Seorang anak kecil mendekat dan mencoba menyentuh si pria yang kelihatannya sudah kaku.

"JANGAN!" Suara Brak Pit menggelegar, mencegah anak kecil itu menyentuh korban.

Sontak semua kepala menoleh ke arah Brak Pit. Penasaran dengan Brak Pit yang tiba-tiba berteriak.

"Jangan disentuh. Bisa jadi ini adalah pembunuhan. Lihat saja buih-buih di mulutnya." Teringat dengan kasus yang sempat menghebohkan di zamannya dulu, ---kasus pembunuhan dengan sianida, korban juga tewas dalam waktu singkat dan mulutnya mengeluarkan buih, insting detektif Brak Pit langsung muncul.

Sebenarnya bukan insting sih, mungkin lebih tepatnya jiwa detektif Brak Pit. Maklum saja, dulu Brak Pit sempat bercita-cita menjadi seorang detektif. Jalan menjadi detektif pun sudah dirintisnya dengan sering-sering membaca manga bertemakan detektif, lebih jauh lagi, Brak Pit bahkan pernah memecahkan kakus di rumahnya. Akibatnya, telinga Brak Pit harus dijewer oleh emaknya, ditambah lagi Brak Pit harus merelakan bokongnya dicium berulang kali oleh pemukul kasur karena bokapnya yang geram gara-gara harus membeli kakus baru.

"Kamu siapa?" Seorang ibu-ibu yang sedang merajut sempak renda-renda bertanya tanpa mengalihkan matanya dari rajutannya.

"Aku? Tak penting siapa aku, yang terpenting, aku bisa mencari siapa pelakunya."

"Pelaku apa?" Seorang bapak-bapak berkumis melengkung ke atas bertanya dengan tatapan curiga.

"Pelaku pembunuhan..." Brak Pit membuat penekanan untuk kata pembunuhan dan tersenyum puas melihat semua hadirin memandanginya dengan tatapan kagum sekaligus heran.

Dengan tenang Brak Pit meminta para penonton untuk menjauhi korban, memberinya ruang untuk melakukan pemeriksaan terhadap korban.

Berjongkok di samping korban, Brak Pit memicingkan matanya, dengan sangat hati-hati memerhatikan tiap detail dari tubuh korban. Seingatnya, korban yang keracunan sianida, mulutnya akan berbau kacang almond. Puas dengan ingatannya yang luar biasa, Brak Pit pun mendekatkan hidungnya untuk mencium apakah ada aroma almond atau tidak.

"HUEKK..." Brak Pit langsung muntah seketika. Bukannya aroma almond, malahan bau eek kucing yang tercium.

Ini manusia makannya apa sih? Kok bisa-bisanya mulutnya bau eek kucing.

Melihat Brak Pit muntah-muntah, anak kecil yang tadi urung menyentuh korban maju ke depan. Tanpa sempat dicegah oleh Brak Pit, anak kecil itu langsung meloncat ke atas perut korban.

"Huekkkkk..."

Kali ini bukan Brak Pit yang muntah, melainkan si korban yang diyakini oleh Brak Pit telah tewas.

"Papa! Berulang kali Dedek bilangin, jangan suka asal nyomot eek kucing buat jadi cemilan, padahal Mama uda sediain pete bakar buat cemilan sambil minum teh bunga cempaka nanti sore, ini Papa malah keselek eek kucing!"

Anak kecil itu berdiri berkacak pinggang di hadapan 'korban' yang sekarang sudah bangkit kembali. Suaranya judes dan garang. Kelihatannya si anak kecil yang bernama Dedek ini adalah anak si 'korban'.

"Mama juga! Berapa kali Dedek bilangin, jangan latihan drama di tengah jalan!"

Wanita cantik yang duduk bersimpuh dengan wajah pucat itu menatap si anak kecil dengan tatapan kosong, kemudian perlahan-lahan, seulas senyum licik terlukis di wajahnya.

"Cara terbaik mengasah kemampuan adalah dengan praktik langsung. Lihat saja, banyak orang yang menyangka kalo adegan ini beneran kan?" Berdiri sambil menepuk bajunya yang kotor oleh debu tak terlihat, si Mama malah berkata dengan wajah tanpa dosa.

Menyadari kejadian yang sebenarnya, satu persatu penonton meninggalkan tempat kejadian sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka. Tinggal Brak Pit yang masih muntah-muntah akibat terkena efek serangan langsung dari eek kucing.

Berjuanglah Detektif Brak Pit! Petualangan lain di dunia masa depan telah menantimu!



Selesai.

By : Luxiufer2

Misteri di Akhir PekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang