bagian tiga

48 25 19
                                    

Pagi ini, Sicha pergi ke sekolah dengan tidak bersemangat. Dia terus menggerutu sepanjang jalan ke kelas. Semua gara-gara kejadian di kantin kemarin.

"Bodoh. Bodoh. Bodoh."

Gara-gara  kejadian baju basah itu, dia tidak bisa mendekati sang pujaan hatinya. Avon sangat marah, tentu saja. Tapi dia tidak kena bentakan atau teriakan. Bahkan dia berpikir Avon akan memukulnya karena marah.

Tapi ternyata tidak. Avon menarik napas dalam-dalam, kemudian mengatakan hal tidak  terduga yang membuat sport jantung. Syarat Avon memberikan maafnya adalah Sicha harus menjauh dari Avon selama seminggu. Dia tidak boleh mengganggu Avon sedetikpun. Kalaupun tidak sengaja bertemu, Sicha harus cepat-cepat enyah dari hadapannya.

Sungguh kejam sekali. Tapi jangan panggil namanya Sicha Mentari kalau dia tidak bisa melakukan sesuatu untuk Avon. Lanjutnya tertawa dalam hati.

# # ,# #

"Kenapa lo? Manyun mulu,"

Mendengar pertanyaan dari Veve, Sicha makin mengerucutkan bibirnya.

"Heh! Itu bibir kenapa makin monyong?"

"Ck. Dia nyebelin banget tau gak Ve?!"

"Siapa? Kak Avon?"

Sicha meliriknya tajam. Kalau ingat, dia makin kesal sendiri.

"Iya lah. Siapa lagi?"

Veve tertawa. "Jadi yang kemarin katanya dia jadiin lo babu itu beneran?"

Sicha mencebik, "siapa bilang? Ini lebih mengerikan lagi."

Ve menaikkan sebelah alisnya menunggu.

"Gue benci banget saat lo berekspresi kaya gitu. Tapi berhubung gue lagi berduka, jadi gue maafin."

Ve memutar bola matanya malas. "Lanjuutt..."

Sicha menatap Ve sinis."huaaaa.... Ve, dunia bakal kiamat Ve. Dunia bakal kiamat."

"Nggak usah lebay lo," ujar Ve seraya menoyor kepala Sicha gemas.

"suka banget ya lo liat gue menderita, gue tuh lagi sedih. Dimana solidaritas yang katanya kita temenan sehidup semati." katanya sinis.

"Ogah banget gue,"

"Ve, gue nggak bisa jauh dari my darling Avon."

"Ya samperin dong. Ribet banget."

"Tapi ini syarat dari Avon kalau pengen dapat maaf dari dia. Gimana dong..." Sicha meletakkan kepalanya di meja. Menatap lesu ke arah Ve.

"Ya udah. Dijalani aja. Sehari doang kan?" Jawab Ve enteng.

"Sehari pala lo. Seminggu Ve. Seminggu. Lo bisa bayangin jadi gue kan?" Sungut Sicha tak terima.

Ve tertawa sangat kencang. Sebenarnya dia kasihan, tapi melihat wajah Sicha yang lucu saat marah dia malah ingin tertawa saja.

"Bukan gitu. tapi sumpah, muka lo menderita banget. Malah bikin gue pengen ketawa."

"Terus aja ketawa... Lo emang gak berperi-persahabatan," Sicha melipat tangannya di dada sebal.

"Diih, ngambek. Hati-hati kalo keseringan ngambek si doi cepat diserobot orang."

"Sembarangan," Sicha memukul lengan Ve kesal. "masa gue yang usaha orang lain yang manen cinta."

"Ya elah. Gaya lo," Ve menonyor kepala sahabatnya. "Sampai kapan lo jatuh cinta sendiri? Hobi banget bikin hati lo sakit."

Sicha tersenyum sendu. "Nanti. Nanti gue bakal berhenti kalo gue udah bener-bener gak sanggup."

Touch Your HeartWhere stories live. Discover now