Bagian Dua

49 25 21
                                    

Sicha merasa sangat capek karena aksi kaburnya dari Bu Endang. Tadi setelah dia pamit untuk membolos, dengan kekuatan penuh Sicha berlari keluar kelas.

Sudah terlanjur, pikirnya. Kalaupun dia tetap di kelas, Bu Endang tidak akan membiarkannya hidup tenang sampai jam istirahat nanti. Dengan sekuat tenaga dia menetralkan napasnya yang memburu.

Daripada dia pusing mendengar ceramah Bu Endang yang mengalahkan kejamnya ibu tiri itu, mending dia nongkrong cantik di kantin ditemani baksonya mang Ujo yang maknyus itu.

Duhh, jadi laper kan. Sabar ya cacing-cacing cantikku. Mama gak akan ngebiarin kalian kelaparan. Sicha terkikik sambil mengelus perutnya yang rata.

Memasuki kantin, Sicha berjalan riang menghampiri mang Ujo yang sedang menata mangkok-mangkok bersih di meja.

"Pagi mang Ujo yang gantengnya ngalahin Saipul Jamil,"

"Eh? Pagi juga neng Cacha yang cantiknya kaya Inul daratista," jawab mang Ujo sumringah.

Bibir Sicha mengerucut lucu. "Kok Chaca yang cantik ini di samain Inul sih mang, gak keren banget. Yang lain dong." protes Sicha.

"Aduh, neng. Abisnya saya nge-pen-nya sama mbak Inul makanya neng Cacha disamain sama dia."

"Hahh.. Ya udah deh, terserah mang Ujo aja. Sicha mah apa, hanya noda yang menempel di mangkuk." Sicha melihat seluruh keadaan kantin yang hanya terisi beberapa murid saja.

"Masih sepi," gumannya. "Mang, aku pesen bakso sama es teh kaya biasa ya! Sekalian dianter juga di tempat biasa. Di sana." tunjuk Sicha pada bangku yang ada di pojok kantin.

Mang Ujo menjawabnya dengan dua jempol yang diangkatnya ke depan.

Melihat balasan mang Ujo, Sicha mengangguk dan berjalan ke tempat yang tadi ditunjuknya. Dia duduk di bangku yang langsung menghadap ke pintu masuk kantin. Tempat paling strategis.

Setelah duduk nyaman, Sicha mengeluarkan ponsel dari sakunya. Memainkannya sambil menunggu pesanannya datang.

"Hai Sicha,"

Sicha melirik orang yang baru duduk di depannya dan kembali menatap layar ponselnya lagi.

"Cacha kak, gak pake 'si'," koreksi Sicha tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kan sama aja, Sicha"

"Beda kak Acel yang gantengnya gak ganteng banget,"

Nanda dan Faldi yang baru datang di belakang marcel tertawa keras. Menepuk pundak Marchel mengejek.

"Sumpah, Cel. Nama lo jadi keren banget. Kaya neneknya Nanda." seru Faldi sambil duduk di samping Marchel diikuti Nanda.

"Iya, lo tau kan nenek gue yang suka liat cowok k-pop. Padahal namanya Sesa tapi tetep keukuh pengen di panggil Acel cuma biar kelihatan imut katanya. Hahahaa..."

"Padahal jauh banget ya, Sesa jadi Acel. Buahahaa.."

Sicha tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya. "Kak Acel, kembaran lo ternyata punya hobi sama."

Marcel semakin cemberut, "iya, hina aja terus gue. Siapalah gue, hanya debu yang nempel di gerobak mang ujo. Disini emang gak ada sayang gue. Huhuhu"

"Lebay," Sicha melempar gulungan tissu dan tepat mengenai mulut Marcel.

Nanda semakin ngakak. "Wajah lo, Cel. Sumpah kaya anak gorilla yang ditinggal emaknya."

"Enak aja lo," balas Marcel melempar tisu ke arah Nanda.

Touch Your Heartحيث تعيش القصص. اكتشف الآن