Part 14 : First Kiss

538 32 35
                                    

*note : Cek mulmed ya,, itu sumpah editingnya kece abis. aku nemu di Youtube, semoga suka yahh..
                                ***★***

Aku tunduk patuh dalam dekapannya. Merasakan hangatnya pelukan ini. Betapa kurindukan pelukan ini.

"I'll take care of you, in my arms. Always" dia kembali mencium keningku.

Aku merona. Aku merasakan wajahku kini semerah tomat.

"Always." aku menekan kata terakhirnya

   ***★***  

"Sebuah meteor baru saja menghantam Bali, tepatnya di sekitar kota Denpasar. Terdapat sekitar puluhan korban jiwa, dan ratusan korban luka-luka, kerugian ditaksir mencapai Milyaran rupiah, namun belum dipastika——" aku terhentak saat seseorang di belakangku hadir dan mematikan televisi.

"Ayo pulang," suara bariton itu kembali mengusikku.

Aku mendelik ke arahnya. Menyilangkan kedua tanganku berusaha mengintimidasi nya. Tapi tak berhasil. Dia malah balik menatapku. Hanya dengan tatapan itu aku sanggup gugup seperti ini. Rasanya tak mampu ku deskripsikan. Ku rasa ada sekitar ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perutku. Aku yakin mukaku semerah tomat sekarang.

"Apa?" aku berusaha menghilangkan kegugupan. Anggap saja aku bodoh, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Kau, boleh pulang. Mari kita urus pernikahan kita" aku tersentak mendengar kata itu. Aku hampir lupa. kurang dari 1 bulan lagi, aku akan menghadapi kenyataan pahit.

"Apa? kau ingat, aku baru saja berkabung, kau malah memaksaku untuk pulang! Jangan bahas tentang itu. Aku belum siap. Undur saja!" gerutuku

Aku menatap intens matanya, berharap dia akan gugup seperti aku tadi. Alih-alih aku mendapatkan sorot matanya yang terkesan dingin. Aku mulai melihatnya menyilangkan kedua tangannya, seakan mengacuhkanku.

"Cih, itu kata Ayahku. Kau itu makhluk asing bagiku, tentu saja tak semudah itu jatuh cinta padamu, walau mungkin sebelumnya aku pernah mencintaimu, kusarankan padamu, jangan terlalu percaya diri" dia mengunci kedua bola mataku seakan ingin melahapnya.

Entah mengapa kata-katanya barusan membuatku bingung sekaligus kecewa. Sekitar sejam yang lalu dia mencium keningku, dan sekarang? Sikapnya berubah 180°. Tiba-tiba saja menjadi begitu dingin. Aku berusaha menatap ke sekeliling untuk mengacuhkannya. Tetap saja aku merasa risih.

"Ayo temani aku makan!" sentaknya.

"Tidak mau!" Bentakku.

"Aku hitung sampai tiga, kalau kau belum beranjak dari ranjangmu, akan kugendong!" kecamnya. Aku tidak peduli. Tentu saja tak mungkin dia bersungguh-sungguh ingin menggendongku.

"Satu..." Ucapnya lagi. Oh shit, aku tak peduli.

"Dua," Lanjutnya. Aku tetap mengacuhkannya. Aku tersentak sadar. Sikapnya yang dulu kembali. Dia yang egois, pemerintah dan pemaksa. Walau terkadang, ada sikap barunya yang terkadang membuatku merona. Dia romantis dengan cara yang kusuka. Oke, cukup. Berhenti memujinya, memangnya dia pikir dia siapa? Otakku berkecamuk dengan sendirinya.

"Tiga!" sentaknya seketika membuatku terbangun dari lamunan yang menjijikan itu.

Pendapatku tentangnya salah besar. Ternyata dia tidak main-main dengan ucapannya. Baru saja ia selesai dengan ucapannya, kini dia benar-benar menggendongku ala bridal style. Aku tersentak dengan perlakuannya, yang sangat tidak sopan.

"Hei! Turunkan aku!" aku berteriak, berusaha berontak dari dirinya.

"Shut up! Kau membuat aku terlihat seperti penculik, Amanda!" dia membentakku.

UNSIGN : Nice to Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang