Part 8 : Who are you Jeann?

450 48 2
                                    

Seharusnya aku pergi. Dia akan mengenaliku sebentar lagi. Tapi kaki ku terasa lemas saat menatap matanya. Kakiku seolah tidak menuruti otakku. Ada yang ingin kusampaikan padanya. Permintaan maafku. Yang membuat dirinya begitu memprihatinkan.

"Edward, i'm sorry" aku menghela nafas.

"Siapa kau?" dia angkat suara. Dia tak mengenaliku.

***★***

Aku terdiam. Kakiku seakan tak bisa berhenti . Menunggu. James Charlton. Dia disini. Kata-kata itulah yang senantiasa terucap. James adalah Ayah Edward. Jangan kau tanya dimana Ibunya. Beliau telah meninggal sewaktu ia masih kecil. Akibat kecelakaan. Dia tak pernah ingin aku membahas tentang itu. Tatapannya seolah dingin tapi rapuh setelah aku menyinggung tentang Ibunya. Dia memang penuh misteri.

"Untuk menstabilkan kondisinya sebaiknya dia dibiarkan istirahat beberapa hari ini. Untuk traumanya, dia mengalami Amnesia tingkat lanjut, mungkin tidak secara permanen. Namun untuk mengembalikan ingatannya kurasa perlu waktu yang cukup lama." suara nasihat dokter Adam samar-samar terdengar oleh telingaku

Mereka kini sudah berada di luar ruangan bersamaku yang bingung. Mr. Charlton memandangiku dengan tatapan yang tak mampu kuartikan. Entah seperti mengancam, atau justru berterimakasih. Oh, aku lupa aku harus menghormatinya. Aku menyunggingkan senyuman tulusku padanya. Berharap ini bukan awal yang buruk.

"Ms. Heavensbee, terimakasih sudah membantu anak saya, bisa kita bertemu lagi besok? Ada beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu." Dia menghampiri ku, seraya menjabat tanganku

Dia masih tampan diusianya yang senja. Aku bertaruh umurnya bahkan sudah menginjak kepala 5. Aku tak bisa melihat kemiripan Edward padanya. Mr. Charlton memiliki mata cokelat yang indah. Hidung panjang dan rambut cokelat ikal yang mempesona. Sedangkan Edward, ia memiliki mata abu-abu yang sempurna, rambut hitam dan hidung bengkok.

"Apa kau bisa Mrs.Heavensbee?" suaranya menghentikan lamunanku tentang paras mereka.

"Oh, tentu Mr. Charlton" aku menyeringai

***★***

 'Ah, kutu kupret si Jeann!' aku mendengus kesal.

Umpatan Indonesia ku terkadang muncul tanpa kusadari. Nenekku asli betawi. Sedangkan kakekku dia orang Bali. Ayah dari kakekku seorang turis. Wajarlah Mama dan aku memiliki wajah blasteran. Ah, aku sangat merindukan mereka.

Aku mengambil handphone di saku celanaku. Menghubungi sesorang yang sangat ku rindukan.

"Halo," suara familiar itu terdengar setelah nada sambung.

"Hai bu," aku menyapanya seolah kami sering bertemu.

Aku menceritakan semua kejadian minggu ini. Yeah, kecuali Edward, Andrew, dan Fred. Ibu selalu menunggu panggilan dariku. Dia memang malaikatku. Ah, rasanya pundak dan dada ini merindukan setiap pelukan hangatnya. Marry Heavensbee. Nama yang biasa ku dengar.  Mendengar suaranya pun sudah membuatku tenang belakangan ini.

Jam berputar seakan tak pernah bosan. Aku menghitung setiap detik dan menit yang kami lalui sekarang. Aku tertegun. Aku menampik perasaan anehku ini. Rindu ini menampar kuat hatiku. Cukup, minggu depan aku akan pulang ke Indonesia.

Kami pun menyudahi percakapan. Lalu kembali menuju ranjang tempat tidurku.

Pikiranku kembali melayang menjauh. Aku membayangkan Edward yang tak akan mengenalku. Seharusnya itu berita bagus buatku. Tapi entah mengapa aku merasa gelisah. Beberapa kali aku mencampakkannya. Entah kenangan apa yang ia miliki tentangku. Siapa pengganti diriku waktu itu. Dan siapa yang berada disisinya sekarang? Apa dia sudah melepas masa lajangnya? Apa, dan apa. Segelumit pertanyaan muncul di otakku seakan meyumbat dan hampir meledak.

UNSIGN : Nice to Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang