BAB 14

169 5 0
                                    

Aku kira kamu berubah, ternyata kamu berulah.

***

Pagi ini Alina telah memohon-mohon untuk tetap masuk sekolah kepada kedua orang tuanya. Ia merasa bahwa kondisinya sudah membaik, walaupun masih pusing dan lemas.

Padahal Agis dan Romi sudah sangat melarang Alina untuk sekolah, melihat kondisi wajahnya yang pucat dan suhu tubuhnya masih panas.

Dengan wajah sayu serta rayuan maut dan sedikit manja, Alina akhirnya berhasil membujuk kedua orangtuanya agar dirinya di perbolehkan sekolah.

"janji kalo ada apapa telfon Mama? Kalo udah nggak kuat bisa izin ke pihak sekolah buat pulang. Kamu paham kan sayang?" kata Agis saat Alina hendak turun dari mobil. Terlihat sekali bahwa Ia sangat cemas dengan kondisi putrinya.

Jadi Alina di paksa untuk ikut bersama dengan Agis, tadinya ingin diajak ke dokter lebih dulu, tapi Alina menolak, Ia tetap ingin sekolah.

"Iya, Ma"

Alina menyalimi tangan Agis yang wajahnya terlihat sangat khawatir. Alina tersenyum lebar, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. "Assalamualaikum"

"waalaikumsalam, inget ya kalo pusing lagi langsung ke Uks. Obat yang dari Ari jangan lupa di minum" ingatnya lagi, kali ini Agis mencium kening putrinya dengan sayang.

"lekas sembuh, sayang"

Ingin rasanya Alina menitikkan air mata saat mendapatkan perlakuan hangat dari Agis yang terasa sudah lama menghilang.

Maka Alina menggigit bibir bawahnya, menahan tangis, mengangguk mengiyakan. Alina pun sempat melihat mata Agis yang juga berkaca-kaca.

Tidak ada sepatah kata yang terucap kembali, yang ada hanya kerinduan dari keduanya.

Sungguh, Alina sangat merindukan kehangatan dari seorang Ibu semenjak hari itu.

***

"BARA!"

Baru saja Alina memasuki kelas, Ia sudah disambut oleh teriakan Mini yang memekakkan telinga. Dan itu karena si Bara idiot.

"bayar! Lo udah ngutang tiga puluh tujuh ribu! Bisanya ngambilin jajanan gue doang, tapi nggak mau bayar!" sungut Mini yang kesal akan sikap Bara.

"yaelah Min, sante aja kali. Nanti juga kalo gue kaya gue bayarin semua utangnya"

"terus gue harus nungguin lo kaya dulu gitu?! Helow, lo pikir lo dukun yang bisa melipat gandakan uang?!"

"berisik lo kaya petasan kondangan"

"elo yang bik-"

"HAI ALINA!" ucapan Mini di potong oleh teriakan menggelegar dari Bara saat melihat Alina yang sedang berjalan kearah kursinya.

Tanpa memperdulikan Mini yang masih marah-marah di samping meja Bara, lelaki itu berdiri dan berniat menghampiri Alina.

"bayar dulu Bara! Jangan mengalihkan pembicaraan! Gue nggak suka" hadang Mini.

Bara memutar bola matanya malas. Lalu mengambil uang dari saku celana. "nih dua ribu! Sisanya nanti kalo gue udah sukses. Minggir lo kutu, lo kata gue juga suka sama lo. Hih!" Bara menarik kerah belakang Mini agar tidak menghalangi jalannya.

"heh! Lo pikir gue kucing?! Bayarnya cuma dua ribu doang lagi!" bentak Mini yang merasa nggak bisa diginiin.

Bara malah mengacuhkannya, Ia tidak peduli dengan kebawelan si mungil Mini. Yang penting sekarang adalah Alina.

"halo cantik" sapa Bara seperti biasa, Ia mendudukkan tubuhnya di kursi depan Alina.

Karena kondisi Alina yang masih lemas, maka perempuan itu hanya tersenyum kecil.

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang