Chapter 10

394 10 0
                                    

' nomor yang anda hubungi tidak menjawab, coba beberapa saat lagi ' aku sedang berusaha menghubungi Darel, sejak dari tadi karena hari ini dia tidak masuk sekolah dan perlu kalian tau sudah beberapa bulan ini hubungan kami semakin baik, intens, dekat dan banyak yang mengira kami adalah sepasang kekasih ( aku harap seperti itu, cuma dia gak peka mulu ) sebetulnya Darel sudah memberitahuku kalau dia tidak bisa menjagaku hari ini karena dia ada rapat penting ( walaupun usianya masih muda, dia diberi tanggung jawab yang besar oleh Daddynya dan aku kagum padanya karena mampu menghandle semuanya ) tapi aku menghubunginya karena dari tadi ada seorang pria memandangiku aneh dan aku terus merapalkan doa. Semakin lama orang itu mendekat dan sekarang dia berada tepat disebelahku, aku semakin terpojok duduk dihalte ini, aku sudah memasang ancang-ancang untuk lari namun sebelum aku berdiri pria itu sudah mencekal tanganku sangat kuat dan itu perih.
"Berusaha lari nona" katanya menyeringgai
dan sebuah pisau dia keluarkan, ( Oh God, mimpi apa aku semalam bisa sesial ini )
" Tidak, itu hanya perasaanmu saja " kilahku tegas, aku tidak mau kelihatan lemah dan takut
" Oh baguslah, sekarang ikut denganku " aku pun mengikutinya dan tibalah kami disebuah rumah tua dan kumuh.
" Lepaskan aku... kau bisa menyakiti tanganku " titahku menahan sakit
" Emang itu tujuanku nona, kau mau tau alasannya, KARENA KELUARGAMU SUDAH MENGHANCURKANKU " ucapnya dengan tajam dan kilat marah ( Ya Tuhan mana mungkin keluargaku menghancurkan seseorang, aku tidak percaya ini ) pikirku.
" Jangan mengarang cerita bohong padaku... aku yakin kau hancur karena ulahmu sendiri dan lihat sekarang kau sangat menyedihkan " tantangku padanya
' Plakk 'bunyi tamparan keras dan panas mendarat dipipiku dan menyobekkan ujung bibirku dan darah segar mengalir
" Lihatlah betapa kasarnya dirimu, aku sangat yakin tidak ada wanita yang bertahan denganmu dan hancurnya kau karena sikapmu sendiri " ucapku semakin berani, ' Plak 'tamparan kembali dilayangkan kepadaku
" Beraninya kau menantangku anak kecil, apakah kau tidak takut dengan pisau ini, jangan perpikir bahwa ini main " mataku membulat saat dia mengarahkan pisau itu ke pipiku
" Cih..aku tau itu asli dan aku yakin kau tidak akan berani melakukan itu padaku " yakinku padanya bukan yakinku pada diriku sendiri
" Pede sekali kau, kenapa kau takut " dan tanpa aba-aba dimengeros lenganku, darah segar mengalir dan bau amis tercium ( percayalah ini perih ) aku menahan isakku
" Kenapa diam, sakit heum? " katanya senang, dasar psikopat gila.
" Coba saja ayahmu tidak membuatku malu didepan para pemegang saham mungkin aku sudah menjadi seorang suami dari salah satu putri pemegang saham itu " ucapnya sendu dan menerawang jauh
" Tapi tak apa, sekarang aku sudah bersama gadis cantik disini " dia mulai membelai pipiku dan entah sejak kapan aku sudah terikat
" Hentikan... kau sekarang membuatku sangat takut " aku berusaha biasa saja namun aku sekarang benar takut
" Oh dear, tenang saja aku akan mulai dengan pelan tapi sebelum itu aku akan mengirim pesan pada ayahmu dan pacarmu itu " katanya menyeringai sambil mengetik sesuatu di hpnya ( Oh God, Help me )

James Comp. ~ Darel dari tadi fokus pada rapat yang kebetulan diadakan diperusahaan keluarga Tiffany tapi fokusnya terganggu saat ponselnya bergetar terus menerus dan saat dilihat siapa yang menghubunginya, dia hanya geleng-geleng ( dasar anak manja, apakah dia merindukanku? ) dan kembali fokus rapat, tak terasa rapat pun selesai dengan dimenangkan oleh James Comp.
" Tidakku ragukan kau sangat ahli dibidang ini " kata James bangga pada Darel 
" Terima kasih Om, ini juga berkat Dad dan Om yang selalu melatihku " ucapku tulus
Akhirnya mereka larut dalam obrolan mereka sendiri namun terhenti ketika ponsel mereka sama-sama bergetar, detik berikutnya tubuh mereka menegang dan saling melemparkan pandang ( double shit, kita kecolongan lagi ). Mereka pun langsung pergi dan menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Fany, dijalan Darel dan James sibuk dengan pikiran mereka.
( Maafkan aku Bee, aku mengabaikan telponmu dan lalai menjagamu ) batin Darel sedih. ( Oh God, lindungi putriku ) batin James menjerit. Lamunan mereka terhenti saat mendengar suara hp,
" Apa yang kalian dapatkan dan bagaimana keadaan Fany " tanya James to the point
" ............................. " ( Hanya James yang tau )
James menutupnya dengan sepihak, matanya memburu dan tangannya mengepal kuat, Darel yang melihat itu seakan mengerti dan tubuhnya menegang.
James menyuruh supirnya untuk cepat ketempat yang James katakan.
Rumah tua dan kumuh pemandang yang kami lihat pertama kali dan kami sudah membuat rencana yang sangat matang dan saat kami hampir dekat dengan pintu, kami mendengar Fany berteriak " Hentikan, kumohon " mohonnya dengan isak tangis. Aku merasa tertohok mendengar suaranya itu ( demi apapun aku tidak akan segan-segan menghabisi orang gila itu )
" Bertahanlah sedikit lagi Bee " gumamku

' Bugh.... Bugh.... Bugh ' aku menyerang orang itu dengan brutal  dan dia tidak kalah brutal membalasku, itulah yang aku lakukan setelah kami berhasil masuk.
Bugh... Bugh... Bugh" ini buat loe yang berani-berani menyakitinya " aku menghajarnya tanpa ampun dan kulihat dia terkulai tak berdaya.
" Urus dia dan pastikan dia mendekap dipenjara " ucapku dingin dan tajam.
Aku melihat Fany sedang menangis dipelukan James dan dapat kulihat beberapa tubuh Fany terluka dan pipinya merah padam, bibirnya tersebok, aku yakin orang gila itu telah berbuat sangat kasar. Aku mengusap lembut puncak kepala Fany dengan lembut dan seketika Fany berbalik memelukku dan tangisnya semakin pecah,
" Bee maafkan aku, aku gagal mejagamu, lihat bahkan kau terluka " aku mengelus pipinya yang merah dan bibirnya yang robek
" Apakah ini sakit " tanya polos menekan kuat lebamku  dan mengabaikan ucapanku
" Aww... ini gak sakit Bee, dan lihatlah kondisimu sendiri " ucapku galak
" Aku kenapa? Aku baik-baik saja " jawabnya kelewat polos
" Sayangku, lihat dirimu terluka dan kau bilang baik-baik saja, Ck..apakah kau melupakannya secepat itu dan tak merasa sakit " aku gemas melihat tingkahnya, kulihat dia menegang dan matanya membulat sempurna ( bodoh kau Darel, kenapa kau mengingatkan kejadian itu, lihat yang terjadi sekarang )
" Bee jangan dipikirkan, aku akan menjagamu lebih ketat lagi dan sekarang kita pulang mengobati lukamu " ucap Darel sambil menautkan jari mereka.
" Gendong " rengek Fany manja dan merentangkan kedua tangannya
" Dengan senang hati Bee " aku menggendong Fany didepan dengan sigap Fany memeluk leherku erat dan kakinya melingkar dipinggangku.
Selama perjalanan pulang Om James terus tersenyum saat melihatku dan Fany, bayangkan saja...  Fany tidak mau melepaskan pelukannya, dia dengan santainya duduk dipangkuanku dan memelukku erat ( kalau cuma berdua sih gapapa Bee tapi ini ada Dad loh )
" Bee malu tau diliatin Dad " ucapku pelan memberinya pengertian,
" Darelll... Dad aja biasa dan tidak melarangku, kenapa kamu gak suka aku peluk? atau kamu bosen yah jagain aku " desakku dan tangisku kembali pecah, aku panik melihatnya menangis,
" Cup...cup...cup honey bee ku, jangan nangis lagi yah, aku suka banget saat kamu memelukku dan aku tidak akan pernah bosan menjagamu, jadi jangan mengatakan hal yang tidak-tidak karena itu sangat membuatku sedih " aku memeluknya erat dan membiarkan dia meluapkan tangisnya, ini hari yang berat buatnya. Kulihat dia tertidur dengan nyenyaknya, tanpa beban dan damai ( bersabarlah sayang, aku tidak akan pernah melepaskanmu dan aku akan memilikimu sepenuhnya ) dan kukecup sekilas bibir ranumnya. Aku membiarkannya tertidur dan aku bersumpah aku akan menjaganya sampai titik darah penghabisan karena aku sangat tau banyak sekali yang mengincar gadisnya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan



Red LipsWhere stories live. Discover now