4. Jenuh & Bimbang

Start from the beginning
                                    

Pada akhirnya, Mercedes Benz milik Arka terparkir rapi didepan lobby kampus Ratna.
Dengan cepat, Ratna bergegas melepas seatbelt-nya dan keluar dari mobil.
Bersamaan dengan itu, tangan Arka menahan kepergian Ratna.

"Heh, salaman dulu sini sama calon suami." Kata Arka dengan tengil seraya menuduhkan punggung tangannya ke udara.

"Pede banget kamu, belum tentu aku mau sama kamu." Ratna menjulurkan lidahnya sambil berusaha melepas genggaman tangan Arka.
Tetapi Arka tetap menahan tangan Ratna.

"Tunggu sampai aku berhasil memilikimu." Arka mengedipkan sebelah matanya, bermaksud ingin menggoda Ratna. Dan berhasil, wajah Ratna memerah karena kedipan Arka yang membuatnya terpesona.

Tak ingin terhanyut dalam pesona Arka, Ratna melesat begitu saja kedalam kampus. Meninggalkan Arka yang tertawa kecil dimobilnya.

.
.
.

Seorang pria bertubuh tegap nan tinggi berkulit sawo matang, dan dilengkapi senyuman menawannya. Berdiri, memandangi secarik kertas foto yang masih terawat.
Melihat senyuman yang terukir jelas difoto itu, senyuman yang senantiasa membuatnya luluh dan tenang. Ia merindukannya.
Merindukan sosok periangnya, merindukan sosok manjanya, merindukan sosok yang membuatnya bangkit dari keterpurukan.
Tapi kembali ia ingat, sosok itu tak akan pernah kembali padanya. Ini semua salahnya.
Kesalahan terbodoh yang pernah ia lakukan. Bahkan dirinya sendiri pun tak akan pernah memaafkannya.

Dengan memaki dirinya sendiri saja masih belum cukup untuk menebus kesalahannya.
Seperih apapun kulit yang terkena goresan kaca, bekas lukanya masih bisa menghilang.
Tetapi jika hati wanita tergores oleh benda yang terus membayanginya, bekasnya belum tentu hilang

Ferrel, pria itu kembali melihat kertas foto ditangannya.
Ada sedikit rasa tak rela ketika melihat gadisnya bersama orang yang ia benci. Orang yang sering berkelahi dengannya saat SMP. Bahkan, ia menjadi musuh bebuyutannya, Arka.

Ferrel mengambil kunci mobilnya yang tergantung di ruang tv, dan bergegas mengunci pintu apartemennya.
Menaiki lift menuju basement, mencari mobilnya, dan langsung tancap gas. Tanpa tahu kemana tujuannya.

.

Dilobby, wanita cantik itu berdiri, menunggu mercedes benz hitam milik Arka.
Dengan muka dongkolnya, ia melirik jam ditangan kirinya.

Kemana anak itu. Batinnya.

Secara kebetulan, mercedes benz hitam Arka terparkir dihadapannya.
Ratna bergegas masuk kemobil, dan memakai seatbelt nya.

"Kemana saja sih, lama banget!" Ratna memanyunkan bibirnya.

"Maaf Rat, tadi aku masih ada urusan dikantor sama client." Ujar Arka sambil mencubit pipi Ratna dengan tangan kirinya.

"Iih, sakit tau." Ratna semakin memanyunkan bibirnya.

"Makanya kamu jangan manyun gitu dong, mau aku cium ha?" Arka menatap Ratna dengan tatapan menggoda.

"Apasih kamu Ka." Balas Ratna dengan sedikit menundukkan wajahnya yang memerah.

"Kenapa kamu?" Tanya Arka seraya menengok kearah Ratna.

"E..engga." Jawab Ratna dengan gugup.

Arka berusaha untuk menggapai dagu Ratna dan menaikkan dagunya sedikit.

"Kenapa merah begitu?" Ujar Arka dengan sedikit tersenyum, padahal ia tahu kalau Ratna sedang malu.

"Ah Arka, aku nggapapa." Ratna melepas tangan Arka dari dagunya.

Tak menjawab Ratna, Arka kembali fokus menyetir dengan menahan tawanya.

.

Tak terasa, mercedes benz hitam Arka telah berada dihalaman rumah Ratna.

About The ReasonWhere stories live. Discover now