4. Jenuh & Bimbang

971 31 3
                                    

WARNING: TYPO(S) EVERYWHERE!

****

Perasaan kadang muncul ditengah perjalanan. Dan bercampur menjadi satu dengan perasaan yang baru. Bukan berarti setiap yang baru menjadi permasalahan, justru kita harus memperjuangkannya hingga titik darah penghabisan.

.

Terkadang, seseorang merasa bosan dengan pasangannya. Tetapi jangan salah, bukan karena orang ketiga atau apapun. Justru dia belum memperjuangkan perasaannya sampai titik darah penghabisan. Dalam suatu hubungan, menjaga perasaan satu sama lain itu penting. Karena dalam hubungan, dibutuhkan pengertian dan kedewasaan agar bisa saling memahami.

Menunggu, terkadang membuat setiap yang menjalaninya merasa jenuh. Tetapi apa boleh buat? Jika menunggu adalah yang terbaik, maka setiap orang akan rela menjalaninya.
Terlebih menunggu kepastian. Bukan hanya menunggu kepastian si "dia" saja, tetapi menunggu kepastian perasaan yang terkadang masih di pertanyakan.

Semuanya antara menyerah dan berjuang.

Menyerah bilamana perasaan itu tak terbalas. Berjuang meskipun hanya memiliki sedikit kesempatan.

Jenuh dan bimbang, perasaan yang berbeda namun sama.
Dalam artian, jenuh dan bimbang saling berdampingan di perasaan seseorang.

Seseorang bimbang, karena ia tengah jenuh.

Namun jenuh dan bimbang seringkali bertengkar. Pertengkaran dalam perasaan, dimana yang paling dominan adalah pemenangnya.

****

Arka tengah menunggu Ratna dimobilnya. Tangannya menekan tombol radio. Ia bosan, terlalu lama menunggu Ratna untuk keluar dari rumahnya

Tok tok tok!

Spontan Arka menengadahkan kepalanya kearah sumber suara.

"Buka pintunya Arka!" Ratna sedikit teriak di depan jendela mobil Arka.

Arka yang baru menyadari bahwa pintu mobilnya ternyata dikunci, akhirnya dibuka.

"Gimana sih, lama banget!" Lagi, Ratna menggerutu disebelah Arka.
Arka yang melihatnya hanya menghembuskan napas kasarnya dan segera tancap gas.

Hari ini, Arka memiliki jadwal tersendiri, yaitu antar-jemput Ratna dikampusnya.

"Cepat sedikit, pak supir!" See? Ini yang membuat Arka sedikit kesal. Arka hanya memutar bola matanya malas setiap kali mendengar kalimat itu.

Jika dihitung-hitung, sudah sekitar 3 kali Ratna mengucapkan kalimat itu.

Seperti saat dilampu merah,

"Lama banget sih, Ka!"

Dikemacetan,

"Ish, kok ga jalan-jalan sih!"

Dan juga di pertigaan,

"Gas pol Arka, biar cepet!"

Itulah, yang membuat Arka geleng-geleng kepala tiap kali mengingatnya.
Ratna memang cerewet sekali ketika tempat yang ia tuju itu dekat, tetapi sampainya malah lama.
.
.

About The ReasonDove le storie prendono vita. Scoprilo ora