Anisa dan Anisa lagi

24 7 0
                                    

Hari itu Anisa cek up kerumah sakit, Fikri diminta Ibuk untuk mengantar. Lalu Anisa terpaksa operasi polip. Yang aku heran kenapa Ibuk selalu melibatkan Fikri dalam segala hal, kenapa harus Fikri yang mengantar, bahkan menunggu Anisa dirumah sakit.

Aku masih berusaha berfikir bahwa ibuk menganggap Fikri anaknya. Tapi hatiku semakin gelisah. Aku tau keluargaku tidak seakrab itu dengan Fikri, tapi kali ini aku merasa Fikri semakin jauh. Aku tau dia masih mengantar jemputku, masih sms dan menelponku. Tapi tidak sesering dulu. Apa yang terjadi dalam hubungan kami.

Setelah Anisa keluar dari rumah sakit, Ibuk memutuskan untuk jalan ke pantai bersama anak-anak komunitas. Aku merasa malas untuk ikut, tapi Fikri bersikeras untuk ikut. Padahal didalam hati aku ingin menghabiskan waktu dengan Fikri, seperti dulu jalan berdua, mengambil foto, menonton bioskop, makan di lesehan, bermain time zone, bahkan hanya sekedar duduk ditaman menghabiskan waktu berdua. Kini waktu itu tidak pernah terjadi lagi.

Sesampainya dipantai semua terasa sangat berbeda Anisa yang dulu sering menyapa saat bertemu malah membuang muka. Aku heran apa salahku. Aku mencoba mengikuti Fikri berharap bisa berduaan.
Fikri berenang aku ikut mendekat lalu Fikri pun tampak menghindar. Fikri main pasir aku mencoba bergabung lalu Fikri pun meninggalkanku begitu saja dengan alasan-alasannya.

Saat aku mencoba pasrah dan duduk saja, aku melihat Fikri sedang bergabung dengan yang lain. Anisa pun datang, dan mereka tampak akrab dan tertawa lepas.
Cemburuku keluar aku pergi dari sana menjauh, aku berharap Fikri tau dan menyusul tapi ternyata tidak. Hari itu Fikri benar benar menjauh, apa yang terjadi...?. Tapi aku takut bertanya aku tidak mau Fikri marah, lalu waktu kami yang semakin sedikit ini berantakan.
Akhirnya aku memendam semua.

Peranku yang dulu menjadi satu-satunya yang dia cari saat dia butuhkan kini tidak lagi. Peranku dulu yang menjadi satu-satunya pembicaraan kini tidak lagi. Tanganku yang dulu selalu digenggam kemana-mana kini tak pernah disentuhnya lagi. Waktu-waktu kami berdua menghabiskan malam dan membahas masa depan kini tak pernah lagi. Pelukannya, kecupan dikening itu tak pernah lagi ada. Untuk berfoto lagi seperti dulu tidak pernah lagi ada. Apalagi mengharapkan makan berdua dan bermain timezone berdua.

Aku sering bertanya apakah masih sayang denganku, apakah bosan denganku. Namun jawabannya mengisyaratkan itu hanya sebuah pertanyaan biasa.

My YellowWhere stories live. Discover now