Dua tahun

18 8 0
                                    

Semakin hari rasa sayangku ke Fikri bertambah, meski kami tak luput dari perbedaan pendapat dan pertengkaran tapi dia slalu mengalah dan meminta maaf duluan. Sikapku yang keras dan sikapnya yang santai kadang jadi perdebatan.

Suatu hari saat di mall kami bertemu sekelompok anak remaja yang ternyata membuat sebuah komunitas. Dia pun bergabung, karna komunitas ini termasuk besar karna disetiap kota ada. Apalagi komunitas ini berasal dari kampungnya tanah kelahirannya.

Saat tiba hari berkumpul, ternyata ramai anggotanya, tidak hanya remaja yang terlibat ada yang masih SMP dan SMA. Ada juga yang seumuran kami bahkan lebih tua. Aku tidak bisa berbaur, aku binggung mulai dari mana. Tapi Fikri seakan sangat semangat, dan larut dengan anak anak komunitas tersebut. Aku berfikir positif, mungkin kesepian dia hidup merantau di Batam, tertutupi dengan komunitas ini. Aku tidak bisa lama menemani Fikri , aku hanya bisa menghabiskan malam jam 9.30 dan aku harus pulang demi kepercayaan orang tuaku. Dan Fikri pun mengantar dan balik ke mereka lagi.

Berhari hari, berminggu minggu berlalu komunitas sungguh menjadi rumah kedua Fikri. Komunitas tersebut ingin mengadakan rapat memilih ketua dan menyusun organisasi yang lebih rapi. Aku mengikuti juga demi Fikri.

Kami berkumpul di depan ruko yang kosong lalu setelah semua berkumpul kami konvoi dengan motor. Itu kali pertamaku merasa bebas, dan seperti menikmati cara hidup yang berbeda dari yang selama ini aku jalani.

Sampai di pantai mereka mulai mengambil suara dan terpilihlah ketuanya.
Fikri banyak yang calonkan tapi aku melarangnya, aku tidak mau komunitas ini mengusik jam kerjanya.
Fikri tampak sangat akrab dengan anggota yang lain, dan aku hanya bisa menontonnya saja.

Semakin lama Fikri semakin larut dikomunitas tersebut, anggotanya pun makin banyak. Disetiap pertemuan dan rapat ada saja orang baru yang bergabung. Aku masih merasa asing dan tidak nyaman, para ladiesnya nampak sudah terbiasa akrab dengan laki laki termasuk Fikri. Aku mulai posesif dan cemburu, tapi Fikri slalu punya alasan dan jawaban.

Hari itu ada seorang ladies yang orang tuanya dan adik adiknya ikut.
Aku merapatkan diri ke ibuk itu, jiwanya terlihat muda,terbuka dan gaul. Keramahannya membuatku nyalan bergabunh duduk menikmati kebersamaan ini. Dan kesempatan berikutnya Fikri mengajakku kerumah ibuk itu. Aku senang Fikri merasa seperti dirumahnya, dengan keluarganya, dan adik adiknya. Setidaknya ia tidak begitu merindukan kampung halamannya.

Fikri pun lebih sering main dirumah ibuk dari pada kerumahku. Tapi aku berusaha bijaksana slama dia tidak ditempat yang bukan bukan.

Rumah Ibuk itu menjadi tempat berkumpul jadinya sebelum mengadakan konvoi atau mengadakan rapat anggota. Aku tidak bisa setiap hari datang karna faktor kerja dan kadang perbedaan shift kerja membuatku tidak bertelu Fikri seminggu atau dua minggu bahkan. Apa yang dia lakukan aku tidak tau hanya saja Fikri masih rajin menjawab telponku atau membalas pesanku.

My YellowWhere stories live. Discover now