n.h. // captured

8.2K 481 59
                                    

A/N: This was a short one. Maaf ya tiaracaca kalo gak sesuai dengan harapan slash bayangan kamu dan terima kasih juga sudah menunggu dengan sabar :)

ENJOY!

***

Bibir Tiara melengkung membentuk sebuah senyuman. Dengan hati-hati ia menekan tombol yang melekat di jari telunjuknya. Ya! Bidikan kameranya sudah sempurna. Tinggal satu gambar lagi setelah itu ia bisa pulang ke rumah dengan tenang.

"Stay still, doll," Tiara menggerakan lensa kameranya yang memiliki resolusi tinggi tersebut. Ia tersenyum lagi,  "Sudut yang sempurna."

Belum sempat Tiara memotret objek tersebut, seseorang mengagetkannya dari belakang hingga membuatnya hampir kehilangan kamera berharganya. Untung saja refleksnya bagus, kalau tidak, mungkin saja kameranya sudah berkumpul bersama  kawanan angsa yang ada di pinggir danau.

Tiara pun berbalik dalam kecepatan cahaya untuk melihat siapa gerangan yang mengganggunya dalam mengambil gambar terakhirnya hari ini.

"Tiara!" seru seorang pemuda beraksen Irlandia yang lumayan kental. Orang itu melebarkan tangannya selebar lemari tiga pintu, menunggu Tiara menyambut pelukannya.

"Niall, kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Tiara bingung.

Niall memanyunkan bibirnya, "Oke, sepertinya kau tidak sedang mood untuk sebuah pelukan dariku hari ini. Padahal aku merindukan pelukanmu karena sudah sebulan ini kita tidak bertemu."

Tiara menahan napasnya. Not that look... not with that puppy eyes...

Setelah berhasil menguasai dirinya untuk tidak menganggap ucapan Niall barusan sebagai sesuatu yang serius, Tiara berbicara lagi, "Aku hampir menjatuhkan kameraku ke dalam danau, Ni," ia memutar matanya. "You should at least say sorry for that. Jangan mengagetiku seperti itu lagi. Terutama pada saat aku sedang bekerja."

"Girls," Niall mendecih.

"Jadi, kenapa kau bisa ada di sini?" Tiara melemparkan pertanyaan yang sama lagi sambil mengalungkan kameranya.

Niall mengulum senyum, "Aku juga tidak tahu. Dunia ini terlalu sempit, bukan?"

"Are you, by any chance, tailing me all the way from Mullingar?" Tiara menatap Niall dengan tatapan penuh selidik.

Niall menggoyang-goyangkan tangannya penuh semangat, "Tidak, tidak! Kenapa harus?" balasnya. Sedetik kemudian Niall berkata, "Coba kutanyakan ini padamu."

Alis Tiara naik sebelah, "Apa?"

"Kenapa kau memotret angsa-angsa itu dari sini?"

"Karena aku bisa?"

"Supaya?"

"Supaya aku bisa mendapatkan sudut yang sempurna untuk hasil jepretanku."

"Hasil jepretan yang...?"

"Tentu saja yang bagus!"

"Nah, kalau kau bertanya pada Tuhan mengapa kita bisa dipertemukan di sini, jawabannya mungkin juga akan sama. Supaya kau dan aku bisa mendapatkan hasil yang bagus di akhir nanti."

Tiara tertawa geli mendengar apa yang baru saja Niall utarakan. "You're being ridiculous now."

Mungkin bibirnya berkata seperti itu, tapi tidak dengan apa yang ada di dalam dadanya sekarang. Jantungnya berdebar hebat. Tiara saja tak yakin jika saat ini kakinya masih menapak ke tanah. Gila. Niall barusan menggodanya!

"Hei, aku serius," sela Niall, hidungnya memerah karena udara terasa begitu dingin untuk keluar hanya dengan menggunakan baju tipis tanpa mantel untuk menghangatkan tubuhnya.

Word VomitWhere stories live. Discover now