Lagi

74 8 4
                                    

"Kamu itu seperti bintang yang membantu gelapnya malam. Apakah kamu hantu? menghilang entah kemana, kadang datang secara tiba-tiba."

•••

Hari semakin berlalu. Matahari dan bulan tak pernah bosan silih berganti. Menjaga siang dan malam.

Hal yang sederhana menjadi rumit ketika kita melupakan waktu.

Telat! Telat bangun, telat mandi, telat sarapan. Perihal seperti itu adalah hal yang sederhana. Semuanya berubah mengancam diri.

Brug... !!!

Suara manusia terjatuh. Keyla dibangunkan oleh dirinya sendiri dengan keadaan yang menyakitkan. Terjatuh dari ranjang. Meringis memejamkan mata. Seketika matanya melotot kaget.

"Udah jam berapa ini?"

Jam weker yang biasa membangunkan dirinya tak ada tanda-tanda bahwa ia masih hidup. Sial! Jam itu kehabisan baterai. Keyla lupa belum menggantinya. Dilihat di HPnya sudah pukul 5.50. Jam segitu Keyla sudah merasa telat segalanya.

Buru-buru mandi, memakai baju, kacamata dan mempersiapkan segala keperluan sekolah.

"Mah! Kok aku gak dibangunin sih?!" seru Keyla kesal sembari memakai sepatu di atas undakan anak tangga.

"Biasanya juga kamu bangun pagi sendiri, kan ada jam weker," ucap Mamahnya yang sedang memanggang roti tawar di dapur.

"Ayo sarapan dulu!"

"Gak sempat Mah." Keyla hanya meminum susu yang tersedia di atas meja makan.

"Ini aja udah cukup, aku berangkat ya Mah." Keyla mencium punggung telapak tangan Mamahnya.

"Pak Hadi mana Mah?"

"Ada di depan."

•••••

Keyla harus sujud syukur. Masih sempat masuk melewati pintu gerbang yang dijaga Bu Entin, 15 menit sebelum bel jam pelajaran pertama di bunyikan. Gerbang itu dianggap keramat karena satu-satunya jalur masuk ke dalam SMA Dharma. Sebab pintu kedua yaitu pintu belakang selalu di kunci gembok dengan rapi, khusus para penjaga kantin dan sekarang jarang terjamah oleh manusia.

"Untuk seluruh siswa. Untuk seluruh siswa yang masih berada di luar, silahkan memasuki kelasnya masing-masing untuk melaksakan Literasi."

Pengeras suara menggema di setiap kelas di atas papan tulis. Membuat semua murid tergesa-gesa memasuki kelasnya masing-masing. Kebiasaan Pak Agus yang selalu memberikan aba-aba peringatan itu di pengeras suara setiap pagi, ciri khas logat jawanya yang cukup kental terdengar di telinga.

Program Literasi sekolah ini sudah berjalan selama hampir setahun. Salah satu program pemerintah akibat dari rendahnya minat baca di Indonesia. Siswa wajib memiliki buku bacaan, Fiksi dan Non Fiksi di luar mata pelajaran sekolah.

Tumben banget kelas Keyla pagi ini sudah penuh. Ada yang sudah membaca novel, ada yang masih ngobrol, ada yang lagi nyalin PR, dan ada yang lagi jalan-jalan ke bangku teman yang lain. Entah apa yang mereka lakukan.

Seperti hari-hari biasanya. Sebelum literasi dimulai, ada aja adegan ribut di kelas, kayak emak-emak ikutan lelang. Membuat pengap telinga.

"Woy! novel Dilan gue dimana?!"

"Oh iya, novel Tere Liye gue yang Rindu ada di siapa?!"

"Novel Dilan punya lu ada di gue Mitha!"

"Punya gue yang Ayat-ayat cinta ada di siapa sih?!"

"Gak jualan kacang woy! novel Rindu gue di siapa."

Sesuatu Itu KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang