Tak Tahu

82 13 22
                                    

"Tanpa kehadiranmu, aku bahagia. Tapi mengapa? Terasa hampa dan kosong."

                                   •••

Keyla POV

Hari ini adalah hari senin. Buat seorang pelajar, hari tersebut biasa dibilang sebagai hari keramat. Harus datang pagi karena ada upacara setiap senin. Pakaian harus berseragam rapi dan lengkap, name tag, dasi, topi harus dibawa, belum lagi bawa buku cetak yang lumayan berat, males banget kan. Kalau aku sih, bawa santai aja. Kali ini aku gak mau telat kayak waktu itu. Semoga saja tidak. Maka dari itu aku bangun lebih awal untuk mempersiapkan segalanya. Reputasi sebagai cewek baik-baik dan teladan di sekolah harus aku jaga dengan sebaik-baiknya.

"Selamat pagi bu!" salamku kepada Bu Entin yang berjaga di depan gerbang, ku cium tangannya. Kata nenekku, biar berkah dalam menuntut ilmu.

"Pagi juga Keyla. Jangan telat lagi ya, Awas! nanti ibu catet loh."

Haduh, baru aja sekali telat, udah dapat peringatan aja. Memang benar ya kata pepatah sunda. Halodo sataun lantis ku hujan sapoe. Kebaikan yang udah lama bisa terhapus hanya dengan satu kesalahan. Oke fix, sekarang harus lebih giat lagi.

Upacara berjalan dengan hikmat. Di akhir penutup seharusnya kami kembali ke kelas masing-masing. Kali ini tidak. Ada pengumuman atau semacamnya aku gak tahu. Padahal anak-anak yang lain udah gak sabar ingin kembali ke kelas, rehat sejenak sebelum memulai mata pelajaran pagi ini.

"Pengumuman-pengumuman." ucap protokol pembawa acara dalam upacara senin kali ini yang terdengar pada sebuah pengeras suara.

"Ada apa lagi, sih?" tanya seorang cewek yang berada dibarisan sebelah kananku.

"Gak tahu juga, sih." jawab temannya tersebut.

Aku berusaha memerhatikan ke depan. Ada beberapa anak cowok di dekat Bapak Kepala Sekolah. Mungkin mereka kena masalah atau semacamnya.

"Tes.. Tes.. Selamat pagi semua." sapa Pak Kepsek SMA Dharma, Bapak Guntur namanya.

"Pagi... Pak." jawab semua anak secara serentak.

"Saya akan memberitahu kepada kalian semua, janganlah contoh anak-anak di sebelah saya ini," seraya menunjuk anak cowok yang berada di sebelahnya.

"Mereka anak yang gak tahu aturan, padahal sekolah kita juga memiliki peraturan, buat apa peraturan di langgar? Peraturan Itu dibuat bukan untuk dilanggar. Untuk kebaikan kalian juga, untuk diri kalian juga, supaya hidup kalian itu berada di jalan yang benar." dia menatap ke kanan sampai ujung kiri siswa yang berada dihadapannya.

Berarti, waktu aku telat, aku berada di jalan yang salah dong? gumamku dalam hati.

"Jangan contoh anak ini, sini kamu!" perintahnya kepada seorang cowok yang berjalan hingga berdiri di depan samping Pak Guntur.

Orang itu? Kenapa kena masalah lagi sih.

"Salah satu anak yang tidak menghargai waktu. Sudah datang telat, tidak memakai dasi, tanda nama, topi, baju tidak di masukin ke dalam celana, mau jadi preman kamu disini?! " bentaknya.

Lagi-lagi Kenan kena masalah. Wajar aja sih, cowok urakan kayak dia pasti kena masalah soal kedisiplinan. Lalu, kemana Gio? Cowok brengsek itu kenapa gak ada di depan? Padahal gak jauh beda sama si Kenan. Di barisan kelas juga tidak ada. Teman-teman segenknya malah ada di depan. Ataukah dia emang gak masuk sekolah hari ini?

Kenan hanya berdiam tertunduk, kedua tangannya merapat di dibelakang.

"Saya hanya mengingatkan kembali, Ikuti peraturan!"

Sesuatu Itu KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang