6.

17.4K 2K 216
                                    

    
Haiii semuanya...
Ada yang masih nunggu notif dari cerita ini nggak sih.. Wkwk

Maaf banget.. Updatenya telat. Untuk kedepannya diusahain nggak selama kemarin..

Part ini khusus pov banyu. Dari awal kita kan belum nyinggung dia, belum tau sudut pandang dia selama ini.. Dengan ini moga bisa membantu.

Selamat membaca...

***

BANYU POV

'Level tertinggi dari mencintai adalah merelakan dia bersama orang yang dicintai. Dan, level tertinggi dari bullshit adalah kalimat di atas.'-unknow

Jadi, jika seseorang melepasmu bersama orang yang kamu cintai, berarti dia tidak benar-benar mencintaimu. Cintanya belum seberharga itu. Karena sejatinya, cinta perlu perjuangan. Dengan melepasmu, maka dengan mudah dia bisa melepaskan cintanya juga.

Kesimpulannya aku nggak bakal melepaskan Elisa, sekalipun dia memiliki seseorang yang dia cintai. Karena perasaan yang kumiliki untuknya bukan sesuatu yang harus kulepaskan. Perasaan ingin melengkapi hidupnya dan Jinan.

Mudah saja, prinsipnya aku akan membahagiakanmu, bukan aku akan bahagia jika kamu bahagia. Karena, ketika kebahagiaan dia bersama yang lain, sedikitpun kebahagiaan itu tidak akan pernah menular padaku. Terlalu naïf jika aku membiarkan perasaanku tersiksa.

Kalau kamu yakin dia pilihanmu, maka kejarlah tanpa melihat apapun. Yakinkan bahwa dia akan bahagia bersamamu. Percayalah, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Buktinya, sekarang aku bisa meyakinkan Elisa kembali setelah dia hampir saja membatalkan pertunangan kami. Bonus lainnya, seseorang yang selalu menggangguku sudah tidak berkeliaran lagi di sekitarku.

Melihat dari kegigihannya untuk mendekatiku, aku sempat mengira dia berprinsip sama sepertiku. Tapi ternyata dia menganut pada pemahaman aku akan bahagia jika kamu bahagia, dia telah menunjukan kebodohan untuk kedua kalinya. Bukan Elisa yang kuceritakan, melainkan sesosok gadis yang sering dipanggil Bulan oleh mereka.

Kebodohan yang pertama, sedikitpun dia tidak merasa malu, terus mengejarku padahal dia tahu aku sudah bersama Elisa. Yang kedua, dia menyerah begitu saja, lalu perasaannya selama ini akan disia-siakan begitu saja, begitu?

Darren menatapku tanpa berkedip. Aku baru saja menjelaskan semua pemikiranku padanya. Lebih tepatnya, dia yang mengintrogasiku sampai aku mengeluarkan semuanya. Lumayan juga untuk pendekatan diri lagi, memperbaiki hubungan kami yang sempat berselisih paham. Meski kekesalan dalam hatinya belum hilang sepenuhnya juga sih. Tidak apa lah, setidaknya hubungan kami sedikit lebih baik dari seminggu yang lalu.

"Kenapa?" tanyaku.

"Egois lo Bang." Darren menggelengkan kepalanya dramatis. "Sebenernya lo tuh pengen Bulan mengejar atau menghindar?"

"Apa sih lo. Gue cuman bosan aja. Belakangan gak ada orang yang bisa gue ketusin, jadi gue kesel."

"Ketusin gue masih bisa padahal, ngapain pake acara ngetusin anak orang. Lo kira perasaannya sekuat baja apa?" Darren memalingkan wajah seraya berdecih.

"Jadi, lo bukan anak orang. Begitu?"

"Bodo amat." Darren bangkit, melengos begitu saja memasuki kamarnya.

Untuk kesekian kalinya aku mendesah. Apa sikapku yang terakhir benar-benar keterlaluan ya pada Bulan. Ya, semua orang sering memanggilnya Bulan. Tapi aku tidak pernah sudi untuk menyebut namanya. Wanita ganjen lebih cocok buatnya.

Cahaya Bulan Untuk Sang Banyu [[Revisi+Repost]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang