20

10K 1.2K 45
                                        

"Rumah. Kalaupun kau telah menentukan dimana rumahmu. Dimana kau akan pulang. Percayalah, manusia bisa berubah. Bisa jadi rumahmu bukan dia. Karna rumah, tak hanya satu, bisa pindah, bisa hancur."

💕💕💕

Taehyung baru saja sampai di sekolahnya. Seperti biasa, dia selalu jadi pusat perhatian di sekolahnya. Bagaimana tidak? Taehyung termasuk kedalam 1 dari 7 siswa tampan disekolahnya.

"Hai kak," sapa Yerin saat melihat Taehyung. Ia pun langsung mengaitkan tangannya di lengan taehyung.

"Hai," ucap Taehyung dingin.

"Kak kok dingin gt sih? Senyum dong."

"Emang gue biasanya gimana sama lo? Bukannya tiap hari emang gini?"

Yerun terdiam, malu. Ya, memang benar. Sedekat apapun Taehyung dengan Yerin, dia--Taehyung selalu bersikap dingin kepada Yerin. Berbeda dengan sikapnya kepada Yuna saat mereka masih--ah sudahlah.

"Lo putus kan sama Yuna?"

"Buka urusan lo," Taehyung pun melepaskan tangan Yerin yang mengait di lengannya. Lalu berjalan pergi.

"Ish!" Yerin menghentikan kakinya ke lantai, kesal.

💕💕💕

Bel pulang berbunyi, semua siswa dengan semangat keluar dari kelas. Bel pulang--salah satu panggilan menyenangkan bagi seluruh murid sekolah. Entahlah, itu bagaikan panggilan surga. Sangat indah dan ditunggu-tunggu. Sebelas-duabelas dengan Bel Istirahat.

Yuna melangkah keluar kelas, ia pun keluar dari gerbang dan menuju ke halte bus. Biasanya dia bisa menumpang kepada Kak Mingyu. Atau kepada teman-temannya. Atau dia bisa saja dijemput. Tapi orang tua Yuna sangatlah sibuk. Jangankan hari biasa, weekend pun mereka tetap bekerja. Supirnya? Sayangnya supirnya itu sedang cuti.

Ia duduk disana sendiri, sudah setengah jam tapi--bus dengan rute ke arah rumahnya tak kunjung datang. Sesekali ia melirik jam tangannya. Sudah pukul lima. Langit cerah berganti jilid menjadi mendung. Sepertinya hujan akan turun.

Tetesan pertama hujan mulus menyentuh pipinya. Ia berpindah duduk, karna tempat yang ia duduki--atap pelindungnya bocor. Ia menatap ke jalanan, ia mencari angkutan umum atau apapun itu. Tapi tidak ada. Jalanan kosong, hanya beberapa kendaraan pribadi yang lewat. Ia mulat mengusap-usap lengannya, dingin. Ia bisa saja menggunakan aplikasi online untuk mencari ojeg atau lainnya. Tapi sayang--handphonenya mati.

Ia pun memutuskan untuk menerobos hujan, menyebrangi jalan, lalu mengambil jalan pintas untuk menuju halte yang letaknya sekitar 1 kilometer dari tempat dimana ia berdiri sekarang. Cukup dekat, tapi lumayan jauh.

Tekatnya bulat, ia melangkahkan kaki nya lalu berlari menyebrangi jalan, menerobos hujan. Tetes demi tetes air hujan mengenai tubuhnya. Tapi tak apa. Orang pasti berpikir bahwa dia gila. Bagaimana tidak? Orang mana yang mau berlari-lari ditengah hujan seperti ini?

Dengan lincah ia melompat-lompat kesana kemari. Hingga akhirnya--Bruk!

"Aw!" Yuna menjerit kecil, kakinya terperosok kedalam kubangan air. Tidak terlihat dalam tapi nyatanya itu mampu merendam kakinya hingga ke betis.

Ia mengeluarkan kakinya dari kubangan tersebut. Jongkok sebentar untuk memijat-mijat kakinya. Saat kepalanya terangkat--ia melihat sepasang kaki berdiri dihadapannya. Badannya tak terkena air, orang itu memayunginya?

Ia berdiri, lalu menatap wajah orang tersebut.

"Taehyung?"

"Gue lagi lewat dan kebetulan ngeliat lo jongkok disini. Bener-bener memalukan."

Baru saja Yuna mau bertanya 'sedang apa kamu disini?' eh Taehyung sudah menebaknya. Entahlah, mungkin telepati Plutonya sudah mulai bekerja.

Yuna tak banyak berkomentar, sedang tak ingin berdebat. Ia hanya membalasnya dengan anggukan samar.

"Gak usah salah paham. Gue ngebantuin lo--maksud gue. Ah udahlah." Taehyung meraih tangan Yuna lalu memberikan payungnya kepada Yuna.

"Nih, pake. Lo bukan anak kecil yang seneng hujan-hujanan. Bentar lagi ujian, nanti lo sakit." Yuna tertegun, menatap payung dan Taehyunf bergiliran.

"Eh, jangan salah paham. Gue ngomong gini karna gue gak mau aja gt punya mantan gak naik kelas. Kan gue malu ntar."

"Terus lo gimana?"

"Gimana apanya?"

"Kalo payung ini lo kasih in ke gue, lo pulang gimana?"

"Gue pulang ya tinggal pulang."

"Hujan-hujanan? Kalo lo sakit gimana? Lo kan mau ujian nasional, kalo ntar lo sakit dan gabisa--"

"Lo masih kek dulu ya. Masih Yuna yang bawel." Taehyung menyunggingkan senyuman diujung bibirnya. Lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Yuna.

Yuna menatap punggung itu yang semakin menjauh. Ditatapnya payung tersebut dengan erat. Senyuman tipis terlukis di bibirnya.

"Aaa!" ia menjerit girang--entah kenapa.

"Ssst! Jangan berisik." seorang bapak-bapak meneriakinya dari sebuah jendela.

Yuna nyengir, lalu melanjutkan perjalanannya.

Sedangkan didalam mobil, Taehyung tertawa melihat tingkah gadis tersebut. Ia, masih memakai seragam sekolah. Sedari sepulang sekolah, menunggui seorang gadis yang duduk di halte. Hingga membuntutinya, melihatnya terperosok kedalam kubangan, lalu memberinya payung.

💕💕💕
Part ini lebih panjang dari biasanya hehe.
Semoga suka,😚😚

Line -kthWhere stories live. Discover now