Chapter 2| Stephanie

51.7K 3K 10
                                    


Maaf ya lama, karena lagi fokus ke cerita yang lain, tapi kalo cerita itu udh selesai bakalan fokus kw cerita ini kok :)

Yang sebelumnya udah baca chapter 1 sebelum di edit, ini pecahan dari chapter 1 jadi ga perlu dibaca sampe chapter 3 nanti. Maaf ya :( karna gue pikir chapter 1 itu kepanjangan jdi dipecah

Enjoy reading :)

--------

If you live to be a hundred, I want to live to be a hundred minus one day so I never have to live without you.

-Joan Powers, Pooh's Little Instruction Book-

--------

Stephanie melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 16:40 P.M. Seharusnya dari dua puluh menit yang lalu Stephanie sudah keluar kelas, tapi karena ada sedikit masalah, kelasnya baru dibubarkan. Coba kalau Isabelle tidak cari masalah! Mungkin tidak akan berakhir seperti ini, Gerutunya dalam hati. Stephanie maraih smartphonenya dan menghubungi nomor Lily. Tadi saat makan siang, Lily meminta lebih tepatnya memohon ke Stephanie untuk ditemani ke boutique langganan sahabatnya itu. Lily ingin mencari dress untuk acara makan malam menyambut kedatangan kakaknya. Semua anggota keluarga hadir, jadi Lily harus tampil formal. Lily sempat mengundang Stephanie untuk hadir, tapi Stephanie menolaknya mentah-mentah. "Sudah cukup aku mengantarmu, jangan suruh aku untuk hadir Lily ... kamu kan tahu aku paling tidak bisa ikut acara seperti itu. Terakhir aku ikut acara seperti itu, berakhir dengan tidak baik, remember?" Setelah Stephanie berkata seperti itu, akhirnya Lily menyerah dan tidak mengungkitnya lagi setelah itu.

Stephanie sekilas melihat sosok Lily di tempat parkir dan dia langsung berlari sekuat tenaga. "M-maaf ... s-su-sudah ... membuatmu ... menunggu ..." Stephanie berkata disela napasnya yang sesak. Dia menunduk sebentar untuk mengatur napasnya. Setelah dirasa detak jantung dan napasnya kembali normal, dan kembali menatap Lily.

"Iya, memangnya kenapa kamu terlambat Fanny?" Tanya Lily khawatir.

"Isabelle cari gara-gara di kelas, jadi yah kamu mengerti Lily" Stephanie menjawab sambil lalu. Dia melihat ke sebelah Lily dan melihat seorang pria berdiri menatapnya dengan penuh selidik. "Umm Lily ..." Stephanie berusaha mengingatkan Lily tentang orang di sebelahnya.

Seakan Lily bisa membaca pikiran Stephanie dia langsung tersenyum dan berkata. "Fanny kenalkan ini Robert, dia orang kepercayaan kakakku. Umm ... Dia yang akan mengantar kita ke boutique. Benarkan Robert?" Lily menatap orang di sebelahnya.

Robert mengangguk dan menjawab "Yes of course miss."

Stephanie menatap orang itu baik-baik. Orang yang bernama Robert bisa dibilang tampan. Dia tinggi, rambut cokelat gelapnya ditata dengan rapi, mata cokelatnya yang gelap dan dalam memancarkan aura yang tegas juga dingin, dengan alis berbentuk sempurna. Dibalik jas dan baju kemeja yang dikenakannya, Stephanie bisa melihat otot-otot orang tersebut. Well dia sempurna, ucapnya dalam hati. "Baiklah kalau begitu, tunggu apalagi? Kita segera kesana sekarang!" Lily hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Stephanie dan membiarkan Lily menarik tubuhnya menuju mobil.

Selama perjalanan, Stephanie berusaha mencari kata yang tepat untuk bertanya mengenai 'kakak' Lily. Entah kenapa dia masih saja penasaran. Tapi dengan adanya kehadiran Robert, Stephanie takut sesuatu yang buruk akan terjadi kalau dia berbicara mengenai 'Lucas Aldsworth'. Perasaannya mengatakan seperti itu tapi ...

"Fanny? Kenapa diam? Tumben biasanya kamu itu selalu bicara apalagi kalau lagi kesal .. oh iya bagaimana dengan Isabelle? Memang apalagi yang dia kerjakan sih sampai membuat kelasmu terlambat keluar? Astaga tidak ada berhentinya dia mencari masalah. Kalau---"

My Beautiful Rosè ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang