Chapter 3

475 32 10
                                        

                                  •••••                                
Harapan adalah kata kiasan pengganti khayalan - Anna Freyana Afdila
                                  ••••

Anna kebingungan caranya untuk ia pulang. Benar benar bodoh, ia sama sekali tak ingat kalo , tadi pagi ia masih berangkat naik ojeknya mang Ojak. Coba aja dia inget, mungkin ia menerima tawaran pulang bareng Shasa satu jam yang lalu. Mana, hp Anna sudah lowbat sejak pelajaran terakhir, karena di buat baca cerita di aplikasi orange. Kalau udah gini, dia mau pulang naek apa.

Pliss deh gue anak baik, kenapa di bumi yang gue injek gak ada pangerang berkuda putih, Anna geram sendiri, menggigiti ujung ujung kuku jarinya.

Brummm Brumm....

Wajah masam Anna berubah girang, ia menoleh ke samping , ke arah gerbang. Disana , ada pangeran tampan. Ouh, ralat. Seorang pria menaiki Montor Ninja Merah , bertutup helm fullface.

Sial kagak bisa gue liat deh mukanya kayak gimana , tau aja ganteng, bikin seger. Umpat Anna.

Penggendara itu menoleh sekilas ke Anna. Jantung Anna berdegup degup kencang. Ia gugup. Sangat gugup. Terlalu gugup. Oke ini pemborosan kata namanya.

Gue harus bilang apa kalo dia ngajak pulang bareng?

Eh nanti caranya kenalan di jalan gimana ya?

Minta no hape sama id line nya ja sekalian, tau aja khilaf mau sama gue.

Yey gue bakal kagak jomblo. Mau taken.

Efek kebanyakan ngarang cerita romance ala ala drama korea, membuat Anna menggenggam erat ujung tali tasnya, di bawah naungan atap Halte ini, Anna berkhayal sangat indah. Dan sempurna, seperti yang di kisahkan di dalam drama drama korea.

Bbrrruuuummmm...

Sayangnya, bunyi knalpot yang terdengar untuk kedua kali nya, Merusak semua khayalan Anna. Anna malu, marah, sebel, dan kecewa. Bayangkan,Setelah berkhayal sedemikian rupa terhempas begitu saja, sangat manis bukan.

Anna memberengut, bibirnya mengerucut runcing. Ia mencondongkan badannya ke arah jalanan yang lengang di depannya, kemudia ia menerawang ke arah pria yang dengan tega meninggalkan Anna sendirian di Halte. Apalagi Anna cewek.

Dasar cowok , gak bisa peka sama cewek yang biasa biasanya,gue doa'in lo jumblo permanen , kampret. Kebiasaan buruk Anna muncul, mengutuk dna menggerutu seenaknya, kalau lagi sebel sama orang.

Arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri Anna sudah menunjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit . Hell, Jam pulang sekolah Anna jam dua siang. Kalau diitung brarti Anna udah nunggu metromini selama sejam lebih.
Dan sekarang, kesorean banget kalau metromini bakalan lewat. Paling paling cuma taksi.

Naik taksi? Yakali si Anna mau,dari pada naik taksi, mending di tabung buat beli kuota internet. Terpaksa, Anna berjalan ke arah tempat kumpulnya tukang ojek jaraknya cukup di tempuh  sekitar lima belas menit,saja. Berjalan sendiri di atas trotoar jalan, yang sudah rumpang sana sini, di sandingkan dengan selokan  penuh sampah bekas bungkus cimol, basreng, dan para saudaranya.

Bibir merah muda itu kembali mengerucut saat hendak menyembarangi pertigaan jalan. Oke, meskipun usia nya udah menginjak lima belas tahun, ia tetap takut menyebrangi jalan tanpa membawa kendaraan, seperti motor atau sepeda. Anna benar benar takut malahan , kalau cuma bermodal kan raga buat nyebrangi jalan.

Hacker Vs BloggerWhere stories live. Discover now