DELAPAN BELAS: KEDATANGAN NICO

Mulai dari awal
                                    

Rahang Gaga mengertak seketika melihat tindakan lancang cowok di sampingnya. Dengan cepat dia menepiskan uluran tangan itu. "Gak usah pegang-pegang lo."

Gaga bergerak lebih ke depan dan mendorong tubuh cowok itu. "Lo bisa main gak?"

Cowok itu tak mengacuhkan Gaga. Dia justru semakin mendekati Ashila. "Maafin gue ya. Lo gak kenapa-napa, kan?"

"Ashila!" Tak sampai satu detik, seruan tak percaya itu terlontar saat cowok itu menyadari bahwa dia sangat mengenali perempuan di hadapannya. "Kamu sekolah di sini?"

Ashila yang sedari tadi tak memperhatikan keadaan di sampingnya, akhirnya menoleh menilik cowok itu. Hati Ashila tergedor kembali. Rasa sakit hati yang dirasakannya bertambah. Cowok yang dulu pernah menyakiti dirinya muncul tiba-tiba.

Cowok itu tersenyum pada Ashila seolah tidak pernah terjadi masalah apa pun di antara mereka. "Aku nyariin kamu, Shil."

"Kenapa kamu pindah gak bilang-bilang sama aku?" Cowok itu mencoba menggenggam kedua tangan Ashila. "Aku kangen sama kamu, Shil."

Ashila menengok Gaga sepintas, menemukan mata Gaga yang sedang bertanya-tanya. Sedetik kemudian, Ashila menarik tangannya dan berkata ketus. "Lepasin tangan aku, Nico!"

Perempuan itu segera pergi dari sana. Meninggalkan sang kapten basket dan juga Gaga. Ashila tak ingin lagi menatap ke belakang. Secepatnya dia keluar dari gedung sekolah dan menumpangi angkot yang lewat. Entah kenapa hari ini masalah bertubi-tubi menimpa dirinya. Ashila membenamkan wajahnya di kedua tangan. Menangis.

***

Dear diary,

Harusnya ini adalah hari kebahagiaan gue sama Nico.

Ini adalah anniversary pertama kita.

Gue kira, dia bisa membuat gue semangat menjalani hari-hari yang kini semuanya mendadak berubah.

Ternyata tidak.

Nico justru tinggalin gue di saat gue membutuhkan dia sebagai benteng terakhir yang gue harapkan bisa membuat gue tersenyum.

Nico berubah menjadi orang yang gak gue kenal.

Nico mutusin gue.

Nico pergi tinggalin gue.

Semua teman-teman yang gue sayang perlahan juga ikut ninggalin gue.

Semua ini membuat gue mengerti, mereka hanya ingin berteman dengan gue yang memiliki segalanya, bukan gue yang sekarang hidup apa adanya.

Ashila Anindita Putri :(

Ashila masih ingat kapan Nico memutuskannya dan bagaimana cowok itu dengan egoisnya meminta dirinya untuk melupakan semua kenangan manis mereka. Saat itu adalah hari di mana Nico meminta dirinya untuk datang ke kafe. Awalnya Ashila sangat bahagia. Tidak ada firasat sedikit pun jika hubungan mereka akan berakhir. Ini adalah tepat mereka satu tahun pacaran.

"Sayang... aku sudah nunggu dari tadi." Ashila dengan balutan dress panjang berdiri dari kursi menyambut seseorang yang dia tunggu-tunggu. Seseorang yang sedari tadi membuatnya terus tersenyum.

"Maaf... aku telat." ujar Nico setelah duduk di kursi.

Ashila memandang kekasihnya itu dengan tatapan penuh damba. "Iya gak pa-pa. Yang penting kamu sudah di sini."

Nico menghela napas sebelum mengeluarkan suaranya dengan hati-hati. "Aku mau ngomong sama kamu, Shil."

"Aku juga." Ashila menggenggam kedua tangan pacarnya. "Aku sayang sama kamu, Nico." tutur Ashila tak lupa memberikan senyum terbaiknya pada Nico.

Pangeran KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang