Ektra Part

5.1K 451 156
                                    


Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Sekarang, gadis remaja berambut brunette itu sudah bertransformasi menjadi wanita dewasa.

Di pagi hari yang cerah ini, Ia malah sibuk membongkar kardus-kardus berisi barang-barang lamanya. Niatnya, Ia ingin membuang barang-barang yang sudah tidak bisa digunakan lagi, dan akan memberikan pada yang lebih membutuhkan jika barang tersebut masih layak pakai.

"Ma, gaun pink Aqila mana?" Seorang bocah berumur lima tahun, tiba-tiba muncul dari arah pintu.

"Aqila, udah mama bilang jangan suka ngagetin mama."

Anak bernama Aqila hanya nyengir kuda.

"Ma, lagi apa?"

"Mama, lagi beresin gudang. Udah kamu main dulu sana sama papa. Jangan kesini, banyak debu."

Aqila cemberut, "Papa lagi mandi."

Si wanita tiba-tiba keluar dari ruangan 3X4 itu dengan sebuah kardus ukuran sedang di tangan nya.

"Ma, nanti mama jadi pelgi sama papa?"

Si Wanita mengangguk seraya tersenyum. Ia meletakkan kardus tadi di lantai, lalu membuka isinya.

"Yah, padahal Aqila mau ikut." Rengek bocah itu.

"Aqila 'kan harus sekolah, sayang."

Aqila makin cemberut.

Si wanita tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya, ketika atensinya melihat sebuah benda yang tiba-tiba membawanya ke masa lalu.

Masa dimana dunia terasa indah sekaligus menyakitkan secara bersamaan.

"Apa tuh, Ma?"

Wanita itu tersenyum lembut. Ia mengambil benda tersebut, lalu membawanya keruang tengah. Kini, mereka berdua duduk di sofa keluarga.

"Ini album foto."

"Wah, foto ya? Aqila mau lihat dong."

"Oke, tapi pelan-pelan. Nanti robek."

Aqila mengangkat tangannya, menirukan gaya orang sedang hormat. Sang wanita tersenyum seraya mengelus kepala anaknya itu.

"Ini siapa, ma?" Tunjuk Aqila.

"Itu teman-teman mama waktu mama sekolah dulu."

Memori itu terulang kembali. Layaknya kaset lama yang membawanya bernostalgia.

Dia tersenyum membayangkannya. Hah, masa-masa sekolah memang selalu terkenang.

"Mione, jamku dimana ya?" Teriak sebuah suara dari dalam kamar utama.

Hermione menoleh sekilas kearah lelaki yang tengah menyembulkan kepalanya dari dalam kamar.

"Di laci nomer dua." Jawabnya. Lalu Ia kembali fokus pada Aqila.

"Temen mama banyak, ya."

Hermione tersenyum.

"Ini siapa?"

"Itu tante Luna. Masa Aqila lupa?"

"Oh, tante Luna.." gumamnya dengan mulut membentuk huruf O.

"Kalau ini?"

"Itu paman Blaise. Nah, terus itu paman Harry. Kan waktu itu Aqila pernah ke rumah paman Harry."

"Kapan?"

"Pas tahun baru itu, loh."

"Oh, yang anaknya namanya albus ya?"

"Seratus untuk Aqila."

Hermione kini membawa Aqila ke dalam pangkuannya. Lalu membuka lembar demi lembar album foto yang sudah usang itu.

Sampai Ia menemukannya. Menemukan..

"Ma, ini mama sama siapa?"

Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Sungguh, tangannya mulai gemetar.

"Mama sama ayah." Sebuah suara sukses mengagetkan Hermione.

"Ayah? Ayah siapa?" Tanya Aqila dengan alis hampir menyatu.

"Ayah Aqila, dong."

"Ayah Aqila? Ayah Aqila 'kan papa."

Pria itu kini duduk disamping Hermione. Mengelus rambut Aqila dengan lembut.

"Papa sama Ayah itu beda. Papa ya papa. Ayah ya Ayah."

Aqila makin bingung. Sedangkan Hermione hanya diam. Mencoba menetralisir gemuruh di dadanya.

"Memang ayah itu siapa, sih?"

"Ayah itu yang selalu jagain mama waktu mama sekolah dulu."

Senyum Hermione mengembang. Walaupun matanya masih tetap menatap ke arah depan.

Dadanya tiba-tiba menghangat.

"Oh, ya? Berarti ayah itu baik ya?"

"Iya, dong." Jawab Si pria.

Aqila tersenyum lebar. Ia mengelus album foto itu. Membuat kedua orang dewasa disampingnya ini tersenyum haru.

"Mione, nanti kita mampir ke MCD dulu ya?"

Hermione mendelik, "Ron.." peringatnya galak. "Inget, kamu punya kolesterol. Nggak boleh banyak makan-makanan kaya gitu."

Ron nyengir. Persis seperti Aqila. Ah, bapak sama anak sama saja.

"Tapi cuma dik-"

"Ayah rumahnya dimana?" Tanya Aqila tiba-tiba. Membuat perdebatan Ron dan Hermione terhenti.

"Ayah di rumah Tuhan." Jawab Ron seraya mengelus pipi anaknya yang sedang menatapi album foto. Seketika jantung Hermione seakan dihimpit. Sesak kembali mendera.

Aqila adalah anak yang cerdas. Ia tahu apa yang dimaksud papanya.

"Mmm.. Aqila suka ayah. Ayah kayanya baik." Katanya sembari mengelus-elus album foto itu. Lagi.

"Ayah, makasih ya udah jagain mamanya Aqila.."

Ron dan Hermione tersenyum. Mereka mencium pipi tembam Aqila bersamaan.

"Ma, Pa, siapa nama Ayah?"

Hermione diam sejenak. Ia menatap album foto itu lamat-lamat. Seakan mengulang kembali memori bersama seseorang di foto tersebut.

Seulas senyum terukir pada wajah cantiknya, sebelum Ia menjawab,

"Draco. Draco Malfoy."

The End.

CHAIRMATE [DRAMIONE]Where stories live. Discover now