Kebenarannya

3.2K 453 81
                                    


Aku masih diam. Bahkan saat Draco menarik pelan tanganku menuju mobilnya yang terparkir di depan rumahku. Setelah sampai mobilnya, dan duduk tenang di sampingnya, aku tetap memilih diam.

Entahlah, rasanya mendebarkan. Otakku dari tadi terus menerka, kemana kira-kira Draco akan membawaku.

"Kok diem aja sih?"

Kutolehkan kepalaku kesamping. Disana Draco tengah menatapku lekat-lekat. Aku pun hanya menggeleng lalu menundukkan kepalaku.

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

"Nggak apa-apa. Udah kita jalan sekarang aja."

"Yaudah, tapi kita mampir beli bubur ayam dulu ya,"

"Buat siapa? Kamu belom makan?"

"Udah kok."

"Terus itu bubur ayam buat siapa?"

Seperti biasa, kalau dia tak mau menjawab pertanyaanku dia akan menepuk kepalaku dua kali lalu tersenyum layaknya orang bodoh. Aku pun hanya memberengut. Setelah itu, Draco pun melajukan mobilnya.

"Woy, bro! Cie bawa siapa lu?" Tanya abang tukang bubur pada Draco. Dahiku refleks mengerut. Kenapa pula abang ini sok kenal sok dekat dengan Draco?

"Bawa cewek gua lah," jawab Draco sembari ber-high five ria dengan abang tukang bubur itu. Ternyata mereka memang sudah kenal.

"Lo udah makan?" Tanya Draco yang membuat kernyitan di dahiku memudar.

"Udah kok." Jawabku. Draco pun kembali berbicara pada abang itu.

"Pesen satu, yak! Kaya biasa.."

"Oke, boss!"

Setelah menunggu kurang lebih lima menit, bubur pesanan Draco pun jadi. Kami pun berangkat lagi setelah Draco berbincang sebentar dengan tukang bubur itu.

Di dalam mobil lagi-lagi aku diam. Sampai mobil Draco memasuki pelataran parkir suatu tempat yang tidak aku duga sebelumnya.

"Ayo, turun." Kata Draco. Setelah turun dari mobil pun aku masih terus memandangi tempat ini. Apa benar Draco mengajakku kemari?

Saat aku sedang menatap bingung bangunan kokoh dihadapanku, tiba-tiba aku merasa ada yang menyusup di antara sela-sela jariku. Aku menoleh, ternyata Draco yang mengaitkan tangannya pada tanganku. Dia tersenyum lembut seraya menggiringku masuk kedalam bangunan itu. Reflek langkahku terhenti.

"Kenapa?"

"Kamu ngapain ajak aku kesini?"

"Gua mau ngenalin lo sama seseorang."

"Siapa?"

"Nanti juga tahu," dia kembali menggiringku masuk. Disana banyak orang-orang yang sedang tertawa-tawa bahkan menangis meraung-raung.

Ya, percaya atau tidak, Draco mengajakku ke rumah sakit jiwa.

Kami berhenti di depan sebuah ruangan yang sepi. Tak terdengar satu suara pun dari dalam. Draco membuka handel pintu dan masuk ke dalam. Tak lupa mengajakku juga tentunya.

Di sana aku melihat seorang wanita yang sedang duduk diam menatap keluar jendela.

"Bunda?"

Apa? Bunda? Jadi.. wanita itu?

"Tebak siapa yang Draco bawa." Draco melihat kearahku dan mengisyaratkan aku untuk mendekat.

Walau ragu, aku pun berjalan mendekati Draco dan wanita yang disebut Draco sebagai 'Bunda'.

CHAIRMATE [DRAMIONE]Where stories live. Discover now