the city

87 11 1
                                    

Tetapi langkah kakiku terpaksa berlaju cukup kencang karena polisi-polisi itu justru mengejarku dengan menggunakan mobilnya. Aku berlari memasuki sebuah pintu pagar berwarna hitam, karena begitu cepatnya kakiku berlari tak sadar jika aku menabrak seseorang.

"what the fuck you just dropped my one and only ciggarette" sebenarnya aku berlari sudah mendahuluinya 3 langkah, karena ia melontarkan kata-kata seperti itu aku langsung memutar balik tubuhku. Bukan dia yang pertama aku lihat melainkan keaadan dibelakangnya, jelas polisi-polisi itu tidak tahu keberadaanku sekarang.

Lekasku mengeluarkan 1 bungkus rokok di saku dalam jacketku dan kuberikan semuanya kepada wanita itu. Sungguh menarik, ia membawa novel karya Truman Capote lalu meringis terlalu sebal karena 1 batang rokok yang menemaninya jatuh. "i'll just take one" ia berbicara, pakaiannya berwarna hitam dari atas kepala sampai sepatu yang ia kenakan. Perempuan itu mencari bench lalu duduk. "do you have a light— wait. Atas ijin siapa kau masuk kedalam sini?" lontaran pertanyaannya sempat membuatku bingung dan melihat kesekeliling. Ternyata,.. aku berada di sebuah taman?

"apakah seorang warga masyarakat seperti diriku tidak berhak untuk menikmati keindahan taman kotaku sendiri?" aku tak mau kalah, siapa dia bisa-bisanya menyuruhku membuat ijin jika ingin masuk kesini. Perempuan yang memiliki rambut coklat setulang lehernya itu tidak berdiri tetapi duduk dengan rokok pemberianku yang diselipkan diantara kedua jari tangan kanannya. "kau jelas sungguh dilarang. Hanya orang-orang khusus yang dapat masuk ke dalam taman ini, sungguh ini bukan taman kota." Terlihat ia mengeluarkan kunci dalam saku celananya lalu setelah ia membiarkanku melihat lekas ia taruh lagi kedalam sakunya agar tidak hilang.

Aku mendekatinya dan duduk di bench yang sama tetapi ia duduk jauh diujung sana. "aku jelas mengerti, orang kaya." Kataku kemudian tersenyum. "kau yang lupa untuk mengunci kembali pagar taman ini agar tidak ada yang masuk" tambahku. "pretty much of my fault. i get it" jawabnya menunjukan gesture jika ia bertanya apakah aku memiliki korek untuk menyalakan rokok barunya itu. Langsung aku melemparkan korek yang ada disakuku. Kau tahu mengapa aku berkata bahwa ia orang kaya? Karena sekarang aku bukan berada disembarang taman. Ini adalah Gramercy Park. Taman dari bagian apartemen Gramecy Park. Hanya orang-orang yang mampu membeli apartemen tersebut jika ingin merasakan berada ditaman ini.

"Girl. Smoking. 3.00 am. Black and Truman Capote" ucapku dimana bola mataku melihat wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Interesting"  tambahku.

Wanita berambut coklat itu menghembuskan asap dari rokok yang diisapnya, "kenapa? Ada masalah bagimu jika aku adalah seorang wanita yang merokok dini hari, memakai pakaian hitam dan membaca novel pembunuhan karya Mr. Capote?" balasnya. Demi Tuhan ia sangat dingin seperti udara Manhattan sekarang. Aku hanya bisa tertawa dan membalas, "Tidak. Kau unik."

Ia berguman 'hmm' dan menaikan satu alisnya. "apakah orang tua mu tidak mencari mu disini?" aku menyalakan rokok milikku juga. "perduli apa mereka terhadap diriku. Aku tinggal sendiri" jawabnya.

"kau sangat dingin wanita berambut coklat" ku hembuskan asap rokokku yang berpadu dengan hembusan asap udara dingin pada dini hari.

"Ara. Its arabella. Okay?'

"Ara who?"

Lagi-lagi dihembuskan asap rokok dari rokok yang sudah berukuran ibu jarinya itu, "Arabella Blythe Turner."

**

fallingforyou // matty healyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon