Daniel's Nightmare (part 2) and Alana's Pain

Start from the beginning
                                    

"Sabar ya sayang, aku yakin kamu kuat. Aku yakin anak kamu kuat." Ujarku sambil menggenggam tangan Alana berusaha menenangkannya.

Dan saat itu Alana tidak sadarkan diri. Membuatku mau tak mau membawa mobilku ngebut gila-gilaan karena tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan kedua permata hatiku.

***

"Tuan Miller?" Panggil seorang perawat padaku saat aku sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit.

"Ya, saya. Bagaimana keadaan anak dan istri saya sus?" Tanyaku padanya dengan nada yang sangat berat.

"Silahkan masuk, dokter ingin berbicara dengan anda. Dan keadaan istri dan anak anda baik-baik saja."

Huuuf pernyataan sang perawat tadi membuatku sangat lega, langsung aku menuju ke ruangan dokter dan kulihat disana sudah terbaring lemas Alana sambil menatapku sendu di salah satu kubikel ruangan dokter itu.

"Tuan Miller? Bisa bicara sebentar? Silahkan duduk." Pinta sang dokter mempersilahkan aku duduk.

"Bagaimana keadaan istri dan anak saya dok?" Tanyaku penasaran.

"Anak dan istri anda baik-baik saja. Untunglah anda membawa mereka tepat waktu."

"Aaah syukurlah." Ujarku lega.

"Tapi.." Ujar dokter terhenti.

"Tapi apa dok?" Tanyaku kembali penasaran.

"Saya mohon pada tuan, agar tuan lebih menjaga keadaan istri anda dan kandungannya. Karena sejak kejadian ini kandungan nyonya sangatlah lemah. Padahal selama ini kandungannya terbilang kuat dan tidak bermasalah. Namun, saya khawatir kalo sampai kejadian seperti ini terulang atau terkena hentakan sedikit saja. Nyonya Alana akan kehilangan bayi yang ada di kandungannya." Jelas dokter itu dan entah mengapa terdengar seperti sambaran petir untukku.

Bayi kami sedang terancam saat ini.

"Baiklah dok. Saya mengerti. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga istri dan anak saya. Terima kasih ya dok" Ujarku tulus dan langsung kuhampiri Alana yang masih tertidur berkat obat bius yang diberikan padanya.

"Sayang..." Ujarku saat sudah sampai di depan Alana dan mengelus pipinya sayang.

"Baby-nya Nat?" tiba-tiba matanya terbuka dan bertanya lirih.

"Gpp sayangku. Kata dokter baby ga kenapa-kenapa. Cuma kaget aja tadi." Jelasku berusaha menenangkan Alana.

"Beneran Nat? Nata, aku mau pulang. Aku ga betah disini." Lirihnya lagi.

"Iya sayang, kita sekarang pulang ya. Tapi kamu harus janji sama aku bahwa kamu akan lebih menjaga diri kamu dan anak kita. Aku ga mau kejadian kaya tadi terulang lagi. Oke?" Tanyaku pada Alana dan ia hanya mengangguk untuk menjawabnya.

***

"Nat gimana sama masalahnya kak Daniel? Emangnya kamu ada rencana apa sih Nat?" Tanya Alana saat kami sedang berada di dalam mobil.

"Ehm udah, kamu ga usah nanyain masalah itu dulu ya. Inget, kamu ga boleh stress sayang." Ujarku dengan lembut.

"Nat ayolah, aku kan Cuma nanya bukannya mau ikut-ikutan stress." Sungutnya lagi.

"Maaf honey, tapi tetep aja itu akan berpengaruh sama keadaan kamu dan bayi kita. Aku ga mau ngambil resiko." Aku berkata sangat lembut sambil mengelus puncak kepala istriku dan Alana hanya bisa merengut.

Tiba-tiba kudengar suara dering dari iPhone Alana.

"Hallo, Rania?" Deg. Untuk apa wanita itu menghubungi Alana lagi? Kulihat wajah Alana yang langsung menegang seketika dan memerah karena menahan emosi.

I Love You, Captain (COMPLETED)Where stories live. Discover now