[8] Real Him, Nakamoto

12 2 0
                                    

Dia masih diam...

Tanpa sempat memikirkan hal lain, aku mengangkat tangan kirinya, menyekat cairan kental itu menetes lebih banyak

Aku menariknya menuju wastafel, tanpa melepaskan tanganku

Dia hanya diam, seolah tak merasakan sakit sedikitpun

Tatapannya kosong, hanya lurus tanpa fokus yang jelas

Nyawanya seperti berkeliaran meninggalkan tubuh jakung ini

Ku arahkan telunjuk kurusnya dibawah aliran air, membersihkan cairan merah yang mulai mengering

Mendekatkan wajahku guna memeriksa sedalam apa lukanya, dan sampai saat ini ia belum memberi respon sedikitpun

"Hya! Bagaimana bisa seorang koki mengiris jarinya sendiri?! Apa kau kehabisan daging, eoh?! Ppabo!"

Kekhawatiranku memuncak, berimbas pada tak terkendalinya mulut sialan ini

"Dimana P3K-nya?" Lagi, dia hanya diam walau aku sudah berusaha keras untuk membuatnya merespon

Aku pun segera berkeliling tempat yang cukup luas ini hanya dengan mengandalkan feeling

Mencari kotak putih dengan cairan antiseptik dan plaster luka didalamnya, memasang mata lebih jeli menerawang tiap sudut ruangan

Bagaimana bila ia kehabisan darah? Mengapa ia sebodoh itu?! Ada apa dengannya?!

Aku kembali dengan kotak putih, dan ia masih membeku ditempatnya tanpa bergerak se-inchi pun

Tak ada usaha sedikitpun untuk menghentikan aliran merah dari telunjuk kurusnya

Aku menariknya kasar untuk yang kedua, membawa ia ke tempat duduk di sudut ruangan

Menekan kebawah bahunya sebagai paksaan duduk

Begitu pula denganku, aku setengah berjongkok di hadapannya kemudian meraih tangan kiri yang semakin memucat itu

Mengalasinya dengan kapas, kemudian "Ini akan terasa perih. Tapi kau pantas menerimanya," kataku ketus

Dengan hati-hati, kutuang antiseptik pada lukanya, mencegah infeksi yang mungkin terjadi

Dia tak bergerak sedikitpun, apa tubuhnya mati rasa?

Aku tak melanjutkan pikiran-pikiran itu, fokusku kembali pada kasa yang terus kulilit di telunjuknya

Hanya tinggal merekatkan, namun tiba-tiba setetes cairan bening jatuh di punggung tanganku

Membuatku menengadah, mempertemukan pandanganku pada tatapan kosongnya

Sorot mata kesakitan, dan cairan bening mulai membasahi pipi tirusnya

Tapi mengapa ia baru menangis, saat puncak perihnya sudah terlewati?

"Yuta, apa sesakit itu? Apa masih terasa perih?" Nada bicaraku berubah 180 derajat dari yang awalnya ketus

Kini seluruh beban tubuhku tertopang di lutut, meninggikan tubuh dari posisi sebelumnya

Aku berusaha mendapatkan sorot matanya , meski sedikit tak nyaman karena hanya terpaut jarak beberapa senti saja

Manik matanya mulai bergerak, membalas tatapanku dengan sorot hidup

Aku mulai menerawang, bukan, bukan luka di jarinya

Sebab lain yang memaksanya untuk meneteskan benda bening berharga itu dari kelenjarnya

Hatinyaㅡ luka tak kasat mata yang jauh lebih dalam dari luka dijarinya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pink Blossoms [YT °nct]Where stories live. Discover now