MD 21 - Something.

Începe de la început
                                    

Via menghembuskan nafasnya dengan sebal. Dia pikir Ify sudah mengingat sesuatu barang sedikit saja.

"Tauk dah." Balas Shilla dengan wajah muramnya.

"Kalian kalo pada surem begini ngapain ke sini? Dipikir ini tempat perkumpulan orang-orang suram apa?!" Ucap Ify dengan kesal.

"Fy.. "

Ify menoleh dan terdiam, menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Shilla.

"Kalo gue bilang, gue emang udah pacaran sama Iel. Lo percaya?"

Ify terdiam sejenak,
"Emmm yah, apa alesan gue buat gak percaya?" Tanya Ify balik dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Stop gaess! Yang lebih penting nih, siapa yang mau ngangkatin video call nih bocah?!" Tiba-tiba saja Agni heboh dengan meletakkan ponselnya di tengah-tengah mereka.

"Astaga, gue pikir apaan! Angkat tinggal angkat aja kenapa sih?!" Seru Via dengan sebal. Dengan tanpa berdosanya memencet tombol hijau pada layar ponsel Agni.

Dan sedetik kemudian munculnya tampang Cakka yang tanpa baju dan ada handuk yang bertengger di kepala nyengir ke arah layar ponselnya sendiri, belum sadar bahwa bukan Agni yang berada di sana.

"Woi mesum! Baju lo kemana?!!" Teriak Ify dengan menggelegar.

Cakka tersadar dan mengernyit menatap layar ponselnya sendiri. Ada Ify dan Via di sana. Via memilih memegang ponsel Agni dan menghadapkan ponsel tersebut ke arahnya dan Ify.

"Agni manaa?" Tanya Cakka.

"Pake baju lo, tai!" Bentak Ify yang lama-lama tidak enak juga melihat Cakka yang begitu.

"Oh ternyata kalian lagi pada ngumpul ya? Kenapa Agni gak bilang ke gue?" Gerutu Cakka dari seberang sana.

"Situ siapa? Bapak nya?! Mana omongan gue dicuekin lagi."

"Astaga Agniiii, lo dimana sih?! Kok gue ditinggalin mulu?!" Teriak Cakka membuat Agni yang dipojokan sofa menutup telinganya.

Klik!

Ify yang sebal langsung memutuskan sambungan video call ponsel Agni dengan Cakka.

"Ribut ae ah! Mati aja lau!" Cibir Ify ke ponsel Agni yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Setelah itu Ify melemparkan ponsel itu kepada pemiliknya dan ditangkap oleh Agni sambil terkekeh.

Agni bersyukur ponselnya sudah kembali, Ia sangat ceroboh dengan meminta teman-temannya untuk mengangkat video call dari Cakka. Masalahnya yang memegang ponselnya adalah Via, dan saat Via memegang sebuah ponsel entah itu milik siapa Ia akan keterusan memainkan ponsel itu. Bukan apa-apa, hanya saja ada sedikitt rahasia di ponselnya. Dan Ia rasa belum saatnya Via dan yang lain mengetahui. Syukur Ify cepat-cepat mematikan sambungan dan mengembalikan ponselnya.

Oh satu lagi, ingatkan Dia untuk tidak lupa meminta maaf kepada Cakka setelah ini. Dia tau pasti Cakka akan ngambek. Dia tidak mau mengangkat video callnya karena dia sudah tau kebiasaan Cakka setelah mandi adalah tidak cepat-cepat memakai baju gantinya.

** **

"Oh ya kalo kamu mau ketemu sama temen kamu, dia lagi istirahat ditempat biasa. Samper aja." Ucap Seno kepada Rio yang masih setia mengikutinya di belakang.

Rio mengernyit tidak mengerti. "Lah? Kan om yang mau nemuin aku sama temen ku, kenapa malah nyuruh aku yang nyamper sendirian? Terus ngapain aku diajak masuk coba?"

"Kapan om ada bilang mau nemuin, orang iseng ngajakin doang. Taunya kamu beneran ngikut masuk."

"Gue bakar juga nih cafe." Sahut Rio dengan sebal.

Seno yang melihat Rio sebal justru malah tertawa. "Selow selow, Yo."

Rio hanya memutar bola matanya sebal dan kemudian berniat pergi ke tempat istirahat yang dulu biasa ia gunakan. "Punya om kok sedeng." Gumam Rio dengan lirih.

Seno yang mendengar langsung menarik rambut bagian belakang Rio dengan lumayan keras, membuat Rio meringis minta maaf.

Dengan mengusap-usap bagian belakang kepalanya, Rio berjalan meninggalkan Seno.

Seharusnya Rio hanya perlu melangkahkan kakinya ke arah kiri, melewati tembok itu tetapi saat di belokan, Rio menabrak seseorang.

"Sori sori." Ucap seseorang yang bertabrakan dengan Rio, Ia membungkuk memungut ponselnya yang terjatuh karena bertabrakan dengan Rio.

Rio rasa mengenal punggung itu. Dan Rio terdiam menunggu orang itu kembali ke posisi semula.

Sama seperti Rio, orang yang bertabrakan dengan Rio juga terdiam, memperhatikan kets navy yang sudah kusam dihadapannya. Ia sangat tau siapa pemilik kets itu.

"Jadi lo yang kerja di sini? Yang gantiin gue?"

Cowok dihadapan Rio membeku mendengar pertanyaan Rio. Tidak mungkin juga Ia akan terus membungkuk seperti ini kan?

"Iya." Balas cowok itu dengan tegas. Setelah itu Ia memutuskan untuk bangun dari membungkuknya.

"Lo gak ada cerita sama gue atau yang lain kan, Iel? Apa gue yang gak denger?" Rio menatap Iel lurus-lurus.

Jadi maksud Seno tadi adalah Gabriel? Gabriel sahabatnya yang beberapa hari atau minggu lalu merusuhinya dengan selalu menanyakan apakah Ia ke cafe atau tidak? Tapi, kenapa dengan Gabriel?

"Emang semua masalah gue harus diceritain?"

Rio mengernyit mendengar jawaban Gabriel. "Sebenernya tergantung alesan, kalo alesan lo kerja di sini itu sepele alias bukan masalah serius, udah pasti lo bakal cerita sama kita bertiga, minimal salah satu dari kita. Tapi karena lo gak cerita, itu berarti masalah serius kan?" Mungkin balasan Rio tidak sesuai dengan pertanyaan Gabriel, tapi tetap saja itu menyerangnya dengan telak.

"Gue tetep punya privasi sendiri, Yo." Balas Gabriel dengan nada datar. Bagaimanapun dia menutupi, salah satu dari mereka pasti akan tahu.

"Fine sih kalo lo gak mau cerita, oh salah. Fine sih kalo lo gamau kita bantuin."

"Ini masalah gue, kenapa juga lo sama yang lain harus ikut-ikutan nanggung?"

"Emang kapan gue bilang gue mau nanggung masalah lo?" Balas Rio dengan santai. Dia masih lumayan bingung, bagaimana mengatasi yang seperti ini. Walaupun sudah bertahun-tahun mereka bersama.

"Gini ya, gue udah perhatiin akhir-akhir ini lo emosi mulu. Bukan sama kita, tapi sama orang lain yang jelas gatau apa-apa, dosa sama lo aja enggak tapi lo amukin. Terus apa enaknya mendem? Mulut lo gak bisa buat cerita?" Lanjut Rio dengan tatapan menajam. Gabriel masih tetap terdiam, tidak menyangkal ucapan Rio sama sekali.

"Karena gue pengertian, karena gue tau lo punya privasi sendiri. Gue gak mau ngobrolin ini di sini." Rio pergi meninggalkan Gabriel begitu saja. Jika mereka memang sahabat, Gabriel akan mengikutinya. Dan jika Gabriel mengikutinya, itu berarti dirinya setengah berhasil menjadi sahabat yang sebenarnya.

Rio tidak tau lagi, tapi yang jelas jika sudah seperti ini jiwa persahabatannya pasti muncul. Rio tidak mengerti kenapa Gabriel tidak mau berbicara apa-apa kepadanya atau salah satu dari Cakka dan Alvin. Apa dulu mereka juga seperti ini?

** ***

You can choose to feel sad of what you lose in your life or happy of what you have. -Anonymous-

** ****

Pada bingung gak sih sama part ini? Kalo misal ada yang bingung, atau bingung banget. Ikutin aja dulu yaa.

Ini cerita buat sneng2 aja, hobi aja. Jadi sori kalau enggak sejleb sebaper sebagus atau se se lainnya seperti yang kalian harapkan.


Salam eilenne✋
SevenK

Mission Dare [SLOW UPDATE]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum