sembilan

2.6K 295 53
                                    

"Gila kamu ya?"

Tiara mendekap kedua tangannya, melempar pandangan tak percaya ketika El meminta dirinya untuk tinggal bersama.

"Bukan ada maksud apa-apa."

El sendiri nampak kikuk, berkali-kali memperbaiki mimik wajahnya supaya terlihat tenang.

"Elsa nggak akan mau dengerin omongan kakaknya. Lebih baik kamu tingga bareng kami, seenggaknya aku bisa ngawasin kalian tanpa harus bolak-balik kost---"

Bukan hanya menatap, Tiara membiarkan kedua alisnya bertemu. Menunjukkam betapa dirinya tidak suka dengan ide ini.

"Apa yang mau diawasin"

"Hm..ya... aku yakin sebentar lagi kalian bakal deket---"

"Terus?"

"Ya...bagus.. Elsa punya teman di rumah dan---"

"Berteman tapi harus diawasi?"

Seperti disengat listrik, tatapam tajam dari Tiara sukses membuat El merinding. Yakin Elsa baik-baik aja kalau berteman dengan mahluk seperti ini?

"Kalau begitu, bilang sama adik kamu. 'Kamu gaboleh temenan sama Tiara.' Gampang, kan?"

"Aish, bukan gitu...."

Melihat adiknya mengawasi dari balik kaca mobil, El pura-pura tersenyum ramah, seolah-olah dirinya berterimakasih kepada Tiara yang sudah menjaga adiknya sepanjang hari.

"Kamu khawatir karena aku bukan wanita baik-baik. Kerja di club malam, perempuan bayaran, simpanan om-om kaya raya. Itu kan alasan kamu menolak aku temenan sama Tiara?"

El mengatupkan mulutnya. Sejak pertama kali bertemu hingga sekarang bertatap muka kembali, perempuan ini tidak banyak berubah. Memakai tas branded, parfum seharga puluhan juta hingga pakaian yang semua ia kenakan tidak ada satupun yang tidak ber-branded.

"Lagipula.. aku nggak akan bilang kalau kamu pernah mabuk dan kasih 1500dolar buat aku."

"Ah, soal itu lupakan aja---"

"Kalau gitu, persingkat ini dan bilang sama adikmu buat jangan deket-deket aku lagi. Okay?"

Setelah mengatakan ini Elsa berbalik arah untuk pergi. Kakinya terasa dingin, ia butuh menelepon taksi untuk segera pergi dari sini. Namun beberapa langkah ia menjauh, El kembali menarik tangannya.

Keduanya berhadapan. El melepaskan mantel dan memberikannya pada Tiara.

Sebentar ia mengusap hidung, lalu berbisik ;

"Apa yang kamu lakukan diluar sana itu urusan kamu. Tapi aku nggak pernah sekalipun menolak permintaan adikku. Please, Elsa bilang bahwa aku nggakbisa jadi kakak perempuan buat dia bener-bener nusuk ke ulu hati."

Tiara mematung, setidaknya mantel ini membuat dirinya lebih hangat.

"Kamu perempuan boyish yang kelewat laki. Iyalah, gimana bisa---"

"Okay, okay, okay... aku mengaku itu sebagai salah satu kekurangan aku. Tapi, please...."

El kehabisan akal untuk hal ini. Apakah menyuruh Tiara untuk tinggal bersama benar-benar menyelesaikan masalah?

"Kamu nggak perlu out dari kost. Seenggaknya stay di rumah untuk weekend. Oh, apapun itu.. Semua profesi yamg kamu lakukan di luar sana silahkan aja. Asal kamu nggak bawa pengaruh buruk buat.. err..."

Melihat Tiara kembali geram, El berhenti bicara.

"Sewa aku buat stay di rumah kamu. Itu jauh lebih menguntungkan buat kita. Iya, kan?"

Setelah mengatakan hal ini, Tiara menarik mantel milik El dan mengembalikannya dengan kasar.
Entah kalimat mana yang membuat dirinya tersinggung, Tiara nampak kasal bukan kepalang. Tidak mempedulikan El yang mencoba mengejarnya, namun terus pergi sampai akhirnya menemukan taksi untuk membawanya pulang.

------

Ini draft yang harusnya dipublish.. 6 tahun silam. Makasih♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang