Tiara

5.3K 481 16
                                    

"Suka sama kamarnya?"

Perempuan dengan usia berkisar dua puluhan terlihat mengelilingi kamar kost dengan teliti. Semua rapi. Semua nampak nyaman dan aman. Kost mahal dengan fasilitas mirip apartemen. Persis seperti apa yang ia harapkan ketika bertemu dengan pria ini. Pria yang selalu menuruti kemauannya.

"Semua lunas, kebetulan pemilik kost adalah client bisnisku. Orangnya masih muda, berbakat pula. Dia cerita punya bisnis kost mewah di sekitar sini. Aku langsung membayar untuk sewa beberapa tahun ke depan. Kamu suka?"

Perempuan itu lagi-lagi mengangguk. Tangannya membuka pintu kulkas, mengamati desain dapur dan kamar mandi di belakang kamar. Semuanya perfecto! Aku bisa pulang-pergi dari tempat kerja tanpa harus pindah-pindah tempat. Ini lumayan bagus sampai aku bisa dapat apartemen.

"Tiara?"

Kakinya tiba-tiba terhuyung ketika namanya disebut. Tiara lupa bahwa ia harus membayar kembali untuk kamar kost ini.

"Iyah, Daddy. Tiara sukaaaa banget." Ucapnya dengan manja. Tiara kemudian maju sampai menyentuh leher pria tua itu. Umurnya sekitar 40-an, rapi dan bersih---persis seperti apa yang diinginkan Tiara. Bukan sembarang client, selama dia berduit dan nggak jorok---its okay.

"Bagus kalau kamu suka.."

Pria itu terkekeh, menarik pinggang Tiara untuk ia dekap perlahan.

"Daddy kasih nomor pemilik kost kalau kamarnya ada masalah."

"Nope."

"Tiara pikir ini semua udah bagus, kok. Bilang aja sama pemilik kost buat ngecek beberapa bulan sekali. Kostnya masih baru dan bersih banget."

Mau tidak mau Tiara harus menyelesaikan ini. Matanya mencari sofa lalu mendorong pria itu untuk duduk. Dengan cekatan ia duduk di pangkuan pria itu dan mulai melepas satu persatu kancing kemeja.

"Tiara..."

"Hm...Iya?"

Tidak ada jawaban selain napas berat dan lengguhan manja dari bibir Tiara.

"Kalau udah selesai daddy bakal balik pulang, kan?"

Bisik Tiara pelan, pria paruh-baya itu lantas mengangguk. Membuat Tiara semakin gerah untuk menyelesaikan tugasnya. Beberapa hujaman cukup untuk menghadapi pria ini, pikir Tiara bosan.  Ia hanya ingin segera menikmati harinya di kost baru. Tanpa bertemu dengan pria hidung belang yang mengusap tubuhnya dengan uang dan kartu kredit.

Tiara merasa bosan.

Bosan dihadang rasa bersalah dengan segala kehancurannya. Apalagi yang harus ia cari? Ia tak berharap bertemu lelaki yang benar-benar adalah jodohnya. Itu bohong. Sudah berapa kali ia bertemu laki-laki yang lebih memilih tidur dengannya meski anak dan istri mereka menunggu di rumah? Bahkan Burhan adalah salah satu yang paling membuatnya kesal. Sempat membatalkan liburan dengan anaknya hanya demi bertemu dengan Tiara.

Namun Tiara tidak berusaha mencampuri urusan keluarga daddy-nya. Kehampaan yang sudah mendarah daging tak membuat Tiara menyesali keputusannya.

Memangnya ada seseorang yang bisa  begitu? Berjanji untuk setia dan bertahan selamanya. Dalam suka dan duka, sakit atau sehat, miskin atau kaya, merintis atau bangkrut, ---haha.

Tiara mendengus tak percaya. Tidak ada yang menetap selamanya, yang datang suatu saat akan pergi dan yang pergi tidak akan pernah kembali.

Hanya orang goblok yang akan melakukan itu. Huh. Jadi adakah orang goblok yang ingin mencintaiku?

Stay Where stories live. Discover now