ENAM BELAS : Birthday Party

Mulai dari awal
                                    

"Hei, John! Apa yang kau pikirkan? Mengapa kau diam saja di sini? Pestanya ada di dalam, bukan di gerbang depan," seru seorang laki-laki tinggi berkulit kecoklatan yang merupakan teman Johnny.

"Aku masih menunggu seseorang."

"Perempuan itu? Yang juga berasal dari Korea? Dengar-dengar ia sudah mempunyai pacar. Kau masih mengejar-ngejarnya juga?" Johnny berdecak.

"Mereka belum menikah, jadi ya aku masih memiliki kesempatan untuk merebut Yura dari psik... laki-laki berengsek itu."

"Hei! Bukankah itu perempuan yang namanya Yura? Tapi ia datang bersama seorang laki-laki." Johnny menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh temannya. Dan benar saja, terlihat Yura datang dengan laki-laki berbaju putih. Johnny sangat yakin bahwa ia adalah laki-laki yang ditemuinya di apartemen Yura tadi siang.

"Sialan." Johnny mengepalkan tangannya kesal.

"Maaf aku terlambat." Yura menunduk sopan.

"Tidak apa-apa, pesta baru saja dimulai. Ayo, lebih baik kita segera masuk." Mereka pun masuk dengan ekspresi yang berbeda-beda. Johnny yang kesal, teman Johnny yang acuh tak acuh, Aldrich yang terlihat marah, dan Yura yang hanya memasang wajah polosnya.

Aldrich menatap ke sekelilingnya dengan pandangan awas, ia sedikit heran mengapa ada banyak pengawal yang berjaga di sekitar tempat pesta. Dan kebanyakan dari mereka tampak sedang mengawasi dirinya.

Apa yang sebenarnya Johnny rencanakan?

Aldrich kembali melihat-lihat ke sekitar, seketika ia membulatkan matanya ketika melihat seorang laki-laki yang ada bekas luka di mata kirinya. Aldrich mengenalnya, ia adalah Benjamin Grey.

Pria itu mendekati Aldrich dan Yura dengan senyum yang membuat Aldrich mengerutkan dahinya.

"Kau sudah besar ternyata," ucap laki-laki berumur 40 tahunan itu ke Aldrich yang kini menatapnya tak suka.

"Seperti yang kau lihat," balas Aldrich datar.

"Oh ya, saat kecil kau terlihat menggemaskan. Tetapi sekaligus mengerikan." Benjamin tersenyum miring.

"Apa yang kau lakukan di sini Benjamin?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Aldrich, Benjamin malah menanyakan sesuatu yang lain.

"Siapa nona ini? Korbanmu?" Aldrich memicingkan matanya, Yura hanya diam karena tidak mengerti.

"Apa yang kau lakukan di sini Benjamin?" ulang Aldrich dengan tekanan di setiap katanya.

"Aku hanya melaksanakan pekerjaanku."

"Pekerjaan?"

"Oh ya, tuan besar memerintahkanku mengawasi salah satu anaknya. Sekaligus melindunginya dari anak-anaknya yang lain." Aldrich tersentak.

"Jadi, Johnny...."

"Ya, dia salah satu anak ayahmu yang lain." Aldrich mengepalkan tangan kirinya yang tidak menggenggam tangan Yura.

Pikiran perempuan itu sendiri berkecamuk, percakapan dua laki-laki ini membuatnya sangat bingung.

"Sekarang kau mengerti kan?" Ekspresi wajah Aldrich kembali menjadi datar.

"Ya, aku sudah menduganya dari dulu." Benjamin tersenyum tipis.

"Baiklah, nikmati pesta ulang tahun 'saudaramu' hari ini." Aldrich berdecih.

"Dia bukan saudaraku, lagipula aku tidak menganggap laki-laki tua yang berengsek itu sebagai ayahku."

"Terserah, aku pamit. 'Mantan' tuan muda." Benjamin membungkuk dan meninggalkan Aldrich yang mematung dan Yura yang menggoyang-goyangkan lengan Aldrich.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang