Chapter 2 : Apa?!

120 5 0
                                    

...


Pagi hari kemudian

Tuk! Tuk! Tuk!

HeiHei sedang mematuk sebuah batu besar di bawah kakinya, dia menelannya mentah-mentah hingga masuk ke lehernya, dia langsung tersedak. Kemudian dia memuntahkannya lagi, kemudian mematuknya kembali. Pua, si Babi peliharaan Moana hanya memandang heran padanya.

"Ayam bodoh itu sudah menelan 3 batu dalam sehari kemarin, aku jadi khawatir hobi anehnya itu semakin menjadi-jadi. apa sebaiknya kita masak saja dia?" tanya Ala'i, si peramal.

"eehmm... aku pikir, itu tidak perlu. HeiHei hanya bersenang-senang dengan makanannya kok" jawab Moana.

"Ayam itu terlahir berbeda dari saudara-saudaranya! maksudku... lihat! matanya juling! untuk berjalan saja masih bertubrukan dengan benda didepannya. Aku masih ingat ketika dia menetas, dia langsung mematuk-matuk telurnya sendiri" jawab Ala'i lagi.

"Jangan khawatir, HeiHei ada bersamaku. biar bagaiamana pun dia adalah ayam kita"

Ba-kaawwk!

HeiHei tersedak batu lagi.

Moana sampai menggaruk-garuk sisi dahinya dengan telunjuk jarinya. "Yaa maksudku... seperti yang kukatakan tadi, dia hanya bersenang-senang dengan batunya"

"Ayam ini tidak berubah semenjak ikut denganmu berpetualang, apa tak ada sesuatu yang membuat ayam ini menyadari kebodohannya?"

"Tidak, HeiHei ingin ikut bermain, hanya saja dia sering kali tercebur ke laut"

HeiHei memuntahkan batunya lagi. kemudian dia mematuknya kembali.

"Moana!"

Seseorang memanggilnya, ternyata itu ayahnya.

"Ayah?"

"Sayang, ada sesuatu yang ingin ayah bicarakan. ayo" kata Tui, menyuruh putrinya untuk ikut dengannya.

"hmmm... memangnya ada apa yah?" tanya Moana.

"Nanti kau juga tahu, kita pergi ke rumah para dewan"

"Para dewan!?" Moana agak terkejut. kalau dia di panggil dewan desa, berarti ada masalah. tapi masalah apa yang ada pada dirinya?

Tanpa banyak kata, Moana mengikuti ayahnya pergi kerumah para tetua dewan.

"Jadi..."

Moana sedikit menegakkan kepalanya ke atas, menatap para tetua-tetua desa yang kini duduk berjajar memandangi si Kepala suku muda yang duduk di tengah-tengah aula. sementara ayah dan ibunya ada di samping kiri-kanannya.

"Moana, kau tahu apa saja yang kau lakukan untuk desa ini?"

"aahh ya... tentu saja! aku memastikan setiap kebahagiaan warga Motunui!" kata Moana.

"Itu hebat nak, kau memang pemimpin yang di andalkan"

Moana pun tersenyum "Terima kasih"

"Sebagai Kepala suku, generasi dari leluhur kita dari masa ke masa, hingga saat ini, kau yang dulu seorang remaja, kini telah berubah menjadi wanita dewasa"

"Karena usiamu sudah 18 tahun, itu artinya kau memasuki masa dimana tanggung jawabmu semakin berat. kau takkan bisa menanggung itu sendirian, Moana"

"Ya, makanya kami putuskan untuk... mencarikanmu seorang calon suami!"

"APA?!"

Moana kaget. sentakannya cukup membuat seekor burung yang tadinya hinggap di atap rumah para dewan langsung berterbangan tak karuan.

New life with youKde žijí příběhy. Začni objevovat