DUA BELAS : Pemotretan

Começar do início
                                    

"Siapa?"

"Johnny."

Aldrich mendengus sebal. "Mengapa kau membalasnya?"


"Johnny bertanya sesuatu padaku, dan ya... aku hanya menjawabnya." Aldrich segera merebut ponsel berwarna rose gold itu dan membaca chat-nya sekilas.

"Jangan balas lagi pesannya.

"Cukup aku laki-laki yang ada di dalam hidupmu. I'm your man." Aldrich tersenyum sinis dan menggenggam tangan Yura.

"Pemotretan akan dimulai lima menit lagi, kau harus melihatnya."

Yura menaikkan sebelah alis melihat Aldrich yang tersenyum aneh, perasaannya tiba-tiba​ menjadi tidak enak.

Apa yang direncanakan laki-laki itu? Ia harap bukan sesuatu yang aneh-aneh.

Dan benar saja, sepanjang sesi pemotretan majalah itu pipi Yura dibuat memanas dan memerah. Ia jadi tahu apa maksud di balik senyuman Aldrich yang tidak seperti biasanya. Apa laki-laki itu berniat memamerkan diri?

Kekuatan utama wajah Aldrich ada di matanya, dan laki-laki itu mengetahuinya dengan baik.

Kekuatan utama wajah Aldrich ada di matanya, dan laki-laki itu mengetahuinya dengan baik

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


Yura meneguk saliva kasar, dadanya berdebar tidak karuan. Matanya bergerak gelisah. Ia merasa matanya 'ternodai' bila melihat sesi pemotretan itu tetapi tetap saja sangat sayang untuk dilewatkan. Eh?

Yura mengibaskan tangan ke arah wajah sebab terasa memanas

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Yura mengibaskan tangan ke arah wajah sebab terasa memanas. Bukannya menjadi lebih dingin, yang terjadi justru sebaliknya dan ia mendesah pelan.

Terkutuk kau Aldrich! Sudah membuatnya merasa gugup seperti ini.

Pakaian yang digunakan Aldrich untuk pemotretan itu ternyata lumayan banyak, mulai dari yang tertutup sampai yang terbuka

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Pakaian yang digunakan Aldrich untuk pemotretan itu ternyata lumayan banyak, mulai dari yang tertutup sampai yang terbuka. Dengan penuh percaya diri Aldrich melakukan tugasnya dengan baik. Sangat baik.

Sialan! Yura mencaci maki orang yang mengurusi pakaian dalam hatinya. Mengapa mereka memilih memakaikan baju kekurangan bahan kepada Aldrich? Seharusnya mereka bertanggung jawab telah membuat perasaannya tidak karuan seperti ini.

Diam-diam Aldrich tersenyum, ia merasa senang ketika melihat Yura yang tidak bisa duduk dengan tenang. Perempuan itu pasti gugup luar biasa melihatnya memakai beragam pakaian dan berpose di depan kamera.

"Pesonaku tidak akan pernah bisa ditolak sayang. Aku meyakini itu," ucap Aldrich senang dalam hati.

***

Yura meneguk coklat hangat sambil tersenyum senang, kini ia dan Aldrich sedang berada di sebuah kafe dekat gedung pemotretan tadi. Jam tangan putih Yura saat itu menunjukkan pukul 22.52, Aldrich yang belum mau pulang mengajak Yura untuk berdiam sebentar di kafe. Toh jam kuliah besok sedikit siang, sehingga mereka tidak perlu terburu-buru.

"Yura."

"Ya?" Yura mendongak ketika mendengar seruan dari Aldrich, laki-laki itu kini mengusap bagian depan rambutnya.

"Bisakah kau hapus semua kontak laki-laki di ponselmu?" Yura mengernyit, bingung.

"Mengapa?"

Aldrich mendengus. "Bukankah aku sudah mengatakannya? Cukup aku laki-laki yang ada di dalam hidupmu. Jangan ada orang lain, karena aku tidak bisa menjamin bahwa pisauku menyukai hubungan itu." Aldrich menekankan setiap katanya itu. Yura bergidik ngeri.


"Mengapa kau menjadi seperti ini? Psikopat itu menyeramkan."

"Kau ini mahasiswi psikologi tetapi begitu saja tidak tahu, psikopat itu gangguan jiwa. Untuk lebih jelasnya, aku akan memberitahumu ketika kita menikah."

Yura membelalak. Apa ia tidak salah dengar?

"A-apa maksudmu?" Aldrich meminum kopinya sebentar.

"Kau, calon istriku."

Yura terbengong-bengong mendengar ucapan Aldrich. Apa laki-laki ini gila? Eh, Aldrich memang psikopat gila.

"Istri?" Aldrich mengangguk cepat.

"Iya, kau mau aku melamarmu sekarang?"

Yura menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia terkejut, jijik sekaligus bingung.

"Kau tidak sedang bercanda, bukan?" Aldrich menatap Yura tidak senang.

"Aku sama sekali tidak bercanda, Sayang. Apa kau mau aku melamarmu sekarang juga?"

"Tidak tidak tidak! Lagipula siapa yang ingin menikah denganmu?!"

"Mau ataupun tidak aku akan tetap menikahimu.

"Itu sebuah keputusan final," tegas Aldrich.

Yura mendesah, sepertinya masa depannya menjadi benar-benar suram. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan laki-laki semacam Aldrich? Hidupnya pasti dipenuhi dengan ketakutan.

***

Setelah MPB ini di-republish sampai tamat, setuju nggak kalo nanti menjelasng terbit saya publish beberapa halaman versi novel?

Ok, see you.


My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora