Chapter 3

194 10 0
                                    

"Ki-Kibum-ah..," sesaat air matanya terhenti. Ia menghapus sisa-sisa air mata di pipinya.

"Kau sedang apa di sini?" Kibum duduk bersila di samping Hae Ra.

"Aku-"

"Kenapa menangis?"

"Aku-" mata indah itu kembali mengeluarkan air. Si pemilik hanya tertunduk pasrah dan kembali dalam tangisannya. Dengan perlahan dan ragu, Kibum memeluk Hae Ra. Tiba-tiba, seakan ia sedang menjelajah waktu ia melihat kejadian, yang menunjukan masa depan Hae Ra yang berkaitan dengannya nanti. Pertumpahan darah. Setelah tenang, gadis itu menceritakan semua yang baru saja ia baca.

"Aku kesal pada Jinki oppa, tapi jika dipikir lagi ... aku kasihan padanya," katanya mengakhiri ceritanya lalu bangkit. Ia berjalan menuju bibir danau. Kibum tetap duduk di tempatnya. Untuk sesaat suasanan sepi. Lelaki itu bangkit lalu mengeluarkan belati yang tersimpan di balik lengan kanan yang tertutupi oleh jubah hitamnya. Menempatkan dirinya agak di belakang Hae Ra yang melamun.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja," kata Kibum sambil berjalan mendekati Hae Ra.

"Hae Ra-ya!" panggil sebuah suara dari kejauhan.

Minho mendarat dengan terburu-buru. Ia melompat turun dari sapu terbangnya lalu berlari menghampiri mereka. Ia berdiri membelakangi Kibum dan membalik tubuh Hae Ra agar ia bisa melihat wajah gadis itu. Kibum buru-buru menyelipkan belati itu ke dalam lengan kemeja panjangnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Semua mengkhawatirkanmu. Ayo kita kembali." Minho menggandeng lengan kanan Hae Ra dan tanpa mengatakan apapun pada Kibum. Gadis itu membiarkan Minho menariknya pergi. Setelah beberapa langkah, Minho menengok ke belakang dan menatap Kibum dengan tatapan dingin. Matanya menangkap kilauan dari benda perak yang ada di tangan kanan Kibum. Ia mempercepat langkahnya dan Hae Ra.

~~***~~

Sudah 2 hari ini Ha Ra tidak menyapa Jinki. Hanya pada oppanya itu ia berperilaku dingin. Jinki juga jadi semakin merasa bersalah. Apa lagi kenyataan bahwa selama ini ia diam-diam mempelajari ilmu penyihir putih, sudah diketahui Hae Ra juga. Menangkis atau melakukan sihir tanpa tongkat sihir hanya bisa dilakukan oleh penyihir tingkat atas. Siapapun yang  melakukannya bisa dipastikan ia adalah seorang penyihir hitam atau penyihir putih.

"Sudahlah Hae Ra-ya. Maafkan Jinki hyung," kata Taemin ketika pulang sekolah. Ia mensejajarkan laju sapu terbangnya dengan milik Hae Ra.

"Tidak akan. Dia sudah banyak berbohong padaku."

"Tidak baik jika berlama-lama marah dengan Jinki hyung. Kita kan, tinggal satu atap. Lagi pula ia sudah minta maaf padamu."

"Sudahlah, aku mau ke toko buku dulu sebentar. Bilang pada bibi, aku akan pulang terlambat untuk makan malam," gadis itu segera terbang dengan cepat meninggalkan Taemin.

"Ya, Hae Ra-ya! Aish! Kapan ia tidak keras kepala?" ia menukik dan terbang menuju lapangan tempat Jinki latihan dengan naganya.

Kelas terakhir hari ini adalah ilmu hewan laut dalam dunia sihir. Minho yang sedang malas pulang memilih untuk mengerjakan tugas sekolah hari itu di kelas sepulang sekolah. Ia menolak beberapa teman sekelas yang mengajaknya untuk pulang bersama atau bermain sepak bola sepulang sekolah. Mood nya sedang tidak baik hari ini. Kelas sudah sepi. Minho sudah berhasil mengerjakan beberapa soal dari tugas lalu beralih untuk menulis essay. Ia berhenti sejenak lalu memandang ke luar jendela. Memikirkan apa yang akan ditulisnya pada paragraf awal. Lalu ia kembali memandang ke dalam kelasnya. Betapa terkejutnya ia ketika tahu Kim Kibum sudah berdiri di depan papan tulis kelas, memandangnya sambil membawa dua botol minuman. Ia berjalan mendekat.

Blue Pearl - Shinee FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang