Chapter 1

522 20 0
                                    

Malam berkabut memenuhi hutan. Seorang bocah lelaki berlari ketakutan di jalan setapak yang membelahnya. Ia bahkan tak tahu kenapa berlari begitu kencang. Di pelukannya terlelap sesosok manusia mungil yang tertidur. Adik perempuannya. Ia berhenti dan bersembunyi di balik pohon besar untuk beristirahat. Kembali ia mengingat kejadian mengenaskan yang menimpa ayah dan ibunya beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk berlari sekencang yang dibisa kaki-kaki kecilnya.

"Jinki-ya! Ireona Jinki-ya! Larilah ke hutan dan bawalah adikmu," kata seorang wanita yang langsung menyodorkan seorang bayi perempuan dan bungkusan kain pada anak laki-laki sulungnya.

"Eomma, sekarang kan, masih malam," jawab anak laki-laki itu sambil mengucek-ngucek mata.

"Lee Jinki! Kau harus menuruti eomma. Kau harus pergi bersama adikmu. Atau-"

"TOK TOK TOK! NYONYA LEE! KAMI TAHU ANDA ADA DI DALAM! CEPAT BUKA PINTUNYA ATAU KAMI DOBRAK!" suara dari luar pintu mengagetkan mereka berdua.

"Sekarang, cepat pergi. Jangan sampai kau bertemu siapapun. Pergilah ke rumah bibi. Berikan surat eomma padanya. Kau mengerti? Pergilah lewat pintu belakang. Ppalli!" Jinki menggendong adiknya yang baru berumur 5 bulan. Ibunya menciuminya dan adiknya dengan berurai air mata.

"Kenapa Ibu menangis?" dengan polosnya anak berumur 6 tahun itu bertanya.

"TOK TOK TOK!"

"Pergilah, cepat! Dan jangan menoleh ke belakang!"

Jinki segera berlari ke luar rumah dan tak lupa mengunci pintu belakang dari luar. Jinki kecil yang penasaran menguping dari balik pintu belakang.Terdengar suara pintu depan didobrak dan langkah kaki berderap memaksa masuk ke dalam rumah.

"Siapa kalian?! Mau apa kalian di sini malam-malam begini?!"

"Kami pasukan kerajaan penyihir hitam. Dimana Mutiara Biru itu?!"

"Apa maksud kalian?! Tentu saja aku tidak tahu. Bukankah mutiara itu ada pada suamiku, yang sudah kalian bunuh 5 bulan yang lalu?!"

"Raja kami tidak menemukan mutiara itu pada mayat suamimu. Cepat serahkan pada kami!"

Terdengar suara pekikan ibunya dan benda-benda yang terjatuh. Jinki segera berlari menuju hutan di belakang rumahnya. Tepat selangkah sebelum Jinki memasuki hutan, terdengar suara jeritan memilukan Ibunya. Jinki hendak menoleh ke belakang tetapi ia ingat pesan ibunya. Jadi ia mengurungkan niatnya dan terus berlari dengan mata terbuka lebar waspada.

"Eomma," bisik Jinki berlari menyusuri hutan. Tanpa terasa air matanya mengalir.

~~***~~

"Prang!" terdengar suara pring yang pecah.

"Wuss... dzing dzing dzing! Wuss..."

"Aish, oppa! Aku sedang sarapan. Tidak bisakah latihannya nanti saja?" kata seorang gadis sambil menangkis serangan itu dengan tongkat sihir di tangan kirinya. Sementara tanggan kanannya memegang sumpit. Jubah sihir merah cerahnya bergelombang mengikuti gerak tubuhnya yang berusaha menghindar tanpa menumpahkan sarapan yang tersaji di atas meja makan. Rambut hitam kuncir kudanya bergoyang-goyang.

"Tidak bisa," jawab Jinki singkat sambil terus menyerang adik perempuannya itu dengan kekuatan sihirnya. Jubah sekolah sihir merah maroon dengan aneh tersangkut di pundak kirinya tanpa terjatuh walau ia bergerak sangat lincah. Jubah itu membalut kemeja putih hingga dua pertiga celana coklatnya.

"Huh! Baiklah," Hae Ra menyerang balik kakaknya dan membuatnya terpental melewati pintu belakang. Ia terkejut sendiri lalu segera menghampiri Jinki yang kini sudah tersungkur di halaman belakang.

Blue Pearl - Shinee FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang