Menjauh

3.3K 210 6
                                    

Alden menyeret langkahnya menuju ke ruangan keluarga begitu kembali dari kampusnya.

Ia lalu merebahkan tubuhnya pada sofa panjang kosong tempat keluarganya sedang berkumpul. Rasanya tubuh pemuda itu makin hari makin lemah akibat penyakit yang di deritanya. Walaupun ia sudah rutin menjalani cuci darah selama beberapa bulan. Tapi sepertinya itu semua tidak berefek banyak pada tubuhnya.

"Kamu kenapa?" tanya sang ayah yang sepertinya khawatir melihat keadaan anaknya itu.

"Gak papa Pa. Aku cuma capek aja,"
ucap Alden sambil berusaha tersrnyum.

"Kamu pucat lo, Den?"  Dea menimpali.

Alden melihat ke arah Dea haru. Ia sangat bersyukur memiliki ibu tiri seperti Dea. Yang selalu ada disaat dia butuh melebihi sang papa yang memang harus mencari nafkah untuk keluarga mereka.

"Tante tenang aja. Aku baik-baik aja kok."

Dea hanya tersenyum melihat anak tirinya tersebut. Satu hal yang paling ia ingin saat ini adalah Alden mau memanggilnya dengan sebutan 'Mama', tapi ia tak berharap terlalu banyak. Ia masih bersyukur Alden masih mau menerimanya. Itu saja sudah cukup bagi Dea.

Alden lalu berdiri dari posisinya mengingat ia belum berganti pakaian. Namun saat hendak berdiri, tiba-tiba ia limbung dan kehilangan kesadarannya. Sontak saja membuat semua keluarganya menjadi panik termasuk sang adik yang tadi sedang tertididur di pangkuan ayahnya.

"Ataga, Mas!" pekik Dea langsung menghampiri Alden.

"Kita harus bawa dia ke rumah sakit!" teriak Bagas yang tak kalah paniknya.

Kemudian ia lalu meminta supirnya untuk menyiapkan mobil dan membantunya untuk membawa Alden ke mobil.

"Kak Al kenapa, Ma?" tanya Angel terisak.

"Kak Al sakit. Angel sama Bibik ya. Mama harus bawa kak Al ke rumah sakit," ucap Dea memberi pengertian.

"Angel mau ikut!" ucapnya sambil memeluk kaki Dea.

"Angel jangan bandel."

Dea lalu menyuruh pembantunya untuk mengangkat Angel dan segera menuju mobil dimana suaminya menunggu.

"Mama jahat! Angel benci Mama." Angel berusaha meronta saat digendong pembantunya.

Dea lalu menghela nafasnya berat.  Lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil. 'Maafin mama sayang,' ucapnya dalam hati.

***Sementara di kediaman Atha***

Gadis itu terlihat sedang gelisah karena dari pulang kuliah Alden tidak kunjung menghubunginya. Padahal biasanya Alden langsung menghubunginya begitu pria itu sampai di rumah. Namun sekarang sudah malam. Namun belum ada tanda-tanda Alden menghubunginya sama sekali.

"Arrhhh," ucapnya sambil melemparkan hpnya frustasi.

"Lo kemana, Al?"

Ia lalu mengambil kembali ponselnya yang barusan dilemparnya.

"Apa gue chat aja duluan?" katanya sambil mengetuk-ngetukkan ponsel tersebut ke dagunya.

"Yaudah deh."

Ia lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya

(Talitha: Alden....)

Lima menit ....

Tiga puluh menit ....

Satu jam ....

"Alden jahat!" teriaknya sampai-sampai mengejutkan ibunya.

Take My Hand (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang