Rumah Alden?

3.9K 247 0
                                    

Alden POV

Sekarang adalah hari minggu. Dimana gue harus kembali ke rumah itu untuk menghadiri pesta ulang tahun anak orang yang menyebabkan keluarga gue menderita. Ck! Ironis memang. Dimana gue ikut berpesta. Adik kandung gue aja bahkan gak pernah merasakannya sepanjang hidupnya, sampai akhirnya ia meninggal dalam penderitaan. Tapi gue harus melakukannya. Benar kata Atha. Gue ga' boleh terus-terusan seperti ini. Gue harus bisa berdamai dengan diri gue sendiri. Paling tidak ini akan membuat Mama senang di alam sana. Karena gue yakin, biar bagaimanapun, itu adalah rumah gue. Dan sudah seharusnya gue 'kembali' ke dalamnya.

Sebelumnya, gue harus menjemput Atha dulu. Karena gue mau ke rumah itu juga karena Atha. Atha yang memaksa gue agar mau menginjakkan kaki ke rumah itu lagi.

Memang, sejak kemarin Atha sudah tidak lagi tinggal diapartemen gue lagi. Gue mengantarkannya pulang ke rumah karena gue sekarang sudah tak apa-apa lagi. Sebenarnya, sangat berat bagi gue untuk membiarkan Atha kembali ke rumahnya lagi. Tapi, gue tahu pasti Atha sangat merindukan keluarganya. Gue ga' mau dia terbebani karena gue.

Bicara soal Atha, gue jadi kepikiran kejadian kemarin, dimana gue bertemu seorang cewek yang tiba-tiba saja memeluk dan mencium gue. Gue tahu, dia adalah salah satu wanita yang pernah menjalalani one night stand bersama gue, walaupun gue ga' lagi mengingat namanya. Karena dalam prinsip gue, gue ga' mempercayai sebuah ikatan karena trauma terhadap orang tua gue. Gue ga' mempercayai cinta karena menurut gue cunta itu bullshit. Jadi istilahnya, gue melakukan itu kalau wanita itu tertarik kepada gue, dan merasa tidak dirugikan walaupun gue ga' bisa memberikan mereka kepastian.

Tapi, sejak bertemu dengan Atha. Rasanya gue ga' butuh lagi semua itu. Setiap melihatnya, ada perasaan aneh yang terus mengusi gue. Rasanya gue ingin selalu menjadi pelindunginya. Dan gue melakukannya tulus, tanpa mengharapkan apa-apa. Atha membuat gue seperti hanya berpusat padanya saja. Gue ga' lagi melirik wanita lain walau secantik apapun. Tapi, gue mengatakan ini bukan berarti Atha tidak cantik. Atha memang tidak secantik perempuan yang pernah bersama gue. Tapi dia manis. Ia memiliki tubuh mungil dan pipi yang agak tembam yang membuatnya terkesan imut. Kulitnya juga putih bersih. Pokoknya dia alami. Tidak perlu menggunakan banyak kosmetik untuk tampil cantik.

Tak terasa, gue sudah sampai di gerbang rumah Atha. Gue lihat, dia sudah menunggu di gerbang rumahnya. Malam ini dia sangat berbeda. Ia kelihatan lebih sedikit dewasa dari biasanya. Mungkin, karena malam ini dia memakai make up dan gaun pesta. Tapi, walaupun begitu ia tetap imut seperti biasa. Tidak yang berlebihan.

"Hai ...." sapa gue saat turun dari mobil.

"Waw, Alden malam ini keren banget ...."

Memang beginilah Atha. Ia terlalu ekspresif. Ia akan mengatakan apapun yang ada di fikirannya walaupun baik atau buruk sekalipun.

"Udah siap?"

"Aye, aye captain."

Setelah minta izin kepada orang tua Atha. Gue langsung mengendarai mobil menuju tempat yang sudah lama ga' gue kunjungi. Setelah sampai, gue langsung masuk ke dalam rumah ini dengan Atha yang menggandeng tangan gue. Kelihatannya pestanya cukup mewah.

Dengan terpaksa, gue langsung membaur dengan para tamu lain. Gue lihat Atha disamping gue sangat terpaku. Mungkin, karena dia baru pertama kali gue ajak ke rumah. Gue akui, mungkin rumah ini dua kali lebih besar dari rumah Atha yang sudah cukup mewah. Tapi jika disuruh memilih, maka pasti gue akan rumah Atha. Karena di sana penuh kehangatan tak seperti di sini.

"Rumah lo bagus banget Al. Dan pestanya meriah banget."

"Gue malah kalo di suruh milih gue pengen hidup sederhana namun bahagia. Percuma kaya kalau hati lo hampa."

Take My Hand (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang