Dating with: Haechan

3.9K 380 8
                                    

Langit malam yang dihiasi kelap-kelip bintang seolah mewakilkan perasaanmu dan Haechan saat ini. Satu kata.

Bahagia.

Beralibikan melihat bintang, ekor matamu mencoba untuk menangkap objek tampan rupawan yang sedang duduk di sampingmu,

dan kini kamu tahu ia tengah menatapmu, lengkap dengan lengkungan indah yang terukir sempurna di bibirnya.

Senyumnya.

Haechan berdeham. Salah tingkah, ia memandangi ujung sepatunya dan tersenyum malu, kemudian kembali menatapmu.

"(Y/n), kok diem aja, sih?" tanya Haechan.

Spontan kamu menatap manik mata yang juga tengah menatapmu intens. Melihat wajah tampan itu, rasa-rasanya kamu ingin berteriak ala-ala fangirling untuk menenangkan detak jantungmu yang sudah tak menentu lagi.

"Eungg... Gak papa, kok, hehehe," jawab kamu salting.

Haechan tersenyum dalam diam sambil menatapmu. Matanya mengisyaratkan agar matamu tak melepaskan pandangan dari dirinya. Dan kedua matamu mematuhi isyarat itu, didukung dengan keinginanmu untuk menatapnya lebih lama lagi.

Haechan menghela nafas singkat dan kemudian menatap langit penuh bintang itu. Kamu mengikutinya.

Langit cerah di malam hari memang indah.

"Kamu tahu gak?" tanya Haechan dengan suara khasnya yang membuat jantungmu berdetak tak karuan.

Karena kamu nggak mau kelihatan banget saltingnya di hadapan doi, maka kamu menjawab, "Engga.."

Haechan terkikih pelan mendengarnya, kemudian ia mencubit pelan kedua pipimu sambil tersenyum lucu.

Kamu mulai berpikir, jangan-jangan Haechan ini manusia listrik atau siluman belut listrik? Kok waktu dia cubit pipimu kayak ada arus listrik yang mengalir di pipimu dan mempercepat kontraksi jantungmu?

"Aku kan belum ngomong, cantik..."

Halo, rumah sakit terdekat? Tolong jangan suruh dokter jantungnya pulang dan malmingan dulu, ya.

Kamu yakin kalau pipi kamu sudah bersemu merah merona saat itu. Dan kamu hanya dapat berharap pada lampu jalan agar tak menyinari wajah sipumu sekarang.

Haechan beralih menatap langit malam.

"Kamu tahu gak? Kamu tu gak seindah bintang-bintang di langit itu..."

Dor!

Rasanya kamu remuk untuk beberapa saat. Jadi untuk apa Haechan menembakmu di depan seluruh warga sekolah kalau memang ia belum mampu untuk mencintaimu dan menjaga hatimu?

Kamu beralih menatap Haechan yang masih saja menatap langit malam sambil tersenyum manis. Rasanya kamu gak bisa marah, kamu udah terlalu luluh dengan lengkungan itu. Kemudian, Haechan berpaling menatapmu dan tersenyum semakin manis.



"Karena kamu ciptaan Tuhan yang paling indah buat aku..."





Mati kutu. Kamu yang tadinya mau marah jadi meleleh gara-gara gombalan Haechan. Belum lagi tatapan matanya yang menatapmu seolah kamu adalah sesuatu yang amat berharga baginya di dunia ini. Tatapan itu berhasil menyusup ke dalam hatimu, merasuki jiwamu.

Bahkan kalau kamu gak inget lagi kamu sekarang lagi di tempat umum, kamu pasti sekarang udah memeluk Haechan sedemikian eratnya.

Tapi yang bisa kamu lakukan cuma tersenyum salting dan membuang pandangan ke sembarang arah, sedangkan tangan kirimu sibuk menyikut pelan Haechan, yang bukannya kesakitan, malah tertawa.

Kamu menghela nafas singkat, "Jago ya gombalnya. Ngeles dimana?" candamu.

Tidak seperti yang kamu harapkan, Haechan tidak tertawa. Ia malah menatapmu cemas dan kemudian melepaskan jaketnya yang sedang ia kenakan.

Dan mengenakannya padamu yang hanya berbalut T-shirt putih dan celana jeans.

"Kamu pasti kedinginan," katanya sambil mengenakan jaketnya padamu. "Kok ga ngomong sih kalo kedinginan?" sambungnya. Ia pun menatapmu dan tak melepaskan kedua tangannya yang masih tersampir di kedua bahumu.

Kamu hanya bisa terdiam. Rasanya bahu kamu tak bisa bergerak 0,1 mm pun. Kamu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan si tampan yang masih saja memandangimu khawatir.

"Ngeliat bintang bareng kamu udah bikin anget, kok," jawabmu.

Haechan terdiam sejenak, kemudian terkikih pelan. Kamu senang karena tak harus membuatnya khawatir, terlebih tangannya yang hangat itu masih tersampir di bahumu. Tak sedikitpun Haechan melonggarkan cengkramannya.

"Kayaknya aku dapet guru les baru, deh," kata Haechan sambil tertawa.

Guru les baru? Jadi ternyata kamu lebih jago ngegombal daripada Haechan, ya?

Kamu cuma pura-pura mendengus kesal sambil mengulum tawa. Haechan tahu jelas kabut yang masih muncul dari hidungmu menandakan kamu masih kedinginan.

Haechan melonggarkan cengkraman tangannya dari bahumu. Kamu sedikit kecewa, namun dalam kurun waktu sedetik kamu jadi bingung karena ternyata Haechan mengalungkan kedua tangannya padamu, sementara kepalanya dengan nyaman bersandar pada bahu kirimu.

Kamu menatap manik mata yang dekat denganmu itu lekat-lekat. Manik mata yang tengah tersenyum bahagia sambil menatapmu.


"Kalau aku begini, kamu masih kedinginan gak?"

Bahkan bila kamu sedang berada di Arktik saat ini, bila dipeluk Haechan seperti ini, dingin hanyalah sebuah kata tanpa arti. Pipimu yang mulai memanas menjadi bukti yang memperkuat.

Dan detak jantungmu, kamu dapat merasakannya berdegup begitu kencang seolah memerintahkanmu untuk membalas pelukan Haechan. Namun kamu hanya terdiam mematung sambil menyuguhkan senyum manis untuknya.

Kamu tak ingin Haechan mendengar detak yang begitu kencang itu.

Tapi kamu juga yakin Haechan pasti sulit mendengar detak jantungmu.

Bunyi lalu-lalang kendaraan pasti berhasil menyembunyikan degup-degup yang ada dari jantungmu.














Pacaran di pinggir fly over ada untungnya juga, kan?

"(Y/n), pulang, yuk. Nanti kamu dicariin sama papa mama mertua aku~"


kalo donald trump jd presiden ke-45 di amerika serikat
kamu jadi permaisuri pertama di hati akuuuuhhh
-haechan

-Fin

imejin macem apaa iniii :'))))
cuma khayalan fangirl yg malmingnya kencan sama tugas :')))))

sedih akutuhh mas haechaaan
bawa aku ke fly over sekarang jugaaa :'))))))

oya, apa ada yg setuju kalo dating with ichung di publish pas ichung ulang taun?

kritik saran dinanti haechan lho :)❤

happy sat-nite :)
shrimp

IMAGINE ft NCT DREAMWhere stories live. Discover now