Rahasia Draco

Começar do início
                                    

"Kalo kamu pergi, berarti kamu lebih milih orang itu dibanding aku."

Dia masih diam. Sampai saat dimana dia menggumamkan kata 'maaf' dan melangkah pergi. Meninggalkan aku dengan air mata yang sudah menyeruak membasahi wajahku.

[.]

"Hermione.. udah dong, jangan nangis lagi.."

"Iya.. apa kamu mau pulang aja? Nanti aku yang anter deh."

Aku terus menggeleng. Menyembunyikan wajah sembabku dari Ginny dan Luna. Mereka sudah tahu apa masalahku. Dan mereka berbaik hati untuk menemaniku di uks, karna aku tak juga berhenti menangis.

Aku terus memikirkan Draco. Sebenarnya apa yang disembunyikannya? Apa dia punya wanita lain diluar sana? Tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin Draco begitu.

"Udah deh, cowok kaya gitu tuh tinggalin aja. Bisanya cuma nyakitin doang!"

"Ginny.. nggak boleh ngomong gitu. Udah tau Hermione lagi sedih gini."

"Ya, gue cuma kesel, Lun. Si kampret Draco itu selalu aja bikin temen gue ini nangis!"

"Aku nggak apa-apa," kataku sambil mengangkat kepalaku. Luna menyerahkan dua lembar tissue padaku. Aku pun menyeka air mataku itu. Rasanya mataku ini benar-benar berat. Mungkin sekarang sudah sangat bengkak seperti disengat seranggga.

"Lo mau pulang aja? Kayanya dengan keadaan lo yang kata gini, lo nggak bisa masuk kelas, deh."

"Iya, ginny bener tuh. Bisa pada kepo anak kelas nanti. Terus ntar jadi banyak gosip berterbangan, deh."

"Kayanya lebih bagus pake penggunaan kata 'bertebaran' deh," ralat Ginny dengan penekanan di kata 'bertebaran'.

Aku tidak terlalu menyimak perdebatan mereka. Pikiranku melayang-layang. Kepalaku juga pusing karna terlalu kama menangis. Dan aku merasa jadi orang bodoh karna menangis sampai sebegininya untuk orang yang mungkin tidak tahu kalau aku menangisinya.

Menyedihkan sekali.

Saat Ginny dan Luna sedang berdebat, dan aku masih betah dengan lamunanku, tiba-tiba pintu UKS terbuka. Disitu aku langsung memalingkan wajahku. Enggan untuk melihat wajah orang yang sudah membuatku seperti ini.

"Mau ngapain?!" Tanya Ginny dengan suara melengking.

"Gin, jangan kaya gitu. Nanti kita di keluarin dari sekolah." Bisik Luna yang masih bisa terdengar karna memang ruang UKS ini sangat sepi.

"Bodo amat, ah!" Kata Ginny. Aku tidak melihat ekspresi mereka. Karna aku sibuk menyembunyikan wajahku yang sudah bengkak ini.

"Gua mau ngomong bentar sama, Hermione."

Ginny dan Luna hanya diam. Dan yang kutahu, mereka melangkah pergi meninggalkan aku berdua dengan Draco.

"Kenapa sampe nangis gini sih?" Katanya yang semakin mendekat. Aku hanya diam. Tidak mau menimpali.

"Gua minta maaf ya?" Dia mulai duduk disampingku. Ya, amu memang tidak tiduran di ranjang. Aku memilih duduk di sofa.

"Hermione.." Draco dengan perlahan memutar tubuhku agar kami berhadapan. Tapi tetap saja, aku tidak mau menatapnya.

"Hey, kok nunduk terus sih?" Dan sekarang dia mengangkat daguku. Wajah kami berhadapan. Tapi tetap, mataku tak mau menatapnya!

"Tuh kan mukanya tambah jelek." Aku langsung meliriknya, marah. Bisa-bisanya dia mengataiku disaat seperti ini.

"Kamu pergi aja deh sana! Ngapain sih disini?! Udah selesai urasannya?!" Tanyaku sarkas.

"Iya, udah."

Demi apapun, aku sangat ingin mencelupkan kepala orang ini kedalam ember berisi kotoran sapi!

Aku menatapnya sengit, "Ter-se-rah."

Aku kembali memutar tubuhku untuk membelakanginya. Namun, disaat aku ingin meledak padanya, dia malah memelukku dari belakang. Sangat erat.

"Gua capek. Gua nggak kuat."

Aku mengernyit. Apa maksudnya?

"Apa? Maksudnya apa sih?"

Draco masih memelukku. Bahkan sekarang dia semakin membenamkan kepalanya pada tengkukku.

"Gua.. takut, Hermione. Takut banget."

Aku merasa badan Draco gemetar. Aku pun melepas pelukannya dan langsung menghadapnya lagi. Sekarang, Ia sedang menunduk dalam-dalam. Tangannya mengepal kuat.

"Kamu kenapa?" Tanyaku sembari mengangkat wajahnya.

Dan disana aku dapat melihat mata biru keabuan itu. Mulut mungkin busa berbohong, tapi mata tidak. Aku dapat melihat ketakutan di mata Draco. Tapi dia takut apa? Setahuku Draco tak takut apapun. Dia kuat.

"Besok hari sabtu, dan gua mohon lo nggak usah ikut ekskul matematika dulu. Gua bakal kasih tau rahasia gua sama lo."

Aku menegang. Draco kembali memeluk tubuhku erat. Kini aku pun bisa membalasnya. Di otakku penuh dengan pertanyaan. Tapi melihat Draco yang seperti ini, membuat niatku untuk bertanya itu sirna.

"Tapi lo mau kan janji satu hal?" Tanyanya tanpa melepas dekapannya.

"Janji apa?"

"Janji kalo lo nggak bakal ninggalin gua, setelah lo tahu semuanya."

***

Waduhhh maap ya update nya lama bgt 😁 gambaran ttg cerita sebenernya udh ada di otak, tpi gk tau kenapa pas mau ngetik otak tuh rasanya nge blank wkwkwkwk

CHAIRMATE [DRAMIONE]Onde histórias criam vida. Descubra agora