DELAPAN : Mengganggu Yura-ku? Mati

Beginne am Anfang
                                    

Jam tangan Yura menunjukkan pukul 19.24, dan saat itu ia sedang menunggu Aldrich yang masih belum keluar dari gedung kampus. Entah apa yang dilakukan laki-laki gila itu.

Yura menoleh ketika seorang laki-laki memanggil namanya, kemudian Yura tersenyum lalu mengangguk.

Laki-laki yang memanggilnya itu bernama Johnny, kakak kelasnya yang sama-sama berasal dari Korea.

"Belum pulang?" tanya Johnny setelah jarak mereka cukup dekat.

"Belum," jawab Yura sambil tersenyum.

"Mau kuantar?" Yura menggeleng.

"Tidak, aku bersama Aldrich." Yura bisa melihat ekspresi kecewa di wajah Johnny, tetapi laki-laki itu segera tersenyum maklum.

"Ya sudah, aku duluan." Johnny pergi setelah Yura mengangguk, ia dengan berat hati berjalan ke arah mobilnya.

"Siapa tadi?" Yura hampir saja berteriak kaget ketika ucapan seorang laki-laki terdengar dari arah kanannya. Ternyata itu Aldrich yang kini menatap Johnny yang masuk ke dalam mobilnya dengan pandangan tidak suka.

"Teman."

"Masuk." Yura dengan patuh masuk ke mobil Aldrich dan mengeluarkan beberapa butir permen dari saku celananya.

"Mau?"

Yura menyodorkan permen dengan ekpresi lucu, Aldrich yang fokus mengeluarkan mobilnya dari parkiran hanya mengucapkan satu kata singkat.

"Sebentar."

Ketika Aldrich berhasil mengeluarkan mobilnya dari area kampus, ia menoleh ke Yura dan mengangkat dagunya menunjuk permen mint yang ada di genggaman Yura.

"Aaaaa." Aldrich membuka mulutnya, tetapi ketika Yura hendak memasukkan permen Aldrich malah kembali menutup mulutnya.

"Apa?" Alis Yura naik karena bingung.

"Pakai mulut, bukan memakai tangan." Yura melongo.

"Berengsek." Aldrich tertawa.

Ekspresi Yura yang awalnya kesal berubah menjadi bingung ketika Aldrich memarkirkan mobil di taman kota, dekat dengan gang yang dulu ia gunakan untuk... membunuh laki-laki itu. Membuat perut Yura tiba-tiba menjadi mual.

"Mengapa berhenti di sini?" Aldrich melepas sabuk pengamannya dan melihat ke arah Yura dengan tajam.

"Kau tunggu di sini saja, jangan menyusul. Pokoknya tetap di mobil dan jangan keluar." Aldrich keluar dari mobil dan berjalan ke arah gang. Berdiri di sana seperti menunggu seseorang.

Yura memicingkan mata tatkala sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan Aldrich, pengemudinya kemudian turun dan membuat Yura menutup mulutnya.

Itu Sherly, perempuan itu kini terlihat masuk bersama Aldrich kedalam gang.

Kening Yura mengernyit, apa yang akan dilakukan Aldrich pada Sherly? ia khawatir Aldrich akan melakukan hal aneh. Atau kemungkinan terburuk membunuh Sherly di sana.

Yura mematikan mobil Aldrich dan turun dari mobil, menguncinya dan segera menyusul ke arah gang dengan panik.

***

Aldrich hanya tersenyum sinis ketika Sherly berteriak ketakutan saat melihat mayat yang sudah busuk.

"A-Aldrich, apa ma-maksudnya ini?" Sherly menggigil ketakutan dan menatap Aldrich yang hanya tertawa sinis.

"Kau ini sungguh bodoh, Senior. Apa kau pikir aku mengajakmu bertemu karena aku suka padamu? Jangan harap!" Aldrich mendekati Sherly yang sudah ketakutan setengah mati.

"A-Al, mengapa kau seperti ini?" Sherly kini terpojok di tembok ujung gang sambil menutup hidungnya karena bau mayat yang benar-benar menusuk.

"Kau ini benar-benar goblok, begitu mudah percaya dengan orang lain." Aldrich tertawa. Lalu ia menatap Sherly dengan pandangan membunuh.

"Coba pikirkan apa yang kau lakukan tadi di kantin? Mengucapkan yang tidak-tidak kepada pacarku? Bahkan kau berani menyiramkan air ke wajah Yura-ku!! BERANINYA KAU MENGGANGGU YURA-KU!" Urat di pelipis dan leher Aldrich sudah menonjol karena laki-laki itu benar-benar marah. Keluar semua amarahnya yang sudah ia tahan dari tadi.

"Ma-maksudmu? Aku tidak mengerti." Aldrich mengeluarkan pisau tajam dari saku celananya yang dalam lalu tersenyum sinis.

Aldrich memasukkan pisaunya kedalam mulut Sherly, menggerakkannya dengan tidak pasti dan membuat Sherly berteriak kesakitan.

Dengan bernafsu Aldrich menarik rambut Sherly dan menikam wajahnya dengan bertubi-tubi.

"Tadi kau mengatakan apa pada pacarku? Plastik?! Akan ku pastikan siapapun tidak akan mengenali wajah jelekmu lagi."

Kepala Sherly sudah benar-benar rusak, lalu tubuhnya tumbang karena ia sudah meninggal.

Suara pekikan perempuan membuat Aldrich menoleh, dan ia mendapati Yura yang memejamkan mata dan menutup mulutnya karena ingin muntah.

Aldrich yang tahu dengan pasti bahwa Yura sedang shock segera menariknya keluar dari gang.

***

"Bukankah sudah kubilang tetap diam di mobil?" Pertanyaan lembut tetapi tegas keluar dari mulut Aldrich ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

Yura hanya menghela napas dalam berkali-kali, bayangan wajah Sherly yang hancur terus menghantuinya.

"Apa yang kau la-lakukan padanya?" Aldrich mendengus.

"Bunuh," jawabnya enteng. Yura mengambil botol air minum di tas dan segera meminum isinya sampai habis.

"Mengapa kau membunuhnya?"

"Dia sudah berkata yang tidak-tidak, bahkan dia berani menumpahkan air padaamu."

"Seharusnya semua orang tahu, siapapun yang berani mengganggumu akan berhadapan denganku." Aldrich menggertakan giginya karena geram.

Aldrich lalu memeluk Yoona dengan erat.

"Aku tidak akan segan membunuh mereka yang mengganggumu, mereka tidak pantas hidup." Yura yang dipeluk Aldrich masih menggigil ketakutan.

Apakah berlebihan jika Yura menyebut laki-laki ini... Monster?

***

Jadi bingung harus bikin author note kayak apa di MPB.

Buat yang nggak ngerti kenapa banyak part hilang dan kosong baca penjelasan di bab awal ya. (Tbh banyak yang nanya gini dan saya suruh begitu juga haha.)

Btw, ada yang setuju nggak sih kalo MPB ada versi novelnya?

Ok, see you.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt