Chapter 40: Life Goes On

34.4K 3.3K 111
                                    

"Agioz..."

"Agioz..."

"Betapa bodohnya kau.."

Seorang anak kecil berambut perak menatap kumpulan sosok di hadapannya dengan tatapan polos. Mata emasnya mengerjap-ngerjap kebingungan.

"Kemarilah, Agioz.."

"Beristirahatlah.."

Sosok-sosok itu mengulurkan tangan pada Agioz. Agioz langsung tersenyum lebar sambil menyambut uluran tangan mereka. Tangan-tangan itu kemudian mengusap kepala Agioz dengan lembut.

"Sekarang tidurlah.."

"Kau tidak perlu terbangun lagi.."

"Tidurlah.."

Mata Agioz kini perlahan mulai tertutup. Tubuh mungilnya mulai menghilang menjadi serpihan cahaya yang begitu indah hingga akhirnya lenyap tak bersisa.

"Anak Kami, Agioz.. beristirahatlah dengan tenang.."

*

Achromos berdiri di puncak bukit yang dipenuhi dengan bunga dandelion sambil menatap sebuah batu nisan besar bertuliskan nama Chroma. Angin berhembus membelai wajahnya yang pucat. Jari-jarinya menyentuh kalung biru yang ia kenakan di leher. Sudah tiga tahun berlalu semenjak Chroma pergi, namun rasa sakit di hati Achromos tidak pernah berkurang sedikit pun.

"Achromos, ayo kita pulang." Chlari memegang bahu adiknya yang terlihat rapuh itu dengan lembut.

"Sebentar lagi." Jawab Achromos sambil menggenggam erat kalung Chroma.

"Aku mengerti." Ujar Chlari sambil berjalan menjauhi Achromos.

Achromos mengulurkan tangannya dan menyentuh batu dingin di hadapannya itu.

"Chroma.. sampai akhir kau memang perempuan egois.." Gumamnya sambil tersenyum getir.

"Kau memintaku untuk bahagia, tapi kau pergi begitu saja meninggalkanku. Kau begitu kontradiktif, bodoh."

Achromos segera membalikkan badannya sebelum air mata kembali menetes dari pelupuk matanya.

"Selamat tinggal, Chroma." Ucapnya nanar.

Ia kemudian melangkah meninggalkan batu nisan itu dengan langkah pasti. Ia menarik napasnya untuk mencegah air matanya menetes. Saat ia sampai di kaki bukit, Chlari, Cain, Mirria, Ash, Leon, Aram, dan anggota Schatten lain berdiri di sana sambil tersenyum. Achromos hanya mampu membalas mereka dengan senyuman tipis seraya berkata,

"Ayo kita pulang."

*

Seluruh rakyat Chraz kini telah berkumpul di istana dan membuat suasana menjadi riuh dan ramai. Para bangsawan dan anggota kerajaan lain duduk di dalam sebuah gedung megah yang sudah dihias dengan berbagai macam bunga dan hiasan yang berkilauan. Lagu-lagu indah dimainkan dengan piano yang menggema di ruangan luas itu. Karpet merah tergelar dari pintu masuk menuju altar megah di tengah ruangan. Seorang laki-laki berdiri di depan altar dengan tuxedo putih yang membuatnya menawan, menanti seorang perempuan yang akan segera muncul dari balik pintu.

Saat dentingan piano terhenti, pintu megah itu akhirnya terbuka, memperlihatkan seorang perempuan cantik jelita yang mengenakan gaun putih panjang dan menggenggam buket bunga di tangannya. Senyuman lebar mengembang di paras cantiknya--menunjukkan kepada semua orang betapa bahagianya ia. Kakinya kemudian melangkah diikuti oleh dua orang bridesmaid yang membantu mengangkat gaunnya yang menyentuh lantai.

Chroma & Achromos [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang