Together

3.9K 230 11
                                    

"Bagaimana kabarmu?"

Hinata terlonjak. Kakinya terangkat dari kolam renang kemudian menoleh kebelakang dan mendapati Neji berdiri dibelakangnya. Neji tersenyum, sedangkan Hinata masih enggan untuk mengulaskan sebuah senyuman.

"Kenapa kau disini?" Tanya Hinata dan kembali memasukkan kakinya kedalam kolam renang

"Kau tidak menjawab pertanyaanku" Ujar Neji

"Kau sendiri tidak menjawab pertanyaanku, jadi kenapa aku harus menjawabmu"

Neji terkekeh pelan, tak menyangka dengan kalimat yang keluar dari bibir kakaknya yang dikenal lembut itu. Benar, waktu sudah berubah. Perubahan yang tak seharusnya terjadi tapi harus terjadi.

"Aku merindukanmu, sungguh. Aku minta maaf" Lirih Neji

Tawa Hinata terdengar. Tawa yang terdengar sangat pilu dan menyedihkan. Neji berjalan mendekat kearah Hinata dan duduk disamping Hinata. Ikut memasukkan kakinya kedalam air kolam renang yang dingin.

"Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu" Ucap Neji lagi

"Seharusnya aku memberitahumu lebih awal, Neji" Ujar Hinata dan menopang tubuhnya sehingga dia dengan leluasa dapat menatap langit malam

"Aku sakit, disini" Ujar Neji sembari memegang dadanya

"Aku lebih sakit" Ujar Hinata

"Mereka benar Neji, terkadang luka justru membuatmu enggan untuk melakukan hal yang sama lagi. Bukan karena kau takut, tapi karena kau enggan untuk terluka dengan alasan yang sama" Ucap Hinata

Hikaru berdiri diambang pintu sembari memegang nampan berisi dua gelas susu coklat hangat. Tapi melihat kedua anaknya yang sedang berusaha memecahkan permasalahan mereka saat ini membuatnya mengurungkan niat itu dan segera berjalan menjauhi Hinata dan Neji.

"Sungguh aku tidak sanggup membuatmu menangis dan terluka lebih dari ini"

"Neji, kau pernah berjanji untuk tidak meninggalkanku di kondisi apapun, tapi kau melanggarnya. dan kini kau berkata demikian seakan aku akan mempercayaimu lagi. Tidak Neji, Tidak semudah itu" Lirih Hinata

"Apa yang harus kulakukan?"

Hinata menatap Neji yang kini juga menatapnya. Mata mereka berdua sama-sama redup, seolah kehilangan sinar paling terang dalam hidup mereka. Tak ada sinar kebahagiaan disana baik di mata bulan Hinata atau mata bulan Neji.

"Jangan tanya aku, tanya dirimu sendiri. Selamat malam" Ujar Hinata dan pergi meninggalkan Neji

Neji memandang langit malam yang diterangi oleh bintang-bintang, hatinya kembali sakit. hatinya serasa diremas-remas, dia merasa gagal menjadi seorang pria. dia merasa gagal menjadi malaikat pelindung Hinata.

"Sayang, mau segelas susu coklat untuk menghangatkan tubuhmu?" Tanya Hikaru sembari berjalan mendekat kearah Neji

"Berikan saja pada Hinata, bu"

"Dia sudah mengambilnya tadi sebelum dia masuk kekamarnya" Ujar Hikaru

"Bu, apa yang harus kulakukan?" Tanya Neji sembari menatap Hikaru

Hikaru mengerutkan dahinya pilu, seolah ia tahu bagaimana perasaan Neji saat ini. Dia tahu, karena dia ibunya.

"Neji, apa kau menyukai Hinata?"

"Hm?"

"Apa kau menyesal terlahir sebagai adik kandungnya? Karena kau menyukainya, bukan? Bukan sebagai kakak, tapi sebagai seorang pria"

***

Hinata terduduk dibalkon kamarnya. Suasana malam membuatnya termenung, memeluk lututnya sembari memandang bulan yang ditemani bintang-bintang

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang