The beginning

9.6K 341 7
                                    

Bulan sudah berganti matahari. Gadis itu belum juga tertidur sejak semalam, matanya membengkak dan terdapat lingkaran hitam dibawah matanya.

"Damn" Umpatnya

Dia duduk dipinggir ranjang. Pesawatnya berangkat 2 jam lagi. Penerbangan akan berlangsung lama, dia pasti akan bosan. Handphonenya berdering, menampilkan deretan huruf dilayarnya. Dia mengambil dengan malas, mendekatkan benda itu ketelinganya.

"Ya?"

"Kau berangkat 2 jam lagi, akan kuhubungi Jared untuk mengantarmu" Ucap Si penelpon

"Hm, ya. Tentu"

"Kau terdengar tidak bersemangat, ayolah. Ini pertama kalinya sejak 5 tahun. Keluargamu pasti sangat merindukanmu"

Gadis itu terdiam sejenak. Memijit pelipisnya sembari mencerna kata-kata lawan bicaranya itu.

"Ibumu selalu memohon agar kau kembali walau hanya sehari. Aku tahu, kau tak ingin bertemu dengan pria itu tapi apa pernah kau mencoba merasakan rindu keluargamu?" Lanjut Si penelpon

"Aku mengerti" Ujar Hinata. Dia kembali membaringkan tubuhnya dengan kasar.

"Kutunggu 1 jam lagi di bandara, See you, Sun. Jangan sampai kau tidak datang!"

"I'll be there, Francesca. See you"

Gadis itu melempar ponselnya. Rambut indigo panjangnya sudah kusut. Begitu pula dengan wajahnya.

"Shit" Umpatnya lagi. Kali ini dia beranjak. Dia memasuki kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu lama, dia sudah keluar dengan handuk dibadannya. Kali ini, wajahnya lebih segar meskipun lingkaran hitam itu tetap terlihat.

"What the hell!" Pekiknya saat melihat kearah cermin. Dia menggaruk kepalanya kesal kemudian memakai baju.

Dia memilih memakai celana hitam panjang, kaus oblong hitam dipadu dengan Blazer Jeans dan wedges hitam. Dia juga menggunakan concealer agar lingkaran hitam itu tersamarkan. Dia tidak ingin ada banyak klien yang melihatnya dengan wajah mengerikan seperti itu.

Kali ini handphonenya kembali berdering. Itu adalah penelpon yang sama, sekretaris pribadinya sekaligus orang yang sudah seperti keluarganya.

"Yes Fransesca?" Ujar gadis itu dan menyelipkan handphonenya diantara bahu dan telinga sembari dia menata rambutnya.

"Kuharap kau sudah siap, Hinata. Jared sudah dijalan, dia akan segera sampai" Ujar si penelpon

"Ya, aku sedang menata rambutku. Aku akan turun 10 menit lagi" Ujar Hinata

Dia mematikan sambungan. Meletakkan benda itu didalam tasnya dan melanjutkan menata rambut. Tak banyak, dia hanya ingin membuat rambutnya lebih bervolume.

Suara klakson terdengar, Hinata yakin itu adalah Jared–orang suruhan Fransesca untuk mengantarnya ke bandara. Dengan gesit dia menggeret koper besar miliknya. Ransel dengan merk terkenal itu kini berada dipunggung mungilnya, berisi novel kesukaannya, handphone, dompet, earphone dan alat makeup.

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang