"Mengapa...mengapa kau melakukan ini?" Oh! airmata sialan ini kenapa harus keluar. Indi memaki dirinya sendiri karena bertingkah cengeng. Tapi efek Reza yang berada didekatnya seperti ini membuatnya menjadi lemah. Bagaimanapun Indi adalah perempuan biasa. Yang pasti luluh didepan pria yang dia cintai dengan sangat.

Andai saja Indi tau jika pria didepannya saat ini begitu ingin merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya dan menghapus airmatanya dengan ciuman sayang. Namun bukan hal itu yang malah diwujudkan oleh Reza.

"Untuk mengikatmu diantara kedua kakiku."

Plak!

Pria tampan itu malah semakin membarakan api diantara mereka.

Napas Indi masih memburu karena emosi. Tangannya masih terasa panas karena menampar keras pipi pria itu. Sehina itukah dia dimata Reza. Semurahan itukah nilai dirinya. Apa tadi kata pria itu? Mengikat Indi diantara kedua kakinya? Apa dia dianggap sebagai...pelacur?

Secinta-cintanya dia kepada Reza, Indi tidak akan membiarkan pria itu menghinanya seperti ini. Menghina seorang manusia yang setengah mati dilahirkan oleh ibunya.

Dasar Brengsek!

Mengabaikan keburaman pandangannya karena gumpalan airmata, Indi terus menatap tajam kearah pria yang kembali menarik kepalanya kedepan setelah tadi terlempar kesamping karena menerima tamparan keras. Bekas merah itu terlukis jelas dipipi putih sang adonis.

"Cukup! Sudah cukup kau menghinaku seperti ini. Apa karena begitu mudahnya aku terbuai padamu, kau jadi menganggap aku semurahan itu. Ya, memang benar aku mencintaimu bahkan memujamu..." Indi perlahan mundur dan memeluk dirinya sendiri, mengais sisa-sisa tenaganya untuk membuat benteng perlindungan.

"...bahkan jika kau menyuruhku mencium kakimu pun aku bersedia..."

Reza terpaku ditempat saat matanya menangkap aliran deras airmata didepannya.

"...aku akui aku memang semurahan itu. Tapi bisa tidak...sedikit saja...sedikit saja..." Indi mengeratkan pelukannya dan semakin membungkuk, memohon.

"...jangan perlakukan aku seperti perempuanmu yang lain. Kumohon jangan khianati aku..." lanjutnya lirih.

Reza mengerjap beberapa kali. Bingung, itulah yang dia alami sekarang. Apa maksud gadis ini. Khianat. Siapa yang mengkhianati siapa. Disini dialah yang merasa diabaikan oleh Indi. Setelah dia mengungkapkan perasaannya, Indi malah mengabaikan seolah perasaan cintanya pada gadis itu tidak berarti apa-apa. Hanya omong kosong.

"...apa menyakitiku dengan tidak setia saja tidak cukup bagimu dan sekarang kau ingin menghancurkan karir yang bertahun-tahun susah payah aku bangun..." lanjut Indi mengabaikan pancaran tidak mengerti dimata Reza.

"A..apa mak..." tanya Reza yang langsung terpotong.

"Aku membencimu. Aku membencimu Reza Artha Maheswara!"

Salah. Adalah tindakan yang salah Indi mengucap kalimat laknat itu.
Tanpa sadar Indi sudah menggores dinding ego pria itu. Tidak ada seorang pun yang boleh menolak Reza. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan membencinya. Hanya dia lah yang boleh memperlakukan siapa pun sesuka hatinya. Termasuk Indi.

"Kau. Tidak. Bisa. Membenciku. Indi."

Tekanan kata perkata itu sontak membungkam Indi. Rasa dingin dan amarah terasa kental dalam ucapan pria itu. Sekali lagi tanpa sadar Indi melangkah mundur. Takut. Itulah yang dia rasakan sekarang.

"Jangan...jangan mendekat!"

Bagai tuli Reza terus berjalan mendekati tubuh Indi yang menggigil. Tatapan dingin dan wajah kaku itu sungguh begitu menakutkan.

Sex God...I Will Kill YouWhere stories live. Discover now