Chap 16

45.4K 1.2K 98
                                    

Tiga hari sudah berlalu.

Semakin memberikan kepastian dibenak Indi jika dia hanyalah permainan semata. Entah sudah senyum miris yang keberapa kali dia keluarkan hari ini. Menertawai dan mengasihani dirinya sendiri. Yah, kasihan karena dicampakkan dengan cepat dan begitu mudah. Bahkan Sisca saja  masih lebih lama menjabat sebagai gundik CEO nya.

Semenjak hari itu, Reza bahkan tidak meliriknya sedikitpun. Jujur, dalam hati kecilnya dia masih akan menerima dan memaafkan pria itu jika datang dan kembali merayunya. Tapi kenyataannya apa?

Malah sekarang Indi yang mengemis-ngemis dalam hati berharap Reza mau kembali padanya walaupun dia hanya sebagai yang kedua. Indi rela.

Bagaimanapun cintanya pada Reza terlalu besar untuk menutupi otaknya dari untaian kata yang bertajuk 'harga diri'.

Indi memijit pangkal hidungnya dan berharap rasa pusing ini segera berlalu.

Selama tiga hari ini juga Indi menyumpahi dirinya karena sok jual mahal dengan memutuskan Reza. Indi menyesal. Sungguh-sungguh menyesal.

Apa aku harus menerobos keruangan kerjanya dan memberikan pelayanan oral, agar Reza sudi memungutku kembali sebagai kekasihnya? pikir Indi yang sudah kehilangan harga diri sepenuhnya.

Persetan dengan perasaannya. Seharusnya dia bersyukur karena pria yang dia cintai sudi meliriknya setelah sekian lama. Perlakuan Reza membuatnya sombong dan lupa diri.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu sukses membuyarkan lamunan Indi. "Yah, masuk!" perintahnya.

Eka. Pemuda awal dua puluhan yang direkrut sebagai pengganti Mirna itu menyembulkan kepala dan langsung mengatakan maksud kedatangannya. Ciri khas laki-laki yang malas berbasa-basi. Dan Indi menyukainya.

"Ibu dipanggil keruang rapat sekarang."

"Sekarang? bukankah disana sedang ada rapat direksi?" Indi melontarkan pertanyaan yang sia-sia. Jelas saja pemuda itu hanya bisa berkata tidak tahu.

Dengan cepat Indi beranjak dari duduknya dan sekilas merapikan penampilan.

"Jika ada orang dari Bank tolong kau temani dulu."ucap Indi pada Eka. Pria itu mengangguk sebagai jawaban.

Indi berjalan menuju ruang rapat dan menemukan kumpulan para sekretaris termasuk Sisca berdiri menunggu di luar ruang rapat. Bisa saja sewaktu-waktu perintah dadakan keluar dari balik pintu besar itu.

"Oh Indi, senang melihatmu." sapa Yani, sekretaris Tuan Joko Maheswara yang terhormat. Paman Reza yang memegang salah satu perusahaan keluarga dibidang Eksport-Import.

"Aku juga. Bagaimana kabar putrimu? pasti sedang lucu-lucunya..."balas Indi tak kalah ceria.

Baru juga Yani mau menjawab, ucapan ketus Sisca langsung merusak suasana bahagia itu. "Cepatlah, kau sudah ditunggu. Entah masalah apa yang kau buat kali ini?"

'Kali ini' kata sigundik berdada busa itu. Semut pun tau jika Indira Khairina adalah pegawai teladan yang paling bersih dikantor ini.

Indi ingin menghina keadaan Sisca yang berdiri menunggu perintah bagai seekor anjing yang patuh. Namun dia masih menjaga perasaan Yani dan sekretaris yang lain. Tanpa memperdulikan dan menganggap Sisca sebagai sosok penampakan kuntilanak, Indi melengos dan berlalu didepan sidada implant itu sambil menggumamkan ayat pengusir setan.

Mengabaikan makian tertahan dibelakangnya, Indi mengetuk pintu dan langsung masuk keruang rapat. Karena dia yakin kehadirannya pasti sudah dinanti. Mungkin membahas perencanaan pemakaian dana untuk tahun depan.

Sex God...I Will Kill YouWhere stories live. Discover now