Chap 17

47.4K 1.4K 155
                                    

Sebelumnya ane ingin ngucapin terima kasih yang banyak plus sebanyak-banyaknya buat teman-teman yang rela menunggu update an cerita ini...

Langsung aja yah
Selamat menikmati
---------------------------------------------

Clek!

Kening Reza menyerngit bingung saat mendapati jika gadis yang dicintainya menatap sofa didepan dengan pandangan kosong. Apa kursi berbusa itu jauh lebih menarik dari dirinya yang sangat tampan ini, batin Reza tidak terima. Namun seketika hatinya tercubit saat mendapati aliran airmata yang mengering dipipi gadis manis itu. Terima kasih pada cahaya lampu yang memantulkannya. Reza menarik napasnya dalam, sadar jika yang dia lakukan pada Indi benar-benar melukai gadis itu. Tapi inilah satu-satunya cara yang terlintas diotaknya saat ini demi mendapatkan Indi seutuhnya. Jiwa dan sudah pasti raga.

"Ehm!"

Reza menghela napas lelah saat Indi sama sekali tidak merespon dan tetap berdiri diam bagai sebuah manekin pajangan.

Menggelengkan kepalanya samar, Reza pun berlalu menuju kursi kerjanya dan langsung mendudukkan diri.

"Indi, mau sampai kapan kau berdiri disana. Duduklah." ucapnya sedatar mungkin padahal ingin sekali tubuhnya berlari memeluk sang gadis disaat sentakan tubuh dan pucatnya wajah itu akhirnya merespon panggilannya.

"Maaf, Pak. Saya berdiri saja."

Tidak suka. Itulah yang dirasakan Reza saat ini. Jawaban apa itu. Seakan-akan mereka tidak ada hubungan saja padahal kan dia adalah kekasih gadis itu. Atau hanya dia saja yang berpikiran seperti itu. Sialan!

"Terserah!" balas Reza kesal.

Reza buru-buru memalingkan matanya kearah laptop saat mata indah itu menatapnya lurus. Dia tidak boleh terlena. Untuk saat ini dia harus tega. Dan Reza bertekad akan segera merubah tatapan penuh luka itu menjadi pancaran bahagia. Bahagia karena menjadi istri dari seorang Reza Artha Maheswara.

"Langsung saja. Aku ingin mendengar pertanggungjawabanmu, Indi. Apa yang akan kau lakukan untuk mengganti 700 juta yang hilang dari perusahaan ini?" tanya Reza datar tanpa melepas fokusnya dari laptop. Padahal yang terpampang disana hanyalah sebuah game yang telah di pause.

"Maaf jika saya lancang, Pak. Apa tidak ada cara lain untuk membuktikan saya lah yang benar?" Oh! Indi tidak akan mengatakan 'untuk membuktikan saya tidak bersalah'. Karena sungguh dia yakin jika memang tidak ada yang salah dalam pekerjaannya.

"Maksudmu?"

Indi memejamkan matanya. Saat kelopak itu terbuka, luapan emosilah yang mengumpul disana.

"Mirna. Tadi saya menelponnya dan dia...menangis. Sepertinya Bapak Reza yang terhormat jauh lebih tau daripada saya, mengapa Mirna sampai menangis." cecar Indi langsung tanpa berusaha menutupi rasa kecewanya.

Rahang Reza mengeras. Dalam hati dia terus mengutuk perempuan lemah bernama Mirna. Dasar tidak tau diuntung, maki Reza dalam hati.

Perlahan pemuda tampan itu mengalihkan atensinya dari layar laptopnya kearah sang gadis pujaan. Tanpa bisa dicegah seringai keji diwajah Reza pun terbit. Tidak perlu lagi berpura-pura. Tak perlu lagi menutupi bau bangkainya. Gadis didepannya ini terlalu cerdas untuk dikelabui. Reza menertawai dirinya sendiri karena sampai lupa dengan fakta yang satu itu.

Reza bangkit dari kursinya. Entah mengapa rasa takut memenuhi dada Indi saat pria itu perlahan mendekatinya. Bagai seekor predator yang menatap lapar mangsanya, Reza terus mengunci tajam tepat kemata Indi.

Begitu mengikatnya pandangan itu sampai-sampai Indi tidak menyadari jika Reza sudah berada tepat didepan hidungnya. Bahkan dia bisa mencium dengan jelas aroma maskulin mantan prianya. Kekasih yang tidak dianggap seperti dirinya hanya bisa meringis dalam hati.

Sex God...I Will Kill YouWhere stories live. Discover now