1. 1. Unreal & Hella Hot!

Mulai dari awal
                                    

"Wow, jasamu yang sangat besar ini enggak akan pernah kulupakan," sindirku dengan wajah serius.

Corbin tergelak sembari mengacak rambutku. Yeah, dia tahu betul kalau aku paling benci saat rambutku diacak-acak. Dia memberi kunci kamarnya ke tanganku, menyebutkan kode pintu apartemennya yang langsung kuhapal di luar kepala, lalu bangkit dari kursinya. "Jangan lupa besok pagi, siapkan sarapan sekaligus dua cangkir espreso untukku."

"Siap, Sir," anggukku, mengerti benar gaya Corbin saat one night stand, mengucapkan selamat pagi dan terima kasih, lalu kabur. Sarapan pagi dengan wanita yang sudah ditiduri semalaman, hanya akan membawa ke hal-hal yang tidak diinginkan.

Terdengar lagu "Come Undone" dari Duran-Duran, yang dibawakan dengan merdu oleh home band. Kepalaku bersandar pada sofa merah tua sambil menyesap dirty martini dan sesekali mengobrol dengan santai. 

"Woww!" seru Nick, mengusap-usap dagunya.

"She's unreal, Man," sambung Cody, menggeleng-geleng.

"Yas, unreal and hella hot!" balas Nick.

Mataku menyapu sekeliling, ternyata pandangan para kaum Adam tertuju ke depan. Saat mataku mengikuti, apa yang kulihat langsung meninjuku.

Benar kata mereka, gadis pirang itu unreal dan hella hot!

Ke mana dia pergi, dia bersinar, seperti ada lampu sorot yang mengikutinya. Apalagi saat dia berdiri di pertengahan, melihat-lihat tempat duduk, mungkin mencari temannya?

Atau pacarnya?

Bloody hell, mana banyak pria yang tiba-tiba berdiri dan menawarkan tempat duduk padanya lagi. Yang syukurnya dia tolak.

Gadis pirang itu berjalan beberapa langkah, hingga bersisa kira-kira 10 kaki dari tempat dudukku.

Para serigala itu masih mengerumuninya, tapi pandangannya kembali menyapu sekeliling dan berhenti padaku.

Gadis itu tersenyum, lalu mengedipkan sebelah matanya.

Padaku?

"Dia mengedip padaku, Man," sambung Cody.

"Nah--tidak. Sudah jelas aku yang tepat sejajar dengannya. Dia mengedipiku, tahu!" balas Nick.

Gadis itu bertolak pinggang, mengedip lagi sambil menunjukku.

Aku menoleh ke kiri dan kanan. Ternyata semua serigala merasa--gadis itu mengedip dan menunjuk pada mereka.

Apa aku yang terlalu percaya diri?

Atau mereka?

Kepala gadis itu miring ke kiri, memanggilku dengan menjentikan telunjuknya.

"Aku?" Cody menunjuk dirinya sendiri, tapi gadis pirang itu menggeleng. Kami semua jelas mentertawainya.

Akhirnya aku dan Nick menunjuk diri sendiri dengan bersamaan. Gadis itu tergelak, karena serigala lain ikut menunjuk diri sendiri.

Masa bodoh deh, dipilih atau tidak, aku memutuskan menghampiri gadis yang sekarang sedang tersenyum dan mengangguk padaku. Astaga, mimpi apa aku semalam? "Kau memanggilku?" cengirku.

Mata yang sebiru bunga cornflower di halaman rumah ibuku itu membulat, tersenyum, lalu mengangguk.

Sudah pasti dia terpesona dengan aksenku.

Terdengar erangan dan sumpahan di belakang sana, yang membuatku tergelak dan gadis di hadapanku tersenyum.

"Hai, aku Fall Reed," aku mengulurkan tanganku, "penduduk baru Manhattan."

Dia tersenyum, menyambut tanganku, lalu menunjuk tenggorokkannya.

"Lagi sakit?"

Dia menggeleng tapi mengangguk, lalu menunjuk tempat duduk yang kosong.

"Astaga, di mana kesopananku. Ayo kita duduk!"

Dia memberikan senyuman angelic. Otomatis aku membalasnya dengan senyuman-desahan, dan sekuat tenaga menahan diri untuk tidak merangkul pinggangnya yang bergaun merah--saat kami berjalan ke sofa di dekat bar.

"Mau minum apa?" tanyaku.

Gadis cantik ini mendesah sambil memejamkan mata, lalu membukanya dan mata kami beradu. "Mohiho."

"Apa?"

"Mo-hii-ho." Dia mengucapkannya sepatah-sepatah dengan mata berkaca-kaca.

Tubuhku mendekat. "Aku enggak mengerti. Kau lagi sakit tenggorokan, ya?"

Dia kembali memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, tangannya merogoh sesuatu di dalam tas abu-abunya. Ternyata dia mengeluarkan buku kecil merah muda dan menulis sesuatu di sana. Tak lama kemudian dia memperlihatkan padaku.

Aku mau mojito.

Setelah itu, mau enggak, kita pergi ke suatu tempat?

Suatu tempat? "Ke mana?" senyumku.

Dia menggigit bibir merah seksinya dengan cara mengundang--yang membuatku menelan ludah.

Astaga, gadis-gadis New York benar-benar serba cepat.

Ini bukan dirimu, Fall!

Tapi kenapa yang di bawah sana seolah berkata: Terlalu lama selibat = tidak sehat!

Fall for SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang