1a: Kejutan Manis di Malam Romantis

Mulai dari awal
                                    

"Apanya yang bagus?" tanya Gavin sambil melirikku.

"Coba dengerin liriknya!" sahutku sambil memejamkan mata.

Dan ijinkan aku menyayangimu

Karena dirimu yang berharga

"Andai suatu hari seseorang nyanyiin lagu ini buat gue," gumamku masih dengan mata terpejam.

Aku tak menyangka impianku sungguh terwujud. Dan masih tak menyangka bahwa Gavin-lah yang menyanyikannya untukku. Aku tersentuh. Hingga membuat tubuhku kaku di tempat. Suara merdu Gavin sukses menghipnotisku, membuatku kehilangan kata-kata. Aku bahkan hampir lupa caranya bernafas. Jantungku berdebar tak karuan.

Ketika kau ada di sampingku

Hidupku pun terasa damai

Seperti yang tlah terbayangkan
Dalam benakku

Aku menikmatinya. Menikmati permainan musik Gavin, suara merdunya, terlebih tatapan tajamnya yang terasa sangat menghujam di jantungku, seolah ikut bernyanyi menyampaikan setiap lirik lagu itu hanya untukku.

Di saat hatiku ada di hatimu

Dunia pun menjadi indah

Dan hanya hatimulah

Yang aku inginkan

Lagu favoritku dibawakan dengan versi akustik oleh orang yang spesial. Sungguh kenyataan yang bagaikan mimpi.

Tubuhku masih kaku tak bergerak bahkan hingga Gavin mengakhiri nyanyiannya. Lidahku terlalu kelu untuk bersuara. Aku belum bisa menguasai diri. Semuanya sungguh terasa seperti mimpi.

Perlahan Gavin akhirnya bangkit dari duduknya dan menyandarkan gitar di kursinya. Ia masih berdiri di sana, di bawah sorot lampu yang hanya menerangi dirinya. Seolah enggan untuk beranjak dari cahaya itu, ia memanggil namaku dengan suara yang sangat lembut dan menenangkan. Nada yang hampir tak pernah kudengar darinya selama ini ketika menyebut namaku. "Alika,"
Ekspresi serius di wajahnya membuatku gugup entah mengapa.
"Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk kita saling mengenal," lanjutnya dengan suara sedikit serak.

Degh! Jantungku berdetak cepat. Aku tidak pernah melihat Gavin seserius malam ini. Sebenarnya apa yang ingin ia katakan?

"Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya!" ucapnya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dariku. "Tapi, bolehkah aku berharap lebih?"

Degh! Debaran jantungku semakin hebat. Bagaimana bisa Gavin berkata seperti itu dengan sikap yang luar biasa serius? Aku dapat dengan jelas melihat ekspresi wajahnya dari sini. Dan aku berharap Gavin tidak terlalu menangkap jelas ekspresi terkejut yang kutunjukkan kini, walau pantulan sinar bulan malam ini sedikit banyak membantunya melihatku.

Terlebih dengan sebutan aku-kamu yang baru kali ini kudengar darinya ketika berbicara denganku. Aku hampir tidak mengenalinya, sekaligus menyadari sisi lain yang ia tunjukkan.

"Aku tau mungkin kamu kaget dengan pernyataanku ini. Tapi aku nggak mau bohongi perasaanku sendiri!" Gavin menarik nafas panjang, baru kemudian melanjutkan kata-katanya. "Aku tau konsekuensi dari sikap nekatku ini. Kalo kamu punya perasaan yang sama sepertiku, kita bisa jadi pasangan yang kompak. Tapi..."

Aku menelan ludahku gugup. Aku mengerti yang Gavin rasakan. Itulah kebimbangan terbesarku ketika memikirkan tentang perasaanku sendiri.

"Tapi kalo ternyata kamu nggak bisa menganggap aku lebih dari sekedar sahabat, aku harap kita tetap bisa kompak sebagai sahabat, walau itu pasti sulit."

Kuperhatikan Gavin kini beranjak meninggalkan cahaya yang meneranginya. Namun hanya beberapa saat, ia kembali memasuki cahaya itu sambil membawa sebuket bunga yang sangat indah. Kejutan-kejutannya sukses membuatku hampir pingsan di tempat. Apa lagi yang mau ia lakukan?

"Alika, mendekatlah!" perintahnya dengan nada yang teramat lembut. Kemudian ia berlutut sambil mengulurkan bunga itu ke arahku, lalu melanjutkan kalimatnya, "Kalo kamu terima bunga ini, aku anggap kamu juga punya perasaan yang sama sepertiku."

Aku ternganga di tempatku berdiri. Sejak tadi tak ada satu kata pun yang berhasil terlontar dari mulutku. Tapi kini aku terdesak. Gavin kini memejamkan matanya rapat-rapat, seakan ia pun gugup menunggu jawabanku.

Bagiku, pernyataan cinta dari Gavin adalah hal yang paling membahagiakan. Hari ini selalu kunantikan. Tak menyangka sahabat yang kusukai memiliki perasaan yang sama denganku. Dengan begini aku tidak perlu cemas perasaanku akan merusak hubungan persahabatan di antara kami.

Kuberanikan diri melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan itu, menembus kegelapan hingga perlahan bergabung dengan Gavin di bawah sorot lampu yang sama.
Jantungku semakin berdetak tak karuan, apakah ia juga merasakan hal yang sama denganku?

Apa lagi yang kutunggu? Saat inilah yang selalu kunanti dan kuimpikan selama ini.

Perlahan kuulurkan tanganku, berniat untuk menyambut bunga cantik itu. Namun belum juga tanganku menyentuhnya, lampu ruangan tiba-tiba menyala sempurna, menerangi setiap sudut ruang.

Kegelapan yang pekat tadi ternyata bersembunyi banyak pasang mata yang sosoknya kini dapat kulihat dengan jelas karena cahaya lampu. Mereka tampak menikmati setiap ekspresi yang kutunjukkan kini. Semuanya kompak bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu untukku.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU, HAPPY BIRTHDAY TO YOU. HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY. HAPPY BIRTHDAY, ALIKA."

Gavin mulai bangkit berdiri dengan seulas senyum tanpa dosa.
Apa-apaan ini? Mereka sedang mempermainkanku? Berani sekali mereka bermain dengan perasaanku. Terlebih, Gavin terlibat dalam skenario ini!

Kutatap satu per satu orang yang mengelilingiku. Teman-teman sejurusanku, serta beberapa teman sejurusan seni Gavin yang kukenal berkumpul di ruangan ini. Sejak tadi mereka rupanya bersembunyi dalam kegelapan dan menikmati pertunjukkan yang kutampilkan bersama Gavin.

TBC


Hai readers yang baik hatinya, aku bawa kabar gembira untuk kita semua. Cerita Diam-Diam Suka Kamu ini bisa kalian nikmati juga dalam bentuk audio book di Spotify dengan judul yang sama.

Di Spotify maupun di Wattpad akan tayang setiap hari Rabu malam. 

Mari galau bersama Alika~

Semoga suka dan terhibur :)

Salam,

pitsansi

Diam-Diam Suka Kamu (Audiobook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang