Eleven

1.1K 107 6
                                    


"Justin, makan dulu." Gue menyodorkan sendok yang isinya bubur, justin menatap gue lalu bibirnya kedepan.

"Bosen makan itu terus." Gue terkekeh dan masih nyodorin sendok.

"Makan." Justin menghela nafas dan membuka mulutnya, gue masukin sendok ke mulutnya.

Gue menyuapinya lagi dan lagi, justin menatap gue dan tersenyum. Gue mengangkat alis gue, kenapa dia? Gue menyuapinya lagi tapi tangan justin ngedorong tangan gue pelan.

"Udah." Ucap justin, gue menghela nafas dan ngangguk.

Gue menaruh mangkok itu dimeja dan ngasih justin minum, gue mengusap pipinya pelan. Justin tersenyum lagi.

"Kenapa?" Justin menggeleng dan dia menarik tangan gue yang mengusap pipinya lalu mengecupnya.

"Makasih, makasih mau ngerawat aku." Ucap justin.

"Aku istri kamu, jadi ya wajar. Okey udah, sekarang istirahat." Gue medorong bahu justin supaya tiduran.

"Cium." Ucap justin dan nadanya manja gitu. Gue terkekeh.

Gue mengecup kening justin, kedua matanya, kedua pipinya, hidung, dan bibir justin. Justin tersenyum, dan dia menutup matanya.

Gue mengecup keningnya sekali lagi dan berjalan kearah kamar mandi, gue menyalakan air dan membasuh wajah gue. Dibawah mata gue ada lingkaran kecil hitam, tandanya tidur gue kurang. Gue menghela nafas, gue cuman takut malem malem ada yang masuk tanpa sepengetahuan gue dan nyakitin justin. Gue mengambil tissue dan gue buang air kecil.

Gue membuka pintu kamar mandi dan tersentak, dan berlari dengan cepat,

"Papa!" Gue teriak dan menarik badan papa gue dengan sekuat tenaga gue, papa gue nutup muka justin pake bantal, gue ngeliat justin berontak.

"Stop, pa! Papa berhenti!" Gue memukul tangan papa gue.

"PAPA BERHENTI! TOLONG! SECURITY! TOLONG!" Gue berusaha narik bantal itu, air mata gue turun, ini yang gue khawatirin.

Tangan justin megang tangan gue, erat pegangannya, "pa, aku mohon berhenti." Papa menatap gue tajam dia terus nekan bantalnya.

Gue ngeliat dokter, sama security masuk dan dibelakangnya ada lion. Securitynya megang tangan papa gue dan menjauh dari bangkar justin. Gue melempar bantal sialan itu, justin menatap gue, mulutnya kebuka, dia memegang tangan gue.

"Ga-gak bis-a nafas ak-u." Gue panik, gue ngeliat doker ngambil alat pembantu nafas dan memakainya ke justin.

Air mata gue keluar, gue mengecup jari jari justin, "tahan, justin."

Gue ngeliat mata justin udah sayu, pegangan justin juga gak seerat tadi. Gue mengusap pipi justin, matanya menutup. Gue terisak, menatap dokter.

"Gapapa selena, dia cuman tidur, jangan khawatir." Gue ngangguk, mengecup tangan justin.

Gue mengusap rambut justin, kepala justin bergerak sedikit. Gue mngecup pipi justin beberapa kali,

"Aku sayang kamu, maafin papa aku." Bisik gue.

"MOMMY!" Gue menengok dan ngeliat jay lari kearah gue.

"Sstt, sayang. Daddy lagi istirahat." Gue melepas tangan gue dari justin dan gue ngendong jay. Jay langsung meluk gue.

"Aku kangen mommy sama daddy." Bisik jay. Gue mengecup pipi nya.

"Mommy juga, sayang. Jay dianter siapa?" Jay melepas pelukan di leher gue.

"Sama uncle nathan." Ucap jay lalu dia nengok ke justin.

Gue tersenyum dan menduduki jay di samping justin. Jay megang tangan justin pake kedua tangannya. Jay terlalu sayang sama justin, padahal justin bukan ayah kandungnya tapi kaya mereka tuh punya darah yang sama. Gue mengelus kepala jay, jay nengok kearah gue.

"Mom, daddy kenapa pake tutup itu?" Jay nunjuk alat pernafasan yang dipasang, gue menarik nafas.

"Gapapa sayang." Jay ngangguk.

"Lion!" Gue tersentak dan langsung menatap ke pintu. Kimberly ngengir ngeliat gue, dia lagi digendong sama lion. Astaga.

"Daddy." Gue menengok kearah justin. Justin menatap gue, lalu dia melirik jay.

Justin membuka alat pernafasan itu, gue membantunya dan menaruh alat itu dimeja.

"Dad." Jay mendekat kearah justin.

Gue ngeliat justin tersenyum, tangan dia mengangkat badan jay dan memeluknya. Gue tersenyum dan mengelus rambur justin.

"Jay kangen daddy." Gue denger isakkan jay.

"Hey, kenapa nangis? Daddy gapapa, sayang. Daddy juga kangen." Justin mengecup pipi jay.

"Aku gak kehilangan daddy." Bisik jay. Gue menarik nafas.

"Sini sel." Justin menepuk kasurnya dan gue ngangguk, naik keatas.

Justin narik gue kepelukannya, dan gue dikecup kepala gue.

"Dengerin nih ya, aku gak bakal ninggalin kalian, tapi kolo misalnya aku dipanggil tuhan? Mau gimana? Jadi-"

"Jangan ngomong gitu." Potonh gue, muka gue menatap justin. Justin tersenyum, dia mengecup kening gue.

"Misalnya sayang." Bisik justin. Air mata gue turun, justin memeluk gue dan mengusap lengannya gue.

"Daddy gak jadi bilang deh, intinya jay gak bakaal kehilangan daddy, okey?" Gue ngeliat jay ngangguk.

"Udah stop sama tangisan kalian. Astaga, aku disini, gak ninggalin kalian." Ucap justin. Jay menampar pipi justin. Justin melotot.

"Kamu udah berani nampar dad-"

"Gimana gak nangis, orang keadaannya aja lagi sedih, dad aja yang so soan strong. Huu." Ketus jay dan tangannya mengapus air matanya lalu dia bangun dari kasur tadi duduk.

"Daddy emang kuat, mau apa hayo?" Gue memukul bahunya pelan, menandakan berhenti. Justin menatap gue lalu ketawa kecil.

"Daddy sakit sakit nyebelin." Ketus jay dan kedua tangannya didadanya.

Gue ngeliat justin mendelik kearah jay, "Biarin." Ketus justin gak kalah cuek.

Gue ketawa ngeliat mereka, yaampun, gue punya suami sama anak gini ya.

----

Done. Gimana?

By the way vote sama comment cerita gue yang ke 2 ya

By the way vote sama comment cerita gue yang ke 2 ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mark my words [jelena]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang