Four

829 99 12
                                    


Gue berjalan dengan jay, tangan kiri gue bergenggaman dengan tangan kanan jay. Gue memasukan supermarket lalu mengambil ranjang belanjaan.

"Jay, kamu boleh ngambil makan yang kamu mau okey?" Ucap gue lalu melepas genggaman dan mengelus pucuk kepala jay.

Jay nengangguk. "Boleh eskrim dad?" Ucap jay. Gue menghela nafas lalu ngangguk.

"Jangan banyak banyak." Jay berseru lalu berlari mejauh untuk mengambil eskrim.

Gue berjalan kearah bahan bahan makanan yang udah abis dikulkas, seharusnya gue belanja kaya ginian sama selena karna gue gak ngerti apa apa. Okey gue otak gue gak bisa ilang dari selena ya, haha.

"MOMMY!." Gue tersentak dan menatap kearah suara itu. Itu suara jay.

Gue berlari kearah dimana jay, dan gue menatap punggung jay dengan tangannya yang ada bungkusan eskrim.

"Jay." Gue menghampiri jay lalu menjongkok. "Ada apa?"

"Tadi aku ngeliat mommy, dad." Bisik jay. "Tapi mommy lari waktu dia ketauan ngeliatin aku."

Gue terdiam. Jay gak bakal ngeboong kan? Tapi semuanya gak mungkin. Selena udah mati.

"Itu kamu salah liat ya. Udah jangan dipikirin." Bisik gue dan memeluk jay.

"Tapi dad itu ben-"

"Eskrim nya udah kamu ambil?" Ucap gue mengalihkan pembicaraan. Jay mengangguk. Gue melepas pelukan lalu menggendong jay.

Gue berjalan kearah ranjang gue yang gue tinggal. Bahan bahan segitu cukup kali ya gak taulah. Gue berjalan kearah kasir.

Jay masih digendongan gue, tapi tatapan nya kearah luar supermarket. Gue menghela nafas. Lalu mengambil plastik belanjaan gue dan berjalan kearah luar. Gue menatap muka jay yang lagi menatap ke gue juga.

"Dad percaya sama aku," bisik jay dengan muka sedihnya. "Aku tadi ngeliat mommy, mommy sehat dad."

Gue mengecup kening jay lalu mengangguk. "Nanti kita cari mommy okey?" Bisik gue dan jay mengangguk.

Brak.

"Fuck." Umpat bapa bapa itu. Gue nambrak orang.

Gue menyipitkan mata gue, rambutnya kaya gue kenal dan tubuhnya juga. Dia mendongak kearah gue dan menatap gue dengan tajam bahkan menusuk.

Papanya selena.

"Jay kamu ke mobil dulu ya." Ucap gue sambil menurunkan jay. Jay mengangguk.

"Dad belanjaan sini biar aku bawa." Gue menunduk lalu menggeleng.

"Berat jay." Jay menggeleng dan mengambil belajaan ditangan gue lalu berjalan kearah mobil gue.

Papanya selena tiba tiba menonjok pipi gue. Gue mengerang.

"DADDY!!" Gue menatap kearah suara dan mendapat jay yang digendong dengan paksa sama orang besar yang pernah ngambil selena dari gue.

"JAY!!" Teriak gue. Papanya selena memukul perut gue dengan lututnya lalu memukul pipi gue berkali kali.

"Udah aku bilang selana seharus dirumah aku bersama keluarganya dan aku yakin dia gak akan meninggal kaya gini." Bisik papanya selena dengan tajam.

"Sekarang jay bersama kami. Dan julie akan datang setelah jay." Bisik papanya selena lalu terkekeh dan pergi kearah mobil hitam itu.

Gue menghapus darah yang ada di ujung pipi gue dengan jempol. Lalu berjalan kearah mobil dengan pelan.

Gue masuk kedalam mobil lalu terdiam. Gue menunduk dengan kedua tangan gue di sela sela rambut gue lalu menjabak nya dengan keras.

"SIALAN!" Umpat gue dengan kasar. Bahkan bahu gue berkuncang, karna tangisan gue. Jay diambil okey. Anak kesayangan gue diambil. Anak kedewasaan gue diambil.

Gue memejamkan mata gue dengan erat. Selena lalu jay.

Gue menyalakan mobil gue lalu pergi menjauh dari supermarket itu. Hp gue berdering. Gue mengambil disaku celana gue lalu mengangkatnya dengan langsung tanpa membaca namanya.

"Justin..hiks." Panggil kim disebrang sana.

"Hey ada apa? Lion ngapain lo?"

"Bukan." Gue mengerut alis gue.

"Terus?"

"Julie gak ada disemua tempat dirumah ini. Julie diculik justinn." Ucap kim dengan isak tangis diseberang sana. Gue terdiam.

Secepat itukah?

Gue terkekeh dengan pahit. "Tenang itu papanya selena yang ngambil." Bisik gue.

"Tau dari mana?"

"Papanya selena juga ngambil jay." Bisik gue. Gue meminggirkan mobil gue.

"Yaudah, gak usah khawatir, gue gak pulang ya. Jaga rumah." Ucap gue lalu mematikan hp gue dan melempar ke jok belakang.

"Ini lebih baikkan? Gak usah pulang kerumah yang gue buat untuk istri gue dan anak anak gue. Dan sekarang mereka udah gak ada disisi gue. Buat apa gue pulang kerumah itu?" Bisik gue. Gue menyelipkan kedua tangan gue disela sela rambut gue.

Semuanya direnggut dari gue, dan buat apa gue hidup kaya gini?

Mark my words [jelena]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang