III

166 8 0
                                    

Bali itu bukan cuman indah menurutku, it's amazing mereka punya satu kompleks bernama Puja Mandala sebuah simbol Bhineka Tunggal Ika, ada lima tempat ibadah dalam satu kompleks ini menggambarkan bagaimana umat bisa saling menghormati satu dengan yang lain. Aku belum pernah ke sana, nanti mungkin saat aku agak longgar kerjaan dan ada yang menemani. Bali punya segala macam restoran, makanan yang akan membuatmu jatuh cinta dan ingin menetap, Bali punya bar yang akan buka sampai pagi menghiburmu kala susah, Bali punya banyak pantai indah dengan sunrise dan sunset yang akan membuatmu ingin tinggal dan ngga ingin pergi. Undangan pertamaku untuk pindah ke Bali kutolak dan aku mengajukan surat pengunduran diriku, aku agak susah dengan lingkungan baru setelah bertahun-tahun nyaman, dan di tempat baru aku harus menjadi pemikir karena seorang staff teknik senior baru saja meninggal. Genta membuatku berfikir begitu pula pak Har atasanku menolak surat resignku dan memberi waktu untukku berfikir. Setelah seminggu aku brain storming yang berakhir banyak menangis dan bersyukur, akhirnya aku mengambil tantangan di sini. Pak Har memberiku tiket pergi ke Jogja, dan berpesan nanti akan ada yang menjemput. Aku kira saat itu beliau memberiku waktu berpikir agar aku bisa menjadi waras kembali dan menerima tawaran beliau, tapi lebih daripada itu, aku dibawa ke Gunung Kidul, daerah yang susah air, aku harus pergi jauh untuk bisa mandi, kemudian orang yang membawaku, Hasan dia adalah adik ipar Pak Har, mengajakku mengajar, there's no shoes for them, kadang yang kulihat hanyalah anak-anak dekil yang tak mengenakan alas kaki ke sekolah. Seminggu di sana membuatku berhitung, berapa yang kuhambur-hamburkan, dan ya inilah yang kubutuhkan, sadar diri dan merasa diberkati.

Cio dan Mark cukup terkejut dengan adanya Ben. Akhirnya kami makan di tempat yang digandrungi Ben. Kisik Bar and Grill. He has a good taste. I realize that. Ngobrol-ngobrol serius sebentar hingga jam sebelas mereka pamit balik, balik kanan buat membebaskan pikiran maksudnya, a.k.a mabok.

Ben ga memulangkan aku, mengajakku ke restoran ayam cepat saji kesukaan Jenny. McD.

"Kamu masih laper?" dia menggeleng, tersenyum lalu mengacak rambutku saat kami Drive Thru. Dia pesen lumayan banyak, buat anak kos pikirku.

Sepuluh bungkus nasi ayam. Demi apapun apa perut anak kos pada melar gini sih? Mobilnya semakin pelan di depan Hotel All Season. Aku menatapnya yang memberikan senyuman jahil untukku.

Sebuah acara berbagi nasi. Siapa sih yang nyangka? Ini keinginan terselubungku saat masih kuliah. Setelah di sinipun malah ngga kefikiran. Kami membagi makanan untuk beberapa orang disekitar sana, kami dibagi beberapa tim. Aku menatapnya kagum.

"Makasih ya," 

Ada mobil jemputan anak-anak baru brenti, bersamaan dengan kami. Lena turun dengan wajah lelah.

"Anytime babe... Gue balik yaa?" Aku mengangguk.

"Makasih mengajakku bersyukur terus."

"Mimpi kita sama Babe, semoga sejalan dan dikasih jalan sama Tuhan ya?"Aku mengangguk.

Berjalan beriringan dengan Lena yang menatapku agak heran.

"Kalian jadian mbak?" Aku menggeleng.

Kami duduk di bar dapur. Judulnya aja duduk di bar, yang disesap wedang uwuh kesukaanku yang diimpor langsung dari Jogja. Lena suka pake susu full cream sedang aku ngga suka karena rasanya jadi maghteh. Dia ngobrolin tentang pax nya yang banyak isinya anak-anak bule, tentang pursernya dia yang galak setengah mati hari ini, tentang pasangan FO baru di perusahaan mereka, dan aku hanya mendengarkan, bisa dibilang akulah pembuangan akhir mereka setelah lelah terbang sana sini, dan aku jarang cerita, paling ya kantor itu aja.

"Ngga jadian aja mbak sama mas Ben?"

"Ben tau Len hatiku sama Panjul."

"Trus kenapa ngga nyobain sama mas Ben? Dia taat banget mbak sama Tuhan, dia puasa walau harus terbang sana sini, dia baik, dia pengertian, dan dia juga ga pernah punya cewe mbak..." Aku tergagap akan pernyataan terakhirnya.

Bizarre Love TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang