What's Wrong ?

663 44 11
                                    

"Kau berbohong. Temani aku kembali tidur." ucap Arthur dan sialannya kata-katanya membuatku berfikir ke sesuatu yang dewasa. Arthur kembali menarikku ke atas tempat tidur setelah itu dia menyekapku di dalam pelukkannya.

Aku tentu saja berontak. "Aku tidak mau, Arthur!" pekikku lagi sambil memukuli dadanya dan di saat itu Arthur langsung memegangi pipiku. Setelah itu sebuah benda kenyal menempel tepat di bibirku.

Argh! Sial!

Dengan tenaga yang aku kumpulkan aku mencoba mendorong bahu Arthur, tapi yang ia lakukan semakin melumat bibirku. Apa yang ia ingin lakukan?! Akhirnya ia melepaskan bibirnya sambil menyeringai jahat.

Aku menampar pipinya sebagai tanda kesalku padanya dia yang berani menciumku! Namun, dia malah tertawa bahagia. Kurasa dia sakit perlukah aku bawa dia ke Rumah Sakit Jiwa?

"Kau harus lihat wajahmu tadi." ucapnya dengan nada terdengar sangat puas.

"Kau!" Aku memukul wajah jahatnya dengan bantal yang tak jauh di pandanganku, tapi ia masih tertawa puas.

"Cepatlah! Aku tidak mau terlalu lama denganmu!" perintahku dengan perasaan yang masih sangat kesal dan langsung berjalan mencari dapur. Untung dia mau bayar aku 10x daripada di cafe kalo tidak aku akan buat wajah tampannya membiru.

"Oke." jawabnya yang aku dengar sebelum keluar kamarnya.

Aku membuat dua cangkir coklat hangat entah kenapa aku sedang ingin dan kebetulan ada sekalian saja aku buat untukku dan untuk lelaki menyebalkan itu. Aku tak membuat lebih karena manusia yang tinggal di penthouse ini kurasa akan bangun lebih siang.

"Hm.." deheman lelaki itu tiba-tiba terdengar. Aku hanya menatap cuek. Tanpa melihat dia langsung mengambil gelas yang ada di meja untuk di minum.

Eh... tunggu itu Coklatku!

"Arthur! Itu punyaku!" Ucapku sedikit menjerit.

"Sama saja. Kau minum yang itu." Jawabnya cuek kembali meminum coklat hingga tandas. Aku hanya bisa memutar mata kesal.

"Hari ini kau temani aku ke sirkuit. Aku harus mengcheck beberapa urusan dan setelah itu baru kita buat perjanjian seperti yang kau mau." Perintahnya sambil memainkan ponsel mahalnya. Setelah itu dia memberikanku ponsel miliknya padaku.

"Pegang dan lihat kegiatan lainnya." Aku hanya mengangguk sambil memegang ponsel mahal miliknya itu. Aku membaca sedikit. Ternyata itu jadwal kegiatannya hari ini.

Kenapa jadwalnya seperti ini? Dia tidak terlihat seperti mahasiswa jika seperti ini. Lebih cocok sebagai lelaki kantoran yang diktator!

"Arthur, " panggil seseorang sontak membuat kami berdua memandang ke arah sumber suara. Ternyata itu temannya emon? Temon ? Pokoknya dia si brengsek yang ada di taman. Aku tidak bisa menghafal nama orang ini! Mungkin dia tidak penting bagi otakku jadi aku tak dapat menyimpan namanya.

Dia datang ke arah kami dan langsung meminum cangkir coklat yang masih penuh. Itu seharusnya jadi punyaku! Ia meminum pelan dan berbicara dengan Arthur. Aku terlalu kesal untuk melihat ke arah mereka berdua. Kedua manusia ini sama sangat cocok ! Ingin rasanya mencakar wajah tampan kedua manusia ini!

"Siapakah gadis ini?" Tanyanya seakan baru melihatku. Hah aku harus sabar menghadapi kedua lelaki menyebalkan seperti ini.

"Pembantu baruku." jawaban Arthur membuatku terasa panas. Tanpa terasa ponsel miliknya ku remas kuat-kuat. Melampiaskan kekesalan pada ponsel lelaki ini. Ingin rasanya melemparinya dengan ponsel ini.

"Jika kau bosan dengannya jangan lupa beritahu aku. Aku siap mengambilnya darimu." ucapan si Emon itu benar-benar menyebalkan. Aku segera meletakan ponsel ini ke dalam saku celanaku.

Billionaire BoysWhere stories live. Discover now